Siapa yang tak kenal dengan sosok
Nenden Simbar Rahayu, Bergelar sarjana sosial namun mengalir darah seni, tak
heran beliau saat ini menjabat sebagai Kabid seni budaya DPD PKS Kota Bandung. Kesibukan
sebagai guru SD Islam Ibnu Sina Bandung, tak menjadi halangan dalam mengemban
amanah sebagai Kabid.
Bakat menulis juga dimiliki
Nenden, hingga dapat membuat sebuah tulisan mengenai nostalgia perjalanan hidup
hingga saat ini, tulisan tersebut meraih penghargaan dari perlombaan yang
diikutinya.
Penasaran dengan perjalanan hidup
Nenden, mari kita simak artikel asli karya Nenden yang sangat menyentuh hati
dan menggelorakan jiwa untuk bangkit dari keterpurukan.
SERPIHAN JIWA TAK LAGI KERING, MENYATU DALAM GELORA JIHAD
Bukit ini tak terlalu rimbun
dengan pepohonan, cenderung seperti hatiku yang kering. Sebuah mobil kuno
berhenti. Papahku almarhum, seorang seniman Bandung, yang mengantarkanku hingga
aku mengenal tarbiyah. Kuikuti pesantren mahasiswa di bukit itu, di sana pula
kumengenal seorang murrobi teman satu kobong.
Setiap minggu aku pergi ke taman
liqo...di sanalah aku memulai sebuah perjuangan. Mengasah hati, jihad melawan
diri. Hanya sampai di sana? Tidak! Kata-kata murrobi pertamaku senantiasa
terngiang-ngiang, “Pohon yang baik bila dilempar akan jatuh buah yang baik”.
Inilah prinsip rekruitment! Namun...suatu hari, sebuah kalimat yang membuatku
tak bisa berjalan...”Ah kamu ibarat buah baru kulitnya saja!” Gelap di sudut
kamar...karena aku tak mudah untuk berjihad, berdakwah di depan keluargaku.
Hingga akhirnya papahku luluh, melihat tekad kerasku untuk terus memperbaiki
diri... papahku tersenyum...”Nak, jilbabmu sudah menyatu dengan jiwamu...”
Allohu Akbar...sudut kamar yang gelap itu tak lagi ada...aku tersenyum...karena
jiwa ini dihiasi gempita penuh semangat...tiada hari tanpa binaan, tanpa
ayat-ayat yang membebaskan mereka
yang kecil dari buta huruf Al Qur’an.
Rabb...aku buktikan...aku bisa menjadi pohon yang baik, bermanfaat, dan
menghasilkan buah yang baik...!
Mendapatkan suami yang luar
biasa...bersama mengarungi bahtera... Tibalah era kepartaian. Kuketuk pintu,
kugandeng sahabat di jalan dakwah untuk berjalan dari rumah ke
rumah..mengenalkan inilah partai dakwah...partai Islam. Dirrect selling...hingga sore hari
dari rumah ke rumah dengan senyum penuh kebahagiaan...karena aku tahu...lelahku
kan tergantikan dengan keindahan dalam sanubariku.
Ah....aku belum bisa mengikuti
rapat DPRa! Urusanku begitu banyak....”Teh...afwan...saya hanya bisa infak...”
ah...aku merenung...mengapa hanya teteh itu itu saja yang bergerak? Aku dengan segala
uzur yang dibuat-buat! “Berangkatlah kamu baik dengan ringan maupun dengan rasa
berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian
itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”(QS. At-Taubah : 41) Allohu
Akbar! Ruhul jihadku bergelora! Jantungku berdetak! Langkahku pasti! Dalam
sebuah pemahaman yang mumpuni...! Aku masuk struktur...hingga 3 tahun lamanya
aku menjadi Kabidpuan DPRa...Alhamdulillah begitu banyak tarbiyah yang aku
dapatkan...dari mulai diusir hingga dicolek ibu-ibu...hatiku melayang dalam
senyum yang mengembang saat DPRa-ku futuh dengan program Sekolah Ibu...lalu aku
tersungkur...sujud...syukur...
Alhamdulillah...saatnya aku
merebahkan badanku...istirahat sejenak...pergantian struktur DPRa dan DPC. Ternyata perjuangan tiada henti...hingga ajal
menjemput..dan aku belum apa-apa...Telephone genggamku berbunyi...”Teh Nenden
Senin dilantik menjadi Kabidpuan DPC”.”Salah sambung pak...”, jawabku, selalu
saja ketika mendapat amanah baru aku tak percaya diri...bagaimana bisa aku
mengkoordinir satu kecamatan. Begitulah aku memulai lagi berjualan pakaian,
menyebarkan proposal, untuk membiayai
operasional sekolah ibu dan tarbiyah anak kader, sama seperti halnya
yang aku lakukan saat menjadi kabidpuan DPRa.
Belum selesai masa kepengurusan,
aku diminta untuk menggantikan posisi menjadi ketua bidang Seni Budaya DPD Kota
Bandung. Perutku mulas...aku tak bisa tidur...bagaimana bisa posisi di
DPD...mengkoordinir seni dan budaya se-Bandung! mampukah? Pikiranku
melayang..kuingat papah almarhum...passionku di seni...izin
suami...Bismillah...Mulailah sebuah proses penuh tantangan namun begitu indah
terpatri...penuh perjuangan, namun begitu sarat dengan hikmah. Indahnya kicauan
burung Belekok...sesuatu yang sangat baru...bersama sastrawati, bersama seniman
photografer..proses short movie! Musik sampah yang berdentam...trang tring
trung dong..dong..dong..alunan musik bambu... bersama anak-anak
kader...silaturahmi bersama seniman Bandung...pembinaan musik positif bersama
para pemuda...belajar...menggali ilmu...melestarikan budaya bangsa dan nashrul
fikroh...Papah...aku di sini...mengalir darah seni...tanpa harus meninggalkan
dakwah...karena dakwah tiada mengenal lelah...kuikuti jiwa raga mengikuti
arus...dalam koridor lilahi ta’ala...(ah...lagi-lagi kuseka air mataku saat
kubuat tulisan ini...karena sungguh Allah ingin aku menjadi seorang wanita yang
sholehah dengan terus menerus diberi amanah, diberi tugas-tugas
kehidupan...sambil akupun mencari ide untuk menulis yang lain, karena baru saja
aku mendapat amanah sebagai redaktur majalah Warta YRLA, yayasan pendidikan di
mana aku sampai kini masih bekerja)
Aku belumlah apa-apa,
dibandingkan kiprah wanita yang lain...tapi aku punya jiwa
semangat...motivasi kuat untuk mau
belajar... mau menghadapi tantangan demi tantangan yang ada di hadapanku. Type
koleris kuat yang sanguinis membuat aku pantang menyerah. Namun akupun seorang
yang intrapersonal, tahu kelemahan diri, tahu pula potensi diri. Kelemahan
diriku adalah pencemas, kadang tidak percaya pada kemampuan
diri...sungguh...aku membutuhkan penguatan dari jama’ah, support, dan terus
belajar berorganisasi...seperti yang senantiasa aku dapatkan dari para pengurus
inti di DPD...hmm...tampak seperti bertolak belakang, namun dibalik cemasnya ada
sayap yang mengikuti, untuk menutupi kecemasannya aku selalu berusaha bergegas
belajar dan mempersiapkan diri...sehingga tampak cenderung perfecsionis.
“Semakin berisi, semakin
merunduk”. Begitulah pepatah berkata. Jangan sombong atas sebuah keberhasilan.
Karena kita hanyalah pengembara, tanpa tuntunan dari-Nya kita tak bisa berbuat
apa-apa. Selama kita mampu, teruslah berkarya...pantaskan diri bahwa kita
pemenang dalam pertarungan. Dunia ini hanyalah panggung sandiwara. Kitalah umat
Islam, partai dakwah kita PKS, yang harus jadi bintangnya. Berkhidmat untuk
rakyat, membawa kemashlahatan untuk umat.
Sementara saja kita singgah. Karenanya seorang muslimah, kader dakwah
harus punya motivasi yang kuat untuk bergerak. Mengapa ada sebagian muslimah
yang mempunyai amanah bertubi-tubi tapi ada juga muslimah yang begitu banyak
uzur? Kita adalah murrobiyah dari para mutarobbi kita...karenanya sebuah
keniscayaan jika kita menjadi contoh dalam gerak langkah. Tentunya ini
berdampak diikutinya oleh mutarobbi kita yang di bawah.
Bagaimana kita bisa menang jika
banyak kader yang berdiam diri? Maka saat struktur bergerak tapi kita diam,
siapakah yang patut kita salahkan? Saatnya introspeksi diri...Sebaliknya...saat
di bawah bergerak, sementara kepengurusan di struktur begitu sepi...tempat
rapat hanya 1-2 orang yang singgah...siapakah yang patut kita salahkan? Wahai
para mujahid...mari bersatu..jangan merasa cukup dengan apa yang sudah kita
lakukan dengan alasan sudah menyeru pada
kebaikan, karena menyeru pada kebaikan hanyalah satu sisi, yang terpenting
adalah kita bisa melakukan amar ma’ruf nahi munkar bila kita mempunyai otoritas
kekuasaan, karenanya masing-masing diri,
dengan pembinaan dari struktur bisa
mempersiapkan diri dimanapun posisi kita berada, amanah apapun yang akan kita
emban, berkontribusi apapun yang kita bisa...dari dorongan kekuatan
ruhiyah...maka Allah akan memberikan pertolongan...
Rapatkan barisan, yakin kita
semua memiliki potensi. Jangan banyak uzur..begitulah yang harus kita tanamkan.
Basahi dengan air wudhu di malam penuh keheningan...basahi lisan dengan dzikir,
genggam Al Qur’an dan aplikasikan...maka... serpihan jiwa tak lagi
kering...menyatu dalam gelora jihad.....Allohu Akbar...!!!
0 Komentar