Survei Prevalensi Naional TB tahu 2013-2014 menunjukkan angka 660/100.000, artinya terdapat 660 kasus TB dalam 100.000 penduduk. Prevalensi di Provinsi Jawa Barat menunjuk pada angka 157/100.000 penduduk pada tahun 2016 berdasarkan perhitungan estimasi insiden TB di Provinsi Jawa Barat, merupakan angka terjemahan dari Prevalensi seluruh Kab/Kota. Di Kota Bandung angka notifikasi semua kasus TB yang diobati (case notification rate/CNR) pada tahun 2016 adalah 8923 x 2.490.622/100.000 = 222 artinya sudah ditemukan penderita TB 222 diantara per 100.000 penduduk, tetapi apabila dipetakan per wilayah hanya Kota Bandung saja dari 73 Puskesmas dan 16 RS DOTS dari 30 Kecamatan hanya 8244 x 2.490.622/100.000 adalah 205, kalau dibandingkan dengan target Provinsi Jawa Barat angka ini tetap masih tinggi. Dari 31 RS yang ada di wilayah Kota Bandung baru 16 (52%) RS yang sudah DOTS, artinya masih ada 15 RS lagi harus di DOTS kan. DPM, Apotik, Klinik, BP masih belum berkontribusi terhadap penemuan TB. Keberhasilan pengobatan TB pada tahun 2015 adalah 79% dari target nasional 90%, dan masih tingginya angka loss to follow up yaitu 10% dari target <5%.
Kolaborasi TB-HIV belum optimal dilakukan di setiap layanan kesehatatan yaitu baru 7% di tahun 2016 dari target 45%. Cakupan penemuan TB Resisten Obat baru 24% dari target 60% artinya masih ada 36% yang masih belum ditemukan dan akan menyebarkan TB yang resisten.
Untuk menanggulangi kasus TB tersebut maka KNCV tubercolosis fondation melakukan penanggulangan TB dengan gerakan TOSS TB (Temukan Obati Sampai Sembuh Tuberkolosis). Merupakan kegiatan kampanye penemuan kasus TB secara aktif dan masif yang melibatkan seluruh pihak baik dari pemerintah maupun masyarakat. Gerakan TOSS TB tidak akan memberikan perubahan bila tidak dilakukan secara sinergi antara penyelenggara program TB, penyedia layanan, pasien TB dan keluarga serta masyarakat umum.
Selain itu juga diadakan Konsutasi Publik Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan TB pada Hari Rabu (30/8) bertempat di Balaikota Bandung. Acara ini dibuka oleh Wakil Walikota Bandung serta dihadiri oleh perwakilan SKPD-SKPD Kota Bandung. Dalam sambutannya mang Oded memberikan pesan agar lebih banyak memberikan edukasi mengenai TB di masyarakat. Sementara Endrizal Nazar selaku perwakilan legislatif menanggapi kasus TB ini serta berupaya memberikan regulasi penanggulangan dan pengalokasian anggarannya.
Sebelum ke acara inti panitia menampilkan dua orang mantan penderita TB, Dewi Wulan dan Hari Rizkianto. Keduanya sempat mengalami TB hingga parah bahkan sampai merenggut nyawa kedua orang tua Hari. Namun, kini mereka berdua dinyatakan sembuh total karena menjalani pengobatan dengan sungguh-sungguh. RAD penanggulangan TB merupakan dokumen kebijakan daerah yang berisi komitmen untuk melakukan serangkaian tindakan, tugas atau langkah-langkah yang dirancang untuk eliminasi TB, mengacu pada kebijakan nasional terkait (RPJMN, Renstra Kementerian Kesehatan, Rencana Aksi Nasional TB, dll), seperti yang dipaparkan oleh Hery Ansari, Kepala Bapelitbang saat memberikan pengantar dalam konsultasi publik tersebut.
Sementara narasumber utama ialah Rita Ferita (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung), Joko Siswanto (KNCV), Endrizal Nazar (DPRD) dan dimoderatori oleh Ratna Rahayu (Bapelitbang). Permasalahan TB yang tidak seperti HIV/AIDS yang sudah memiliki lembaga tersendiri menjadi sorotan dari beberapa pertanyaan audiens. Sehingga legislatif berupaya akan memberikan regulasi tersebut, karena anggaran juga tidak dibatasi. Bahkan puskesos yang akan diluncurkan oleh Dinas Sosial diharapkan menjadi solusi alternatif bagi PMKS saat rawat jalan.(Ishma)
0 Komentar