pksbandungkota.com - Jika Anda mengagumi banyak hal tentang Turki, tiba-tiba
mendapat telepon untuk terbang ke negeri Erdogan apa yang Anda rasakan?
Yups, berbunga-bunga. Itu pula yang Wiwi Hartanti, M. Pd rasa, ketika
Dra. Hj. Ani Rukmini M. I. Kom menghubungi untuk hal yang sama. Betapa
tidak? Dia mengangankan mengirim putrinya kelak sekolah di negeri yang
banyak merekam jejak sejarah ke Turki, ternyata dia yang ditakdirkan
untuk pergi.
Ani, panggilan sehari-hari selaku Ketua salah satu
organisasi perempuan Jawa Barat tak bisa menghadiri undangan yang
diberikan dari KNRP Jawa Barat dalam acara Pertemuan Aktivis Palestina
yang ke 8 di Turki. Pertemuan akan diselenggarakan tanggal 4 sampai
dengan 9 Oktober 2016, bertepatan dengan jadwal kegiatan Ani yang tak
dapat diwakilkan. Kesempatan tersebut akhirnya didelegasikan kepada Wiwi
selaku Wakil dalam struktur organisasi.
Ikatan persaudaraan sesama peserta dirasakan aktivis kader
PKS dari Cibeunying Kidul Bandung ini demikian kental. "Padahal kami
dari berbagai negara dan belum saling mengenal.",jelasnya. "Disatukan
dalam tekad yang kuat dan termotivasi oleh perjuangan Rois Sholah yang
mengabdikan seluruh hidupnya untuk membebaskan Al-Aqsha juga kisah
heroiknya Sholahuddin Al-Ayyubi dalam merebut tempat yang sama menjadi
perekatnya.", tambahnya.
Selain marathon pertemuan, peserta diberi kesempatan
merekam kemolekan kota Istambul yang lebih dikenal dengan julukan kota
seribu menara. Bangunan bersejarah yang berumur tua terawat dan
terpelihara. Tak ketinggalan rombongan diajak berkeliling ke bangunan
baru yang dikenal dengan nama Panoramic. Tempat diorama yang bercerita
perjuangan yang heroik Sultan Mahmud II Al Fatih.
Wiwi tetap berbinar ketika menceriterakan melakukan solat
Dhuhur di Blue Mosque. Masjid yang makmur dengan shaf jamaah berjajar
penuh. Seolah tak terusik dengan banyaknya turis yang jeprat-jepret
mengabadikan kenangan di seputar masjid yang berbalut marmer biru
dengan enam menara di ketinggian bangunannya.
Perjalanan dituntaskan hari itu dengan mengunjungi di
Top Café. Tempat bersejarah pusat pemerintahan Sultan Muhammad Al
Fatih. Berbeda dengan sebutan Top Café, bangunan nan megah dan luas
dengan view Selat Bosphorus nampak sangat memukau yang susuri dengan
kapal di akhir perjalanan.
Apa yang tersaji melebihi ekspektasi yang terbangun dalam
khayalnya. Lebih terkesan lagi dengan penduduknya yang humble dan ramah,
sehingga waktu sepekan disana serasa kurang.
Harapan suatu saat siapapun bisa sujud di Masjidil Aqsha,
tempat sujud para nabi yang kini tersandera oleh Yahudi. Dan insya Allah
itu bisa terwujud, manakala lebih banyak lagi kaum muslimin yang
berkontribusi dalam berdonasi.
Begitulah naluri aktivis, ketika sedang berstatus turis hati tetap terkait dengan dakwah dan perjuangan.
PR setelah kembali dari kunjungannya ke Turki pun menanti.
Wiwi dan seluruh pejuang dalam organisasinya harus berjuang lebih keras
lagi mengumpulkan pundi-pundi agar Al-Aqsha bisa direbut kembali. (Frieda)
0 Komentar