Mukhoyyam, Selaksa Kisah Tak Terlupakan (Part II)


Sebelumnya :
Mukhoyyam, Selaksa Kisah Tak Terlupakan (Part I)
Jumat, 10 April 2015

Ini berarti tinggal menunggu hari esok untuk berangkat, dan Alhamdulillah perlengkapan yang dianjurkan panitia sudah lengkap. Bahkan perlengkapan yang tak diminta panitia pun kubawa juga. Aku membawa selimut, sarung, baju ganti dan perlengkapan toileting yang lengkap. Hehehe.... ingat soal ini aku jadi senyum-senyum sendiri saat ini. karena peralatan itu tak satu pun tersentuh pada akhirnya. Selimut hanya menambah beban saja di tas. Perelengkapan mandi tak secuil pun dijamah, karena selama disana ga mandi-mandi. Fiuh...contoh yang tidak bagus kalau anakku mengetahui kalau bapaknya tak mandi-mandi. Hehe..

Sabtu, 11 April 2015

Seorang sahabat menjemput di pagi buta jam 03.45 karena rencana berangkat ke TKP pukul 04.00 dengan harapan pukul 07.00 kami sudah siap disana. Tapi ternyata, ada saja yang menghambat perjalanan ini. Ada dua teman yang terlambat datang sehingga terpaksa kita berangkat melewati waktu yang ditentukan. Tapi tak apalah toh ini perjalanan jama’i sehingga apapun yang terjadi konsekuensinya ditanggung bersama.

Di pintu masuk, kami harus registrasi ulang per kelompok dan diadakan pembagian slayer tanda peserta. Bahkan bagi yang belum mendapatkan kaos kepanduan, disinilah kami mendapatkannya. Pokoknya dibuat berseragam dan serapih mungkin. Sebagai pemula, aku masih merasa ini sebuah rekreasi murah. Dalam benakku, inilah saatnya aku refreshing setelah sibuk dengan urusan harian yang bikin penat kepala. Inilah saatnya aku bisa bersahabat dengan alam bebas dan bercengkrama dengan jamaah yang lain, sehingga bisa tukar-tukaran nomor hp sekalian. hehe

Ditengah pikiran seperti itu, sambutan dari megaphone menyambut kedatangan kami yang terkesan mau tamasya ini. “Untuk yang baru datang segera ke tempat perkemahan, kami beri waktu 15 menit untuk pasang tenda” katanya. Dengan langkah tegap setengah berlari laksana tentara di dalam barak militer, kami pun cepat-cepat pasang tenda. Alhamdulillah sesuai waktu yang ditetapkan akhirnya selesai pula tenda dipasang. Baru saja selesai pasang tenda, “priiiiiiiit......priiiiit.....priiiiit” suara peluit berbunyi di lapangan sana. Kami pun berhamburan menghampiri lapangan. Secepat yang kami bisa, sekuat tenaga yang kami mampu, ternyata aku dan sebagian teman-teman yang lain tak sesuai dengan waktu yang diharapkan panitia. Konsekuensinya kami harus legowo untuk mendapatkan hukuman, yang oleh para panitia diberi istilah “Kasih Sayang”. Kasih sayangnya tak tanggung-tanggung 20x push up harus ditunaikan. Haduh....waktu tes kebugaran, aku cuma mampu 10x loh push up. Tapi tak apa dech, justru kami merasa happy dengan hukuman ini.

Suasana di bumi perkemahan Batu Kuda ini, nuansa pagi itu cukup sejuk, rindangnya pohon pinus membuat kami di lapangan tidak begitu kepanasan. Dan rangkaian kegiatanpun terus bergulir, dimulai senam nusantara yang membuat agak kikuk sebab ternyata banyak kader yang tidak hapal akan gerakan senam ini. Kelucuan terus terjadi, ledekan antar teman terutama yang obesitas membuat kehangatan dalam jalinan kebersamaan.

Seusai senam barulah dimulai upacara pembukaan dengan pembina upacara pak Oded Muhammad Danial atau yang lebih akrab kami sapa dengan panggilan mang Oded. Yang sejak dua tahun lalu diamanahi sebagai wakil walikota Bandung.

Peserta mukhoyyam kali ini terdiri dalam 26 group yang masing-masing group beranggotakan 10 orang bahkan ada yang lebih dari 10 orang seperti group 22 dari DPC Sukajadi yang mendapat tambahan dari DPC Coblong. Ada yang menarik perhatian semua peserta bahkan panitia sekalipun, yaitu dengan hadirnya H. Gaos peserta yang berumur 74 tahun. Masya Allah....! Beliau begitu bersemangat dan mampu melalui rangkaian kegiatan dengan gelora yang tak kalah semangat dengan peserta yang lain. Sungguh kami yang jauh dibawah beliau umurnya menjadi malu di kala harus mengeluh dengan rasa lelah yang kami rasa. Keletihan terasa sirna di kala mata ini tertuju ke pada beliau. Luar biasa! begitu hati ini berujar dikala melihat beliau dengan rapinya melakukan kegiatan PBB yang di-mentori langsung oleh kesatuan TNI. Kebetulan H. Gaos ini tim kuning, sementara aku berada di tim biru. Sehingga kami sempat saling perhatikan waktu giliran. 'Semoga pak haji ini, terus sehat selama kegiatan ini' ini gumamku dalam hati.

Selanjutnya :
Mukhoyyam, Selaksa Kisah Tak Terlupakan (Part III-habis)

Posting Komentar

0 Komentar