ilustrasi |
pksbandungkota.com - Kita
seringkali menganggap besar suatu masalah. Padahal sebenarnya masalah yang kita
hadapi itu tidak seberapa besarnya. Jika kita mau berpikir dan merenung
sejenak, kita pasti akan menemukan jawabannya. Bahkan tanpa waktu lama kita
mampu menyelesaikan masalah tersebut.
Biasanya
masalah itu tak kunjung selesai dikarenakan kita membiarkan masalah itu,
memendamnya. Hingga masalah itu menumpuk. Dan kita semakin bingung untuk
menyelesaikan masalah-masalah itu. Pada akhirnya kita merasa putus asa,
frustasi. Oleh karena itu, sebaiknya jika kita mendapatkan suatu masalah.
Hadapi dan selesaikan. Jangan ditunda-tunda, dipendam sendiri.
Jika memang kita agak sulit menyelesaikannya, kita bisa meminta bantuan orang lain atau hanya sekedar tempat berbagi. Kita bisa memilih orang yang lebih profesional, orangtua, sahabat atau teman yang bisa kita percayai. Namun bila masalah itu terlanjur menumpuk, solusinya tetap selesaikan masalah kita. Selesaikan satu demi satu. Yang paling penting selesaikan dengan tenang. Karena jika kita tidak tenang, kita akan melihat masalah itu jauh lebih besar dari kenyataannya.
Jika memang kita agak sulit menyelesaikannya, kita bisa meminta bantuan orang lain atau hanya sekedar tempat berbagi. Kita bisa memilih orang yang lebih profesional, orangtua, sahabat atau teman yang bisa kita percayai. Namun bila masalah itu terlanjur menumpuk, solusinya tetap selesaikan masalah kita. Selesaikan satu demi satu. Yang paling penting selesaikan dengan tenang. Karena jika kita tidak tenang, kita akan melihat masalah itu jauh lebih besar dari kenyataannya.
◊◊◊
Mari kita beranjak kepada masalah
itu sendiri, apakah masalah itu? Sebenarnya masalah itu ada untuk mengukur
kemampuan kita, bagaikan sebuah ujian saat kita berada di sekolah. Ujian
tersebut merupakan tolak ukur, seberapa besar penguasaan kita terhadap suatu
masalah. Juga untuk mengukur tingkatan pola pikir kita dalam menyelesaikan
masalah. Jika kita lulus dari masalah tersebut, otomatis kita sudah meningkatkan
pola pikir kita. Seperti habis ujian, kita akan naik kelas.
Selain itu, dalam agama kita pun
yang namanya ujian itu pasti ada. Karena ujian tersebutlah yang akan menjadi
tolak ukur keimanan kita. Orang yang imannya kuat, pasti ujian hidupnya jauh
lebih berat. Seperti para Nabi dan Rasul, ujian hidup mereka tentu jauh lebih
berat dibandingkan kita sebagai manusia biasa. Dari mulai Nabi Adam yang digoda
iblis, hingga akhirnya dikeluarkan dari Surga. Sampai kepada Nabi kita,
Muhammad Rasulullah saw. yang ujian hidupnya amat sangatlah berat dan tiada
hentinya. Berawal dari kelahirannya sebagai anak yatim, hingga ketika Beliau
berdakwah banyak orang yang menghinanya bahkan tak segan-segan menyakitinya.
Jadi, masalah sama dengan ujian dan
ujian sudah pasti ada di dunia ini. Semua manusia pasti akan mendapatkan ujian
untuk mengukur pola pikirnya dan mengetahui tingkat keimanannya. Tapi tenang,
ujian yang diberikan pada setiap orang tidak akan mutlak sama. Allah hanya akan
memberikan ujian sesuai dengan kemampuan kita, tidak mungkin ujian itu jauh
lebih berat daripada kemampuan kita. Anak SD saja tidak mungkin diberikan soal
ujian anak SMP ataupun SMA.
Selanjutnya, bagaimana cara kita
menyelesaikan suatu masalah merupakan awal cerita dari si stress. Jika cara kita
menyelesaikan masalah seperti bayi, yang ketika mendapatkan masalah dia akan
menangis namun tak putus asa untuk berusaha. Tentu kita tak akan dilanda stress
berkepanjangan. Namun jika kita menyelesaikannya seperti anak kecil yang manja,
yang selalu mengandalkan orang-orang disekitarnya. Kita akan kesulitan
menyelesaikan masalah kita sendiri, karena kita selalu berharap ada orang yang
mau membantu menyelesaikan masalah kita atau malah membayangkan masalah kita
lenyap begitu saja.
Untuk tipe yang kedua tersebut juga
terbagi lagi: ada yang selalu mengeluh dalam hidupnya, berharap orang lain
mengasihaninya hingga akhirnya ia dibantu diselesaikan masalahnya dan orang
yang hanya membiarkan masalahnya hingga menumpuk.
Orang yang selalu mengeluh awalnya
tak begitu kenal dengan si stress, karena setiap dia stress itu hanya bertahan
sementara. Sebab, selalu ada yang mengasihaninya. Namun sadarkah ia, bahwa ia
telah membuat orang lain tak menyukainya? Karena yang punya masalah kan tak
hanya dia seorang, bahkan mungkin bagi orang lain masalah yang dia hadapi
hanyalah masalah sepele yang tak ada bandingannya dengan masalah orang lain
yang jauh lebih besar.
Sementara untuk yang selalu
menumpukan masalahnya tanpa pernah berpikir untuk menyelesaikan masalahnya satu
persatu, akan menderita stress akut atau bahkan depresi. Dia hanya bisa diam
lalu menangis sendiri ketika masalah menimpanya, memendamnya hingga akhirnya ia
tak kuat dan membutuhkan pelampiasan. Makanya gak aneh kalo banyak orang yang
suka berkelakuan aneh-aneh, dari mulai menyakiti diri sendiri hingga bunuh
diri. Yang suka bengong, sibuk sendiri lalu jadi gila.
Awalnya mungkin perilaku yang
nampak, ia berubah menjadi pendiam. Lalu mulai memiliki hobi baru, bengong.
Karena yang ada di pikirannya hanya masalah, masalah dan masalah. Ia
seolah-olah dihantui perasaan bersalah karena tak mampu menyelesaikan
masalahnya. Setiap ia berusaha untuk fokus, lagi-lagi bayangan masalahnya
melintas. Dan ketika ada waktu untuk sendiri, air matanya sudah tak terbendung
lagi. Ia akan menangis, tangisannya akan meledak-ledak. Seperti ada sesuatu
yang mengganjal di dalam dadanya.
Alhasil, aura wajahnya tak lagi
menampakkan keceriaan. Wajahnya lesu, tidak memiliki semangat hidup sama
sekali. Benar-benar masa depan yang suram. Belum lagi beban hidup yang terasa
makin berat. Dadanya akan selalu terasa sakit, hingga ketika ia menangis, ia
mendadak sesak napas. Padahal ia tak memiliki riwayat penyakit asma. Berujung
pada pingsan yang tak bisa ditahan lagi. Hal ini disebabkan pusing di kepala,
sesak di dada dan gangguan lainnya yang menyebabkan keseimbangan tubuh hilang.
Ketika kekesalannya memuncak, ia
akan mencari pelarian. Saat ia merasa bahwa penyebab semua masalah ada pada
dirinya, ia akan merasa tak berharga lagi. Rasa kebencian pada diri sendiri pun
mulai tumbuh. Mulai dari mencaci-maki diri sendiri, menyakiti diri sendiri.
Meskipun sebenarnya batinnya pun perih tapi sangat sulit untuk membuatnya
stabil kembali. Bahkan tangisannya pun bagaikan tangisan kesetanan.
Pelarian lain yang bisa dilakukan,
ialah membahagiakan diri sendiri dengan cara yang ia mampu. Ia mulai
menghidupkan daya imajinasinya, halusinasinya. Ia akan menciptakan dunianya
sendiri, dimana ia tak pernah mendapatkan masalah. Karena ia lah yang memegang
skenario kehidupannya. Namun jika hal ini terus-terusan dilakukan, akan
berujung pada kegilaan.
Atau, cerita lainnya. Menjadi
brandal, dimana ia tak lagi disalahkan tapi diagung-agungkan. Ia akan membalas
semua rasa sakit hatinya kepada orang lain yang lebih lemah dari dirinya. Ia
seolah-olah menumpahkan masalah hidupnya kepada sasarannya itu. Ini bisa
dilihat dari kelakuan para brandal yang banyak melakukan perpeloncoan kepada
juniornya. Merusak fasilitas umum dan mengganggu masyarakat. Pada dasarnya
karena ia ingin diperhatikan, ia ingin orang lain peduli padanya dan membantu
menyelesaikan masalahnya.
Menggunakan obat-obat terlarang,
merupakan cara lain mencari kebahagiaan atau melupakan masalahnya. Karena
seperti yang telah diketahui bersama, efek dari penggunaan obat-obat terlarang
ialah halusinasi kita yang akan semakin liar. Kita akan merasa memiliki sesuatu
yang sebelumnya tak pernah dimilikinya atau yang tak pernah dimiliki siapapun.
Contohnya: merasa bisa terbang bagaikan burung atau merasa melihat surga dan lain
sebagainya.
Puncak dari pelarian stress yang
amat sangat mengerikan ialah bunuh diri. Karena penyelesaian yang paling baik,
yang ia rasakan adalah kematian. Dia berpikir dengan berakhirnya riwayat
hidupnya tak kan ada lagi masalah yang mencecarnya. Alhasil ia pun mencoba
menjemput kematiannya, ia percepat kematiannya dengan jalan bunuh diri. Bisa
dengan perlahan atau yang benar-benar langsung mati. Seperti sudah kita lihat
dalam kehidupan sehari-hari, mengakhiri hidup dengan meminum racun serangga, terjun
dari ketinggian, menabrakan diri dan lain sebagainya.
Padahal seharusnya hal-hal diatas tak perlu terjadi jika kita bisa menyelesaikan masalah kita. Memang, menyelesaikan suatu masalah itu tidaklah mudah. Tapi jika kita tetap menganggap itu sulit, maka selamanya kita akan merasa kesulitan menyelesaikan masalah kita. Karena salah satu kunci penyelesaian suatu masalah adalah sugesti positif yang diberikan kepada diri kita sendiri. Coba lihatlah anak kecil yang sedang belajar, ketika ia dipuji oleh lingkungannya, ia akan mampu belajar lebih cepat. Logikanya belajar adalah masalahnya dan pujian merupakan sugesti positif yang diterimanya.
Padahal seharusnya hal-hal diatas tak perlu terjadi jika kita bisa menyelesaikan masalah kita. Memang, menyelesaikan suatu masalah itu tidaklah mudah. Tapi jika kita tetap menganggap itu sulit, maka selamanya kita akan merasa kesulitan menyelesaikan masalah kita. Karena salah satu kunci penyelesaian suatu masalah adalah sugesti positif yang diberikan kepada diri kita sendiri. Coba lihatlah anak kecil yang sedang belajar, ketika ia dipuji oleh lingkungannya, ia akan mampu belajar lebih cepat. Logikanya belajar adalah masalahnya dan pujian merupakan sugesti positif yang diterimanya.
Selain dari sugesti positif, kita
juga akan membutuhkan bantuan sang Maha Kuasa. Baik itu meminta pertolongan
agar kita dibantu menyelesaikan masalah kita ataupun meminta agar pribadi kita
lebih diperbaiki, dikuatkan. Agar ke depannya kita lebih tahan banting terhadap
masalah. (Ishma)
0 Komentar