Mukhoyyam, Selaksa Kisah Tak Terlupakan (Part I)



PKS Kota Bandung - mukhoyyam kader

Sejak murobi awal maret lalu memberitahukan akan ada mukhoyyam, rasa penasaran selalu menyertai pikiranku. Istilah mukhoyyam ini sering kudengar semenjak aku berada di jajaran jamaah ini. Tapi sepertinya Allah belum juga memberi kesempatan untuk mereguk nikmatnya perangkat tarbiyah ini. Semakin kuingat kata itu semakin aku ingin melewatinya. Akan tetapi rasa penasaran itu selalu bercampur aduk dengan momok menakutkan. Karena informasi yang kudengar bahwa mukhoyyam yang tergambar adalah outbond,jalan yang penuh rintangan dan melelahkan, tidur di hutan hanya menggunakan sleeping bag, makan seadanya bahkan bayangan cuaca ekstrim yang melanda Bandung akhir-akhir ini. Ini yang membuat rasa khawatir dan kecemasan yang mengguncang sampai ke relung hati. Apalagi di usiaku yang tidak muda lagi kalau dibanding peserta lain yang rata-rata 40 tahun ke bawah.

Tapi murobiku yang telaten yang padahal usianya terpaut jauh dibawahku terus memberiku spirit di pesan whatsappnya. Saat kajian liqo pekanan tak henti-hentinya beliau mengingatkan, 'mukhoyyam merupakan salah satu perangkat tarbiyah yang kedudukannya sama seperti kewajiban liqo pada setiap kader-kader dakwah.... dampaknya dahsyat sedahsyat kegiatannya'.

Kalimat itu yang membuat rasa penasaran mempengaruhi sekujur jiwa ini. Dengan modal itulah akhirnya rasa percaya diri timbul dan aku ingin sekali cepat-cepat melaluinya. Akhirnya akupun tak ragu lagi untuk mendaftarkan diri dan mengikuti pra mukhoyyam yang diantaranya tes kebugaran. Sungguh ada kisah yang membuatku tertawa sendiri,awalnya aku mengira tes kebugaran itu berupa tes kesehatan layaknya dokter olahraga mengecek atlet yang mau tempur. Ternyata tes kebugaran adalah rangkaian kegiatan olahraga untuk mengecek sampai sejauh mana daya kekuatan kita. Diawali lari keliling Gasibu selama 10 menit, terus berlanjut sit up, push up, bending, bahkan lari yang menggunakan istilah level dan squat. Cukup melelahkan dan menguras tenaga tentunya, apalagi pagi tersebut aku lupa tidak sarapan seperti biasanya. Bismillah...hanya dengan sarapan sepotong roti mudah-mudahan bisa tuntas sampai siang. Dan alhamdulillah sekitar jam sebelas siang tes kebugaran ini telah usai. Kelelahan menemani badan ini, tapi kelelahan seakan sirna dan justru disini terasa kebersamaan. Disini terasa kopdar dari pertemanan di sosial media. Yang biasanya kami saling like di facebook atau twitter, hari ini bisa bertegur sapa dan taaruf langsung. Masya Allah indahnya.

Di akhir tes kebugaran tersebut, panitia mengingatkan peserta agar benar-benar mempersiapkan diri di rumah. Makanya aku yang jarang olahraga ini, sengaja demi mukhoyyam selalu menyempatkan diri untuk jogging keliling lapang Abra di Sukajadi. Walaupun cuma beberapa keliling. Selain olahraga ringan ini akupun lebih selektif dalam mengkonsumsi makanan, dan rajin minum habbats dan madu. Dan murobiku pun secara serius mempersiapkan kami sebagai binaannya, agar maksimal dalam mukhoyam nanti. Yang diantaranya beliau sempat mengajak kami tracking selama tiga jam.

Hari-hari pun terus berlalu dan saat mukhoyyam hampirlah tiba. Setelah melakukan pengecekan barang yang harus dibawa, barulah ketahuan ternyata perlengkapan yang diminta panitia banyak sekali yang aku tak memilikinya.Maklum aku bukanlah pendaki gunung atau salah satu anggota club pecinta alam. Tapi alhamdulillah banyak sahabat yang meminjamkan barang-barang tersebut, dan sebagianya lagi nyewa ke yang lain.

Selanjutnya :
Mukhoyyam, Selaksa Kisah Tak Terlupakan (Part II)
Mukhoyyam, Selaksa Kisah Tak Terlupakan (Part III-habis)


Posting Komentar

0 Komentar