Children And Their Heroes


Every child needs a hero.” Demikian Ibu Elly Risman, psikolog kondang pernah menyebutkan. Memang benar. Tentang ini, penulis ingin bercerita tentang tiga jagoan di rumahnya.

Si Bungsu, hampir 7 tahun, sungguh mengidolakan super hero yang kuat, jago pedang, tak terkalahkan. Sesuai usianya, anak ini menyukai jenis hero dari permainan 'minecraft' dan 'lego hero factory'. Duh, namanya saja bikin rieut (pusing-red). Bersyukur, ia masih mengenal Khulafaurrasyidin dan Sahabat lain seperti Hamzah dan Khalid bin Walid.

Si Tengah, yang akan segera meninggalkan bangku SD-nya, punya pahlawan yang lain. Detektif handal Sinichi Kudou dan Heiji Hattori pilihannya. Saat ikut silaturahim ke rumah seorang teman pun dia mengeluarkan deduksinya berdasarkan jumlah sepeda yang terparkir di garasi: "Teman Ummi ini anaknya 4 orang ya?" Duh..Ada-ada saja.

Berbeda lagi dengan si Sulung yang sudah baligh. Rasanya dunia 'ABG' masa umminya terasa jauh bermasa-masa darinya zamannya. Hero-nya ialadh salah seorang personil PeeWee Gaskin, disebutnya sebagai sosok yang hebat. Mengapa? Karena mampu bangkit dari keterpurukan sambil tetap memberikan motivasi bahwa "life goes on though others look down on you". Wow! Sang Ummi bahkan tak penah dengar tentang itu. Tapi poin plusnya, alhamdulillah Sulungku ini dekat dengan Abi-nya dan 'look up to him as another kind of hero'.

Demikianlah. Hero alias pahlawan bagi setiap anak bisa jadi berdasar pada kriteria yang berbeda. Hingga tak semua anak tahu dan bisa mengidentifikasi siapa yang layak jadi pahlawan mereka. Disinilah peran orangtua berperan. Gambaran sosok hero bagi seorang anak biasanya tak jauh dari apa yang mereka lihat dan pelajari dari orangtuanya. 
Maka himbauan Ibu Netty Heryawan : 20 menit #DampingiAnak sungguh sangat relevan. Secara personal, one to one, berbincang dengan ananda adalah jalur termudah yang semestinya bisa selalu kita akses. Bisa saat anak menggambar atau bermain lego dan Ummi menemani sambil menjahit, atau berbincang sambil menyetir di perjalanan mengantarnya, bahkan juga saat mencuci piring bersama. Tapi yang jelas tanpa gadget, karena itu akan mengurangi konsentrasi anda pada anak, hingga bisa-bisa tidak keluar cerita darinya. Sungguh Bunda, Ayahanda, malah 20 menit itu rasanya tidak cukup lho! Anak-anak ternyata punya begitu banyak cerita. Mari menikmati kebersamaan ini, selagi bisa! (Danik Easteria)

Posting Komentar

0 Komentar