Setiap 1 Syawal, umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Di hari Fitri itu, kita memakai baju terbaik, membayar zakat fitrah untuk
membersihkan jiwa, bersama-sama sholat berjamaah dan mendengarkan khutbah,
untuk lalu bersiap untuk bersilaturahim bersama keluarga, tetangga, dan sanak
famili.
Sholat Ied dilakukan di masjid-masjid besar, masjid
kompleks, lapangan, dan tak jarang dilakukan di jalan raya. Jaman dulu, saat alas
tikar masih booming, membawa tikar lipat sebagai alas sajadah. Satu keluarga
cukup membawa satu tikar besar yang dapat dirol dan dilipat kotak. Pulang dari
sholat Ied, alas tikar digulung lagi dan dibawa pulang. Minimal sampah.
Seiring kemajuan jaman, alas tikar yang dapat digulung ini
tampak semakin jarang terlihat. Umat ingin segala yang lebih praktis, ekonomis,
instan. Sekali pakai, buang. Begitu pula dengan alas sajadah. Harga koran yang
semakin terjangkau dan mudah didapat
menjadikan koran menjadi pilihan alas sajadah yang makin populer. Tak
jarang, pemandangan di hari Fitripun terganggu dengan koran bekas yang tidak dibawa
pulang oleh pemiliknya.
Koran yang dibiarkan tertinggal di tempat bekas sholat
kadang tergeletak begitu saja, tertiup angin, terinjak, basah, dan akhirnya
jadi sampah yang tidak lagi bisa dipakai. Sampah koran bekas ini benar-benar
mengganggu pemandangan dan seharusnya tidak dilakukan para muslimin muslimat.
Tak jarang, sampah koran bekas tersebut beralih menjadi
tanggung jawab pemulung, panitia sholat Ied, atau orang lain yang berbesar hati
membersihkan. Tak ada yang salah dengan hal itu. Tapi bukankah setiap kita bertanggung jawab
atas tiap lembar koran bekas yang kita bawa, dan tidak berharap orang lain yang
akan membersihkannya?
Ada satu hal yang menurut saya prinsipil, sampah adalah
tanggung jawab individu, selain merupakan tanggung jawab bersama. Bayangkan
jika yang terjadi adalah seperti ini. Kita kembali ke tigapuluh tahun lalu saat
orang-orang masih membawa tikar sebagai alas sholat dan menggunakan koran bekas
hanya sebagai cadangan. Dan setelahnya, para pembawa koran ini membawa lagi
koran bekasnya untuk dilipat dan dikumpulkan untuk nantinya bisa disedekahkan
ke pemulung, makin berlipatlah pahala yang akan didapat, dan semakin terasalah
suasana fitri yang seharusnya.
Bukankah seharusnya di hari yang Fitri, kita juga kembali
Fitri? Tak hanya suci lahir dan batin, namun juga tercermin dalam perilaku kita
terhadap lingkungan?
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437H. Taqabballahu minna wa
minkum, syiyamana wa syiyamakum. Taqabbal yaa kariim. Mohon maaf lahir batin
dan selamat berlibur bersama keluarga tercinta.(LH)
0 Komentar