Do'a Kita, #SelamatkanIndonesia !


Ini hanyalah ungkapan isi hati sekaligus rasa syukur yang tak terhingga atas realitas "pencapresan" yang berkembang saat ini. Sungguh konfigurasi yang penuh kejutan, ketika tidak ada satu partai pun yang memenuhi ketentuan 20% suara atau 25% kursi.

Di sisi lain, realita yang tidak bisa kita pandang sebelah mata adalah kenyataan bahwa masih banyaknya praktik tidak sepatutnya dalam Pileg lalu. Meski memang, tak banyak yang bisa terungkapkan ke permukaan. Semua itu seharusnya membuat kita, bukan cuma kader partai dakwah tetapi juga umat islam pada umumnya  tak cuma sekedar mengurut dada, tapi ikut tergerak untuk melakukan doa-doa panjang, jika tidak ingin ngeri membayangkan apa yang kan terjadi terhadap bangsa ini. 

Doa adalah ekspresi tanggung jawab kita pada nasib negeri. Haruskah bangsa dengan penduduk mayoritas muslim dipimpin oleh mereka yang mengandalkan kecurangkan untuk menang? Kita berdo’a ini tidak terjadi. Sebagai partai yang sempat diprediksi tak masuk percaturan politik tahun 2014 ini; sebagai partai politik yang sempat dipermainkan 'badai'; sebagai partai politik yang ternyata berhasil menjaga perolehan suaranya; sebagai partai politik yang berhasil mempertahankan eksistensinya di posisi pertengahan perolehan suara; sebagai partai yang ternyata tak berhasil mengusung calon presidennya sendiri; kita bersyukur tak berhenti bergerak. Ada pertarungan yang masih kita terus hadapi.

Sekali lagi saya katakan bahwasanya doa adalah ekspresi tanggung jawab kita pada nasib negeri ini. Yang oleh qiyadah (pimpinan-red) kita secara estafet, telah meminta seluruh elemen kader dan segenap pendukungnya untuk berdoa dengan segala keikhlasan dan kekhusyuan agar melindungi bangsa ini dari kepunahan; berdoa agar terjaga keutuhan NKRI; berdoa agar Allah memberi bangsa ini pemimpin yang mencintai negeri dan menyayangi penduduknya;  berdoa agar Allah memilihkan pemimpin yang memiliki dedikasi dan ketangguhan dalam membawa Indonesia  lebih berjaya di mata hati penduduknya dan dimata penjuru dunia.


Disini saya ingin mengatakan bahwasanya kekuatan doa adalah jerih payah yang tak boleh kita abaikan. Apa yang terjadi saat ini dalam bursa pencalonan Presiden Indonesia 2014 - 2019, juga adalah jawaban atas doa-doa panjang kita. Siapa sangka Joko Widodo dengan segala kesederhanaan dan kesahajaannya itu akhirnya bersanding dengan Jusuf Kalla dengan segala kepiawaiannya. Kalaulah sampai pasangan tersebut memenangkan perhelatan ini, tentunya kita masih bisa berharap kedua pasangan ini dengan segala kekuatannya Insya Allah memiliki "Sense of Belonging" terhadap rakyat dan bangsa ini. Lalu terhadap Prabowo Subianto dengan segala potensi dan kejelasan visi misinya, yang kemudian memilih Hatta Rajasa sebagai pendampingnya, tentu kita sangat mengharapkan kemenangannya dengan segala keunggulan yang ada.


Dan Partai dakwah yang kita cintai dan banggakan ini, meskipun mendapat lamaran pertama dari Prabowo, dan telah juga mengajukan 3 cawapresnya, telah dengan legowo menerima pilihan Prabowo atas Hatta Rajasa. Ini adalah bukti bahwa kita mampu menempatkan diri secara proposional di atas pentas politik Indonesia dan akan solid memberikan dukungan penuh untuk kemenangan pasangan yang diusungnya. Sekali lagi, jangan abaikan kekuatan doa. Perjuangan belum berakhir, bukan? Kobarkan do’a dengan Semangat Indonesia! (By : Nurani)

Posting Komentar

0 Komentar