Balada Perburuan Swab Antigen



Sahabat setia bandung.pks.id, apa yang terlintas dari gelaran suatu hajatan pernikahan? Lezatnya catering, janur kuning, atau  pre-wedding? Ups, kini seiring pandemi ada tambahan lagi  bakal terlintas, dialah  swab antigen. Sepakat, Sahabat?

Saking vitalnya swab antigen dimaksud,  terjadi suasana yang mencekam jelang gelaran suatu nikahan, baru-baru ini, Oktober 2021 di Tjendana Bistro Bandung.

Kebayang betapa jantung berdetak kencang, bagi si empunya hajat, sebut saja Bunda, saat membaca WA yang terlayang tengah malam dari pihak saksi yang mengabarkan dirinya baru saja tiba dari Jakarta sepulang dinas di sana dan kesulitan mendapatkan klinik swab antigen yang masih buka.

Sejenak Sang Bunda istighfar, lalu ikhtiar, di tengah gemuruh dada  menggelegar. Tergambar acara pernikahan putrinya yang tinggal hitungan jam, terancam batal gegara syarat yang diajukan KUA.

Aturan tersebut konon mengacu SE Dirjen Bimas Islam no. P.002/DJ.III/Hk.007/07/2021,  mewajibkan  swab antigen bagi kedua calon mempelai, kedua orang tua/wali, dan kedua saksi. 

Wadow... apa kata dunia? Bagaimana nanti dengan undangan yang telah disebar, catering yang sudah lunas terbayar, dan...sepasang pengantin  harus berapa lama lagi bersabar?

Di tengah berkecamuknya rasa, dirinya  berupaya menyebar tanya ke grup WA adakah klinik yang masih buka di tengah malam buta tanpa memberi tahu calon pengantin putri atau wali, agar mereka bisa nyenyak tidur hingga esok hari.

Namun, sekuat pertahanan, akhirnya jebol juga. Maka terpilih anak laki-laki dan menantu laki-laki untuk tempat tumpahan resah. Itu pun setelah dirinya memperoleh link dari WA Grup Humas PKS Bandung ada klinik yang stand by 24 jam.

Berikut kutipan chatting WA dari saksi:

"Assalamu'alaikum Bu, saya baru pulang dari Jakarta. Td muter-muter cari tempat swab sdh pada tutup. Insya Allah saya besok tetap hadir." 

Selang puluhan menit membalas  setelah mendapat referensi, Wa dibalas:

"Ya Allah, pasti lelah ya Pak. Mg  dimudahkan...aamiin. Saya dapat link untuk klinik pelayanan 24 jam, tapi setelah saya buka link sangsi terdatangi, mengingat lokasinya di Jl.Gatsu Bandung. sementara sudah larut malam begini, jauh lagi"

"Saya Jalan ke Gatsu sekarang Bu." Saksi mencoba menenangkannya di pukul 22 lewat 57 menit. 

Sang Bunda hanya bisa berdoa dan pasrah mengingat jarak tempuh Cimahi - Bandung terbilang jauh. Kondisi fisik lelah dari Jakarta plus sebelumnya sempat bersafari dari klinik satu ke klinik lain dengan hasil nihil karena sudah tutup, pun jadi bahan pemikiran.

Tepat jam 00 lebih 12 menit, masuk Wa:

"Alhamdulillah negatip"

Pyaar...
Seakan turun cahaya di sudut kamar. Seketika  sujud syukurlah dia. Spontan menyambar gawai yang tetap stand by dan membalas:

"Allahu Akbar... masya Allah...Alhamdulillah."
Hanya itu yang tertuang balasan di WA. 

Selanjutnya diam-diam mendoakan agar saksi sehat wal afiat esok hari.  

Alhamdulillah doanya Allah kabulkan, bahkan tak sangka saksi bisa hadir jauh sebelum acara dimulai.

Usai hajatan, selang beberapa hari sang Bunda menghubungi saksi. Mengulang  menyampaikan ucapan terima kasih atas perjuangannya mencari antigen, sekaligus minta izin drama perburuan antigen ini untuk diturunkan ke dalam tulisan. 

Tak sangka ditolak karena  tak ingin totalitas nan iklas yang sudah tercatat dihapus lagi oleh malaikat. Hmm..ya begitulah biasanya karakter kader PKS. Klop sudah dengan jargon #PKSPelayanMasyarakat.

Maka jika artikel ini tersaji tak akan temui nama sang Saksi, hanya bisa menyebut beliau salah seorang petinggi di PKS. Siapa tahu ada yang bisa menarik hikmah dibalik kisah.


Relawan Literasi DPD PKS Kota Bandung

#Frieda Kustantina
#Juru Catat    


Posting Komentar

0 Komentar