Mudik Berkualitas

sumber : google

Seorang teman melahirkan anak keempatnya dengan operasi sesar dua hari menjelang idul fitri.  Larangan dokter untuk melakukan perjalanan jauh maupun rasa sakit akibat luka jahitan tidak menghalangi kerinduannya  untuk mudik ke tanah kelahirannya di daerah Ciamis.

Keponakan saya, lulus sbmptn di jurusan sastra bahasa asing, universitas negeri ternama. Ia juga lulus di jurusan teknik universitas swasta terkemuka. Galau. Rencananya, kalau ia nanti lulus kuliah sastra dan menjadi ahli bahasa asing, ia akan pindah ke luar negeri dan menjadi warga negaranya.  Itu semua karena menurutnya, negeri ini menyebalkan.
Namun akhirnya setelah berpikir dan berdikusi dengan orang tuanya, poin terakhir -pindah  kewarganegaraan, ia coret dari daftar cita-citanya.

Menjelang idul fitri, ribuan pemudik tak terbendung. Mereka harus rela bermacetan di Gerbang Tol Brebes berjam-jam lamanya.

Begitulah. Tanah kelahiran selalu menjadi magnet. Apalagi bila orang tua, sanak saudara masih ada di sana. Bagaimanapun kondisi tanah kelahiran kita. Bukan hanya kita saja yang rindu untuk mudik ke kampung halaman,  bahkan seorang nabi pun merasakannya.

Beliau adalah Nabi Musa. Kisahnya begitu lengkap dalam QS Thoha dimulai dari ayat  10. Isinya menceritakan tentang perjalanan mudiknya dari Madyan ke Mesir. Di tengah perjalanan Musa tersesat dan mencari petunjuk jalan hingga ke Bukit Thuwa. Disanalah ia menerima misi kenabian dari Allah SWT.

Begitulah  mudik ala  Nabi Musa. Tidak hanya bertemu sanak saudara. Namun ada misi besar yang diperintah langsung oleh Allah. Mengubah peradaban.

Mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi bagi kita kalau sedang mudik. (Emily)

Posting Komentar

0 Komentar