Kenangan 10 Tahun Tsunami Aceh untuk Bandung

[ilustrasi dari google]   

"Pagi itu (26/12/2004) aku merasakan sesuatu yang berbeda, cuaca Bandung seolah mendung. Aku belum melihat berita apapun pagi itu, kuayunkan langkah kaki mencari sarapan pagi. Hingga aku melihat sekilas berita di warung makan, Aceh dilanda banjir besar, tepatnya Tsunami yang menelan korban jiwa. Awalnya aku dengar korban ada sekitar 11.000 jiwa, esok hari angka terus bertambah tanpa bisa kuhitung lagi.

Aku masih bisa tertawa bersama kawan-kawan, bahkan Baba mengajakku jalan-jalan ke Pangandaran. Awal Januari di Pangandaran masih terasa suasana waspada Tsunami yang dikhawatirkan menghantam Pangandaran, kekhawatiran itu terbukti beberapa tahun kemudian dengan Tsunami yang melanda Pangandaran." Sebuah Kesaksian

Tercatat ada 4 kali Tsunami dalam 2 dekade ini, diawali menjelang Abad Millenium Banyuwangi mengalami Tsunami yang menelan sekitar 200 jiwa. Kemudian Aceh dengan korban terparah sepanjang peradaban Indonesia, yang menelan korban melebihi 200.000 orang, selanjutnya Pangandaran yang memilukan dan terakhir adalah Nabire. Mengapa Indonesia begitu rawan akan bencana Tsunami? pertama Indonesia 2/3 wilayanya adalah lautan dan terdapat Jalur Api yang mengelilingi Indonesia, Jalur Mediterania dan Jalur Pasifik dimana gunung-gunung berapi semuanya berada dalam jalur Api tersebut.

Gempa Tektonik penyebab Tsunami, benar sekali... keadaan patahan-patahan tanah Indonesia yang siap sedia untuk memporak porandakan Indonesia. Kota Bandung walaupun bukan diwilayah laut, tapi memiliki patahan purba yang sedikit bergerak saja, maka akibatnya hilanglah keindahan Kota Bandung. Sementara cara menjaganya dengan membiarkan kawasan Patahan Lembang tetap asri tanpa diganggu oleh bangunan-bangunan yang terus tumbuh tak terkendali.

Saat ini "Tsunami" bagi warga Bandung adalah Banjir Tahunan yang sudah membuat pusing para Kepala Daerah, mulai dari Bupati hingga Gubernur. Berharap Presiden juga turun tangan, karena menurut Undang-undang kewenangan Sungai Citarum adalah ada di Pusat. Kang Aher, Gubernur Jabar lebih memilih sibuk mengevaluasi kinerjanya dibandingkan turut serta menyalahkan orang lain. Beliau hanya mengingatkan bahwa Banjir di Kabupaten Bandung ini bukan masalah lokal saja tapi merupakan masalah bersama untuk dipecahkan.

Posting Komentar

0 Komentar