Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu tujuan dari berkeluarga adalah melanjutkan keturunan. Hal ini pun termasuk sunnah Nabi ï·º yang memerintahkan umatnya agar memiliki banyak anak.
Namun saat ini tidak sedikit pasangan yang memilih untuk melakukan gaya hidup child-free alias memilih untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Mereka dengan sengaja menghindari kehamilan dengan berbagai alasan, ada yang mengatakan bahwa biaya membesarkan anak itu terlampau mahal. Di sisi lain ada yang merasa tidak mampu menjadi orangtua karena mengaku memiliki trauma tertentu dengan orang tuanya dahulu, bahkan, ada juga yang melontarkan masalah overpopulasi sebagai alasannya.
Nah, mari kita coba bahas satu-persatu, semoga dengan tulisan ini bisa menambah perspektif lain perihal isu child-free.
Pertama, jika yang ditakutkan adalah faktor ekonomi.
Allah dalam Q.S. Al-An’am ayat 6 menjanjikan memberikan rejeki bagi tiap anak yang dilahirkan ke dunia, dan Allah pun melarang untuk membunuh mereka. Namun, meskipun telah ada jaminan tentu tetap dibutuhkan ikhtiar yang maksimal untuk menjemput rejeki tersebut, dan pastikan mencari nafkah dengan cara yang halal dan thoyyib agar Allah senantiasa meridhoi.
Selanjutnya, dalam hal ini perlu perencanaan keuangan yang baik ditambah dengan gaya hidup sesuai kebutuhan merupakan kunci untuk mendapatkan kondisi finansial keluarga yang sehat.
Kedua, bila alasan untuk melakukan child-free merasa tak mampu menjadi orangtua, maka seharusnya yang dilakukan adalah mempersiapkan diri bukan malah menghindarinya. Karena sejatinya, apapun peran kita dalam menjalani hidup ini akan selalu dituntut tanggungjawabnya. Itulah salah satu asas dalam ihsan, yaitu bersikap profesional dalam mengerjakan setiap tugas sebagai hamba Allah.
Persiapkan bekal yang matang, bahkan alangkah lebih baik jika bisa mempersiapkan diri sebelum menikah seperti bekal ilmu, karena tanpa ilmu kita akan mudah hilang arah sehingga lupa akan tujuan utama kita memiliki keturunan, yaitu untuk beribadah.
Selain ilmu, juga niatkan mendidik anak sebagai investasi akhirat, selain dunia. Jangan mengharapkan mereka akan ada untuk merawat kita di masa senja kelak namun jadikan mereka juga sebagai pemberat timbangan amal kita yang dapat mendekatkan pada jannah-Nya.
Menjadi orang tua seharusnya membuat diri makin mendekat pada Allah karena Ia lah Yang Maha Menolong. Dengan mencamkan hal tersebut, andaikan suatu hari nanti anak kita tumbuh menjadi pribadi yang sukses maka kita tak akan menyombongkan diri. Kita akan sadar bahwa itu bukan karena kehebatan orangtuanya melainkan hidayah Allah yang menyapa dekat. Sebaliknya, apabila sang buah hati berperilaku yang tidak semestinya, kita akan jauh lebih ikhlas. Bukankah ranah kita hanyalah ikhtiar lalu bertawakkal? Sementara hasil adalah urusan Allah yang tak patut untuk diganggu gugat sedikitpun.
Ketiga, jika alasan memilih child-free ialah masih ada trauma dengan orang tua yang menyisakan luka, maka hal ini perlu diupayakan dulu penyembuhannya.
Kunci penyembuhan luka salah satunya adalah sabar dan ikhlas. Pahami bahwa orangtua juga hanyalah manusia yang sering khilaf. Tentu mereka juga memiliki cerita perjuangannya sendiri dalam membesarkan anak, namun kita saja yang tidak menyadarinya.
Berempatilah kepada mereka, jangan merasa hanya diri sendiri saja yang tersakiti. Dengan demikian, insya Allah kita akan lebih mudah memaafkan kesalahan mereka yang telah lalu.
Alasan terakhir melakukan child-free ialah tentang menghambat polulasi dunia yang semakin pesat.
Perlu digarisbawahi ialah, Islam tidak hanya menyuruh kita untuk memperbanyak anak, namun juga mewajibkan kita untuk mendidik dengan sebaik-baiknya. Sehingga tidak termasuk pada perumpamaan buih di lautan yang tidak berarti seperti diumpamakan Nabi ï·º saat melihat manusia akhir zaman.
Maka, jadikanlah mereka layaknya pohon yang menebar banyak manfaat. Akarnya kokoh menghujam tanah, artinya ia memiliki aqidah dan karakter yang kuat. Dahannya rindang serta daunnya rimbun karena ilmunya luas sehingga mampu mengayomi semua orang dengan kebijaksanaannya. Ia memiliki bunga yang elok semerbak disebabkan akhlaknya yang memesona siapapun yang ditemui.
Kita harus meyakini bahwa apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya tak akan pernah sedikitpun mengandung keburukan. Meskipun, tak semua ditakdirkan Allah untuk memiliki keturunan di dunia, namun pola pikir tersebut wajib adanya dalam kehidupan seorang muslim. Melalui diamanahkannya anak pada kita, Allah ingin mengajari kita untuk menjadi pribadi yang senantiasa memperbaiki diri. Menjadi orangtua yang akan menjadi teladan utama bagi anak-anaknya. Maka mari jemput kesempatan ini dengan ikhtiar terbaik, persiapkan diri untuk menjadi orangtua yang shalih sekaligus juga menshalihkan generasi penerus kita.
Maka, jangan takut untuk membangun keluarga, menjadi orangtua bagi anak-anak kita kelak. Karena salah satu investasi dunia akhirat kita salah satunya ada pada mereka. Wallahualam
Fathkia Mutiara Khalila
Relawan Literasi DPD PKS Kota Bandung
0 Komentar