Kisah Imam Ahmad bin Hambal, Residivis, dan Makna Kemenangan

Artikel Berikut Disarikan dari Tausyiah Bapak Ahmad Heryawan saat buka bersama di Gedung Pakuan 22 Juli 2014.
Sumber: bangtoyip1945.blogspot.com

Masa depan kita masih sangat cerah. Kita harus bekerja optimal. Kita selesaikan tugas generasi kita untuk dilanjutkan generasi berikutnya. Kita harus yakin kemenangan di tangan kita. Tugas kita disukseskan untuk masa depan yang kita perjuangkan. Kesberhasilan massa depan kita capai bersama. Definisi menang tidaknya kita adalah tergantung di mana kebenaran kita letakkan. Kalau menang lalu takabur,maka tidak menang jadinya.

Ada sebuah kisah yang menggambarkan hal tersebut. Penjara di masa Ahmad bin Hambal isinya kalau bukan residivis maka kemungkinan adalah para penyeru kebaikan tapi bertentangan dengan pemerintah. Jangan dikira di penjara itu salah semua, bisa jadi ada orang baik di sana, untuk dibungkam.

Ada obrolan sangat unik. Ahmad bin Hambal dipenjarakan penguasa mu’tazillah. Penguasa sangat benci kaum sunni karena kepercayaan yang berbeda dalam masalah aqidah. Banyak orang sunni dipenjarakan. Ahmad bin Hambal satu sel bersama residivis. Kemudian dua-duanya berkenalan, saling berkeluh kesah.

Residivis dinasehati agar segera taubat.Dia memang sudah taubat. Dia berharap agar penjara jadi proses taubat. Ahmad bin hambal juga mengeluh bahwa mu’tazilah itu sedikit tapi jadi penguasa. Itu bahayanya bila kekuatan jatuh ke tangan orang yang buruk. Itulah rakyat dengan penguasa. Meski seluruh rakyat membela Mesir dan Palestina, jika pemimpinnya tidak, kontribusi dan perjuangan tetap mentok di tengah jalan.

Imam Ahmad bin Hambal mengeluhkan bahwa ia dipenjara, kaum sunni akan dilemahkan, kita akan kalah. Namun uniknyya giliran residivis menasehati Ahmad bin Hambal. Sang residivis mengatakan bahwa kita belum kalah, sepanjang kebenaran bersemayam di dada kita, sepanjang kebenaran kita pegang teguh, kita adalah pemenang.

Sepanjang kebenaran bersemayam di dada kita, sepanjang kebenaran kita pegang teguh, kita adalah pemenang

Orang pada perannya masing-masing diperlukan. Residivis sekalipun ternyata punya kalimat yang kokoh. Kemenangan tetap dapat kita miliki dalam konteks besar maupun kecil. Hari demi hari Allah pergilirkan, Kadang ada hari kemenangan, kadang ada hari kekalahan. Ketika perang Badar menang, perang Uhud kita kalah. Muncul sikap jumawa. Muncul logika bahwa Uhud harusnya menang. Juga saat perang Hunain, ada sikap Jumawa. Di perang Hunain 10 ribu Mujahid. Logiknya dengan jumlah tersebut harusnya kaum muslimin menang, namun ternyata sempat dipukul mundur sebelum akhirnya membalik keadaan.Ternyata perhitungan manusia tidak cukup. Hubungan kita dengan Allah harus lebih kuat. Hati manusia ada dalam genggaman Allah. 
“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).” 
Sepanjang kita bersama Allah. Sepanjang kita bersama kebenaran, kita akan hadir sebagai pemenang.

Kebenaran itu ternyata tidak butuh pengakuan. Kalau sudah benar ya benar. Kebenaran itu di depan Allah. Di akhirat, ada nabi dengan umat ratusan, puluhan, puluhan ribu, jutaan. Nabi Musa umatnya banyak. Nabi Isa lebih banyak lagi. Namun lebih banyak lagi, Nabi Muhammad dan umatnya. Ada nabi pengikutnya 9 orang, 7 orang, 6 orang, 5, 4,3,2. Bahkan ada nabi yang pengikutnya  hanya 1 orang. Sepanjang dia hidup pengikutnya hanya 1. Ternyata ada nabi tanpa pengikut sama sekali. Dan beliau tetap digelari sebagai Nabi tidak lantas bila kebenaran tidak diakui umatnya, ia menjadi kalah. Ia tetap menjadi pemenang.

Kebenaran akan menang baik skala individu maupun skala peradaban. Semangat kita harus sangat kuat. Dalam konteks perjuangan, harus sangat menguasai lapangan. Dalam proses perjuangan ini kita tidak punya media elektronik satupun, kecuali streaming. Kita tidak punya televisi. Alhamdulillaah kita punya sosmed, sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Ternyata sosmed cukup besar pengaruhnya. Sebelum kita punya radio dan televisi dan Koran, kita gunakan saja sosmed sebagai media perjuangan kita.

Kalau ada orang yang menyerang Islam dam mendagangkan keburukan, bongkar di sosmed! Bongkar pelaku kejahatan berkedok demokrasi. Kita menjadi media yang menghadirkan kebenaran, dan membongkar kebatilan. Kebatilan yang terbungkus demokrasi, HAM, dan bungkus lainnya. Mudah-mudahan diberi rezeki untuk lalu kita sisihkan harta. Maka ekonomi kita harus dibangun dengan baik. Media membuat jutaan orang bisa menikmati kebaikan.


Jangan khawatir, masa depan di tangan kita. Akan ada periodesasi kehidupan. Akan berakhir dengan Khilafah ala minhajul nubuwwah. Takdirnya sudah ada. Kita bertugas menyambut takdir tersebut. Kita buat jalan yang lurus menuju takdir kemenangan tersebut (R-10)

Posting Komentar

0 Komentar