Saat Statistik Kejahatan, Bukanlah Sekedar Angka


Thoughts lead to feelings. Feelings lead to actions. Actions leads to results. - T. Harv Eker

Pikiran memunculkan perasaan. Perasaan menimbulkan tindakan. Tindakan berujung hasil. – T. Harv Eker

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Jarir, telah menceritakan kepada kami Salim ibnu Amir, dari Abu Umamah, bahwa pernah ada seorang pemuda datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu pemuda itu bertanya,"Wahai Rasulullah, izinkanlah aku berbuat zina." Maka kaum yang hadir memusatkan pandangan mereka ke arah pemuda itu dan menghardiknya seraya berkata, "Diam kamu, diam kamu!"

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dekatkanlah dia kepadaku." Maka pemuda itu mendekati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam jaraknya yang cukup dekat, lalu Rasulullah bersabda, "Duduklah!" Pemuda itu duduk, dan Nabi bertanya kepadanya. "Apakah kamu suka perbuatan zina dilakukan terhadap ibumu?"

Pemuda itu menjawab, Tidak, demi Allah, semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusanmu." Rasulullah bersabda, "Orang lain pun tentu tidak suka hal tersebut dilakukan terhadap ibu-ibu mereka."

Rasulullah bertanya, "Apakah kamu suka bila perbuatan zina dilakukan terhadap anak perempuanmu?" Pemuda itu menjawab, Tidak, demi Allah, wahai Rasulullah, semoga diriku menjadi tebusanmu." Rasulullah bersabda menguatkan, "Orang lain pun tentu tidak suka hal tersebut dilakukan terhadap anak perempuan mereka."

Rasulullah bertanya, "Apakah kamu suka bila perbuatan zina dilakukan terhadap saudara perempuanmu?" Pemuda itu menjawab, Tidak, demi Allah, semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusanmu." Rasulullah bersabda menguatkan, "Orang lain pun tentu tidak suka hal tersebut dilakukan terhadap saudara perempuan mereka."

Rasulullah bertanya, "Apakah kamu suka bila perbuatan zina dilakukan terhadap bibi (dari pihak ayah)mu?" Pemuda itu menjawab, Tidak, demi Allah, semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusanmu." Rasulullah bersabda menguatkan, "Orang lain pun tentu tidak suka hal tersebut dilakukan terhadap bibi (dari pihak ayah) mereka."

Rasulullah bertanya, "Apakah kamu suka bila perbuatan zina dilakukan terhadap bibi (dari pihak ibu)mu?" Pemuda itu menjawab, Tidak, demi Allah, semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusanmu." Rasulullah bersabda menguatkan, "Orang lain pun tentu tidak suka hal tersebut dilakukan terhadap bibi (dari pihak ibu) mereka."

Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihu wa sallam meletakkan tangannya ke dada pemuda itu seraya berdoa:

"Ya Allah, ampunilah dosanya dan bersihkanlah hatinya serta peliharalah farjinya."

Maka sejak saat itu pemuda tersebut tidak lagi menoleh kepada perbuata zina barang sedikit pun. [HR. Abu Umamah/Ahmad]
(Hadits tersebut dikutip dari website: http://fathurkimia.blogspot.com/2013/08/kisah-pemuda-yang-ingin-berzina.html)

Dari hadits tersebut, salah satu hal yang bisa kita pelajari adalah bahwa nabi mengajak sang pemuda untuk memanusiakan manusia. Nabi mengajak pemuda berpikir bahwa orang lain yang akan jadi korban dia adalah seorang manusia yang punya keluarga, punya adik. Dia punya rasa sedih begtu pula keluarganya akan merasakan kesedihan.

Psikopat adalah sebuah kelainan dalam struktur otak manusia di mana pengidapnya tidak mampu membaca raut wajah orang lain. Dia tidak mampu merasakan kesedihan dari orang lain. Maka psikopat sering dikaitkan dengan pembunuhan sadis. Mengapa psikopat mampu melakukan pembunuhan secara sadis? Karena dia tidak mampu memahami rasa sakit dan sedih yang dialami oleh korbannya.

Sikap simpati,empati, turut merasakan dan membaca kesedihan orang lain adalah sebuah kemampuan yang perlu kita latih. Kelembutan hati dan kebeningan jiwa adalah salah satu kuncinya. Imam As syafii sangat malu dan menyesal bila sampai ada orang yang mengutarakan hajat kepadanya, “Mestinya aku telah menangkap gejala itu cukup dari kilas wajahnya.”

Bagaimana sikap kita saat mengisi bensin di pinggir jalan. Bagaimana kita menganggap petugas SPBU yang membantu kita. Kadang berlalu begitu saja tanpa kita hayati. Padahal kalau mau kita hayati, petugas SPBU, penjaga warung di toko, petugas bersih-bersih jalan, semuanya adalah manusia. Rasanya perlu kita menatap barang sejenak mereka dan membaca raut wajahnya, menebak-nebak kira-kira apa yang ada di hatinya, bagaimana kisah hidupnya. Karena dia pun manusia yang punya kisah panjang bertahun-tahun. Mungkin kita bisa sisipkan doa untuknya, mendoakan semoga pekerjaan mereka lancar hingga sore dan dimudahkan rizkinya.


Tahun 2017 ini diawali dengan berita kejahatan seksual pada anak yang menggunakan fasilitas media sosial. Peristiwa penderitaan dan kejahatan pada anak dan perempuan di rumah tangga Indonesia, bukanlah sekedar angka. Meskipun yang muncul di berita itu bukan keluarga kita, mungkin bukan kawan kita, tetapi mereka semua adalah manusia yang juga bisa merasakan sakit sebagaimana kita. Jumlah sekian korban bukanlah sekedar angka. Angka tersebut menggambarkan sekian orang yang kehilangan kehormatannya. Angka tersebut memberikan cerita sekian keluarga didera rasa sedih serta trauma. Allah memberi kita rasa simpati dan empati sehingga kita mampu merasakan getar sendu yang sama dengan yang ada di hati sanak keluarga mereka.
(Rio)

Posting Komentar

0 Komentar