Ahmad Syaikhu CaWaGub Jabar
|
Sengaja Juru Catat bertandang ke akun Face Book Zico Alviandri, ketika otak tak mau kompromi agar artikel tersaji. Tiung...muncullah inspirasi ketika membaca lini masa tanggal 30 Jan 2018. Berikut penggalan tulisannya yang melambai minta diangkut:
"Desember 2017, pikiran-rakyat.com
memuat headline berita, Setiap 13 hari sekali Pemprov Jabar raih
penghargaan. "Dengan jumlah penghargaan mencapai 250 dalam durasi
kepemimpinannya yang menginjak tahun ke-9, jika dianggap 1 tahun 365
hari dikalikan sembilan tahun dan dibagi 250 penghargaan, muncul angka
13 hari sekali perolehan penghargaan," Begitu yang dimuat di laman http://www.pikiran-rakyat.com/…/setiap-13-hari-sekali-pempr… "
"Saya bangga. Kiprah Kang Aher - begitu sapaan gubernur lulusan
Fakultas Syariah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) - itu
membuat saya terkenang pada bullyan seorang teman. "Gak ada ustadz yang
sukses jadi pejabat, Zic." Kira-kira begitu perkataannya. Meremehkan
para politisi muslim yang berlatar belakang ilmu agama.
Kang Aher
adalah jawaban dari bullyan teman saya dulu. Apa yang dicapainya tentu
merupakan prestasi terukur. Pihak-pihak yang memberi penghargaan itu
telah memiliki kriteria yang telah dipenuhi oleh kerja keras Kang Aher.
Bukan penghargaan berdasarkan rasa suka yang emosional. Mereka mengakui
Kang Aher telah sukses dalam suatu bidang sehingga layak diberi
pengakuan."
Kawan...
Sepertinya gambaran perasaan bangga berbunga-bunga diatas itu mewakili kata hati seluruh warga Jawa Barat hingga pelosok desa. Namun jika kenyataan tahun 2018 ini Kang Aher harus menyudahi pengabdian karena undang-undang membatasi hanya dua periode memangku jabatan, akankah terwujud rentetan kebanggaan itu berlanjut? Haruslah ya !
Kata orang tahun 2018 ini tahun politik. Tahun dimana diselenggarakan PilGub dan PilKada serentak di wilayah Indonesia, tak terkecuali untuk Jawa Barat. Bagi masyarakat Jawa Barat ini saat yang mendebarkan. Bagaimana tidak? Salah menentukan pilihan, kebanggaan yang ada bisa jadi sirna.
Kawan...
Siap-siap saja kecewa, jika visi penggantinya tak sejalan dengan yang lama
Siap-siap saja tercabik kerukunan beragama, jika ada pembiaran penganiayaan Ulama.
Siap-siap saja tertinggal kereta, jika penggantinya tak mampu mengukir prestasi yang sama. Begitulah aksiomanya yang lama selalu jadi bahan pembanding. Singkatnya tak mampu move on
Lalu apa yang harus masyarakat lakukan? Mudah saja sebenarnya, Kawan. Mohon dicatat:
"Jangan sembarang mempercayakan kepemimpinan Jabar. Kisi-kisinya pernah Juru Catat tuliskan di http://bandung.pks.id/2018/01/fenomena-luar-biasa-pada-launching-asyik.html?m=1.Intinya sesuai kriteria yang dituntut bagi pemimpin di Tatar Sunda yaitu Nyakola, Nyantri, Nyunda, Nyatria, dan Nyantika. Tak gampang memang, tapi harus ditemukan.
Pertanyaannya: "Adakah diantara empat pasangan Calon Gubernur dan Wakil yang maju di PilGub tahun ini yang memenuhi kriteria itu?" Wah, mohon maaf sejauh ini belum mendengar yang memiliki kelima kriteria dimaksud, kecuali Sudrajat-Ahmad Syaikhu. Itu sebabnya Kang Aher demi cintanya pada Jawa Barat, kelak akan ikut berkampanye untuk memenangkan pasangan ASYIK, Ajat-Ahmad Syaikhu.
Kawan...
Nah, makin gamblang kepada siapa seharusnya jatuhkan pilihan pemimpin Jabar untuk lima tahun mendatang. Ajak sanak dan handai taulan bicara yang ASYIK-ASYIK. Usahakan dalam mengajak gunakan cara yang cantik, hindari menghujat dan adu fisik.
Terima kasih Bang Zico, tulisannya sudah menginspirasi artikel ini. Salam.
#FriedaKustantina
#JuruCatat
Kawan...
Sepertinya gambaran perasaan bangga berbunga-bunga diatas itu mewakili kata hati seluruh warga Jawa Barat hingga pelosok desa. Namun jika kenyataan tahun 2018 ini Kang Aher harus menyudahi pengabdian karena undang-undang membatasi hanya dua periode memangku jabatan, akankah terwujud rentetan kebanggaan itu berlanjut? Haruslah ya !
Kata orang tahun 2018 ini tahun politik. Tahun dimana diselenggarakan PilGub dan PilKada serentak di wilayah Indonesia, tak terkecuali untuk Jawa Barat. Bagi masyarakat Jawa Barat ini saat yang mendebarkan. Bagaimana tidak? Salah menentukan pilihan, kebanggaan yang ada bisa jadi sirna.
Kawan...
Siap-siap saja kecewa, jika visi penggantinya tak sejalan dengan yang lama
Siap-siap saja tercabik kerukunan beragama, jika ada pembiaran penganiayaan Ulama.
Siap-siap saja tertinggal kereta, jika penggantinya tak mampu mengukir prestasi yang sama. Begitulah aksiomanya yang lama selalu jadi bahan pembanding. Singkatnya tak mampu move on
Lalu apa yang harus masyarakat lakukan? Mudah saja sebenarnya, Kawan. Mohon dicatat:
"Jangan sembarang mempercayakan kepemimpinan Jabar. Kisi-kisinya pernah Juru Catat tuliskan di http://bandung.pks.id/2018/01/fenomena-luar-biasa-pada-launching-asyik.html?m=1.Intinya sesuai kriteria yang dituntut bagi pemimpin di Tatar Sunda yaitu Nyakola, Nyantri, Nyunda, Nyatria, dan Nyantika. Tak gampang memang, tapi harus ditemukan.
Pertanyaannya: "Adakah diantara empat pasangan Calon Gubernur dan Wakil yang maju di PilGub tahun ini yang memenuhi kriteria itu?" Wah, mohon maaf sejauh ini belum mendengar yang memiliki kelima kriteria dimaksud, kecuali Sudrajat-Ahmad Syaikhu. Itu sebabnya Kang Aher demi cintanya pada Jawa Barat, kelak akan ikut berkampanye untuk memenangkan pasangan ASYIK, Ajat-Ahmad Syaikhu.
Kawan...
Nah, makin gamblang kepada siapa seharusnya jatuhkan pilihan pemimpin Jabar untuk lima tahun mendatang. Ajak sanak dan handai taulan bicara yang ASYIK-ASYIK. Usahakan dalam mengajak gunakan cara yang cantik, hindari menghujat dan adu fisik.
Terima kasih Bang Zico, tulisannya sudah menginspirasi artikel ini. Salam.
#FriedaKustantina
#JuruCatat
0 Komentar