Ditengah musim kemarau yang kering dan suhu ekstrem akibat dampak El Nino, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menghadirkan kolam retensi di Babakan Ciparay. Kolam ini berfungsi sebagai cadangan air di kala kemarau dan mengatasi genangan saat musim hujan.
Kepala Dina Sumber Daya Air dan
Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, Didi Ruswandi memaparkan, lokasi kolam
rentensi kali ini berada di Komplek Dian Permai RW 12. Dipilihnya kawasan ini
karena memang sebelumnya masih kerap ada genangan saat musim hujan.
“Lokasi kolam retensi di sini
merupakan daerah yang rendah. Jadi, tepat untuk dibangun kolam retensi,” ungkap
Didi saaat meresmikan Kolam Retensi Dian Permai.
Kolam Retensi Dian Permai |
Kolam retensi ini diharapkan tak hanya mengurangi genangan di RW 12, tapi juga bisa menyelesaikan masalah banjir di kawasan RW 09.
“Di sana memang dampaknya dari
banjir di RW 12. Jadi kalau di RW 12 bisa dikurangi, maka dampak banjir di RW
09 itu otomatis berkurang juga,” ucapnya.
Ia menjelaskan, kolam ini dikerjakan
secara swakelola menggunakan alat berat DSDABM. Pengerjaannya dilakukan selama
dua bulan dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp 175 juta. Luas keseluruhan
mencapai 1.767 meter persegi.
“Lahan 179 meter perseginya
digunakan untuk kolam. Daya tampungnya bisa mencapai 716 meter kubik. Di
sekitarnnya, kami tanami 75 pohon pelindung.” Ujar Didi.
Sementara itu, Asisten
Perekonomian dan Pembangunan Kota Bandung, Eric M Attauriq menyebutkan,
pembangunanan kolam retensi di musim kemarau merupakan hal yang tepat.
“Momen musim kemarau saat ini
tepat untuk bangun kolamm retensi. Jangan sampai dibangun saat banjir melanda,”
kata Eric.
Ia menambahkan, di tahun 2023
akan ada 3 kolam retensi yang dibangun, salah satunya di Dian Permai. Kemudian
satu lagi kolam retensi di Bandung Inten Indah, Kelurahan Derwati. Lalu satu
lagi di Margahyu, Kelurahan Sekejati.
Menurutnya, kolam retensi
merupakan upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menghadapi kemungkinan bencana
akibat dari El Nino saat ini.
“El Nino sekarang menjadi periode
terpanas yang akan berlangsung sampai pertengahan tahun 2024. Dengan ini kita
sudah siap membuat kolam retensi, sehingga pada saat bencana datang sudah bisa
dicegah terlebih dahulu,” akunya.
Selain itu, dengan hadirnya kolam
retensi Dian Permai, fungsinya juga bisa dijadikan sebagai area publik dan spot
wisata bagi warga sekitar. Di sampaing fungsi utamanya sebagai konservasi air
dan cadangan air saat masa kritis.
“Kota Bandung sudah memiliki
beberapa infrastruktur penangkap air tanah, antara lain lebih dari 20 sumur
resapan dalam, 647 sumur resapan dangkal, dan lebih dari 3.700 drumpori,”
sebutnya.
Sedangkan Ketua Komisis C DPRD
Kota Bandung, Yudi Cahyadi menilai, kolam retensi merupakan salah satu solusi
penanganan banjir. Berdasarkan RPJMD 2018-2023, Pemkot menargetkan pembangunan
7 kolam retensi.
“Tapi realnya justru sudah ada 10
kolam retensi di Kota Bandung. Kami dari DPRD Kota Bandung memberikan apresiasi
kepada Pemkot Bandung yang sudah mencapai target optimal bahkan melebih dari
kolam retensi ini. Mohon bisa memelihara yang sudah dibangun, sehingga
kebermanfaatannya bisa lebih optimal.” Harap Yudi.
Sebab, ia menjelaskan, tutupan
lahan di Kota Bandung sudah lebih dari 80 persen. Sehingga, lahan yang yang
tersisa harus benar-benar dioptimalkan dengan bijak.
“Kita kekurangan ruang untuk menghadirkan pembangunan infrastruktur. Dengan memanfaatkan ruang-ruang yang dimiliki Pemkot Bandung, kita bisa optimalkan parkir air dengan baik. Soalnya sisa-sisa lahan ini punya kepentingan. Ada yang untuk perumahan fasilitas umum, dan sosial,” lanjutnya.
Ahmad Farid Fakhrullah
0 Komentar