"Persahabatan bagai kepompong," seperti itulah
penggalan lirik salah satu lagu tentang persahabatan yang sempat hits pada masanya. Jika berbicara tentang
sahabat, yang terfikir pertama kali adalah orang yang dekat. Orang yang sangat
kita percaya, bahkan seringkali lebih kita percayai dibanding siapapun.
Tapi,siapakah yang pantas kita sebut sahabat?
Apakah dia yang selalu membenarkan apapun
yang kira perbuat?
Ataukah dia yang selalu mengkritik diri kita?
Mungkin, dia yang selalu berada di samping
kita?
Masing-masing dari kita mempunyai parameter
yang berbeda-beda, namun jika kita masih menganggap bahwa sahabat adalah orang
yang selalu berada saat senang dan duka. Itu benar, namun jika mereka hanya
kita jadikan tempat kita mencurahkan isi hati kita tanpa kita mendengarkan
curahan hati mereka, berarti itu bukan persahabatan, mereka tidak lebih sebagai
pendengar, bukan? Mengapa?
Karena pendengar mempunyai tugas untuk
mendengarkan tapi dia tidak memiliki hak untuk didengar. Sahabat bukanlah
mereka yang selalu membuat kita senang dan selalu mengerti kita. Karena
persahabatan adalah proses belajar kita untuk saling memahami satu sama lain.
Saling menasihati demi kebaikan masing-masing.
Maka janganlah marah jika sahabat kita
mengkritik atau menegur kita, dan begitupun sebaliknya, jika memang sahabat
kita salah maka tegurlah dengan cara yang baik. Perlakukanlah sahabat kita
sebagaimana kita memperlakukan diri kita, mengapa? Karena Rasulullah SAW bersabda
Dari
Abi Hamzah Anas bin Malik ra. Pelayan Rasulullah SAW, Rasulullah bersabda
“Tidak sempurna iman seseorang diantaramu hingga
mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”
(HR.
Bukhari Muslim)
Jika ingin kita disebut sahabat oleh orang
lain, maka parameter-nya cukuplah hadist di atas. Wajar akan ada sakit hati dalam
persahabatan, karena kita semua sedang belajar. Tetapi bukanlah kekesalan yang
kita pupuk, tapi pupuklah jiwa pemaaf dalam diri. Karena bisa jadi hari ini
kita disakiti oleh sahabat kita, mungkin esok kitalah yang menyakiti mereka
tanpa kita sadari.
Sahabat bukanlah mereka yang selalu bersama-sama
kita ke manapun kita pergi. Itu bukanlah sahabat tapi itu adalah manager. Sahabat adalah mereka yang
selalu mengingatkan dalam kebaikan dan menasihati kita saat kita melakukan
kesalahan. Persahabatan tak bisa dimulai jika kita masih mempunyai ego bahwa
diri ini benar dan orang lain salah. Kita bukan memupuk persahabatan tapi kita
sedang memupuk permusuhan.
Tapi tetaplah berhati-hati lah dalam mencari sahabat,
kita tidak bisa mempercayai manusia 100%, mengapa? Karena manusia itu makhluk,
makhluk adalah seseorang yang bisa melakukan kesalahan. Maka dari itu, jadilah
orang yang amanah, jika orang lain sudah menceritakan kisah baik atau buruknya
maka cukuplah kita dan Allah SWT yang tahu. Karena Allah SWT pernah berjanji
"Tidaklah seseorang menutupi aib
orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat
kelak."
(HR. Muslim)
Hati manusia bisa berubah setiap waktu maka
dari itu, tak ada sahabat yang bisa kita percaya menjadi sahabat kita kecuali
Allah SWT. Dia lah sahabat yang paling mengerti kita,
Dia lah yang paling faham karakter kita dan Dia mengetahui takdir terbaik untuk
kita. Allah SWT selalu berada disamping kita, namun terkadang eksistensi Nya
jarang kita sadari, padahal ke manapun langkah kita, ke mana pun jiwa dan fisik
kita pergi, Allah selalu menyertai nya.
Mari belajar bersahabat dengan Allah SWT, belajar
untuk memahami-Nya. Dan bersiap untuk memulai jalinan persahabatan paling indah
bersama Allah SWT. Wallahu ‘alam. [Ipah Umu Abiba]
0 Komentar