Momentum Introspeksi Diri

ilustrasi

pksbandungkota.com -Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Ibarat anak panah yang melesat kencang, tak mungkin untuk menghentikan atau melambatkannya. Tak peduli dalam kondisi apa kita, waktu akan tetap melaju sesuai dengan ketetapan-Nya. Layaknya matahari pagi yang takkan terbit dua kali untuk membangunkan orang yang masih tertidur.
Hari demi hari telah berlalu, demikinanpun minggu dan bulan, kini tak terasa penghujung tahun telah mendekat. Mengisyaratkan waktu hidup di dunia semakin berkurang. Meninggalkan setiap peluang yang tak mungkin lagi kembali. Ketahuilah bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga bagi seorang muslim. Bahkan lebih berharga dari harta dunia yang dimilikinya. Karena harta apabila hilang maka masih bisa untuk dicari. Sementara waktu apabila telah berlalu tidak mungkin untuk kembali. Tak ada yang tersisa dari waktu yang telah lewat kecuali apa yang telah dicatat oleh Malaikat. Maka sungguh betapa ruginya orang yang tidak memanfaatkan waktunya
Sungguh merugi bagi seorang insan yang menjalani waktu dalam hidupnya hanya dengan mengikuti arus kehidupan. Menjalani layaknya air yang mengalir, namun seakan-akan lupa bahwa sejatinya air hanya mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Maka, insan yang tak memiliki tujuan dalam hidupnya, tak memiliki mimpi, dan tak memiliki target apa yang ingin dicapainya hanya akan menjadikan kualitas pribadinya semakin merendah. Detik demi detik dilalui tanpa adanya arah.
Hisablah dirimu sebelum kalian dihisab, demikianlah Umar bin Khattab memberikan nasihat kepada umat muslim untuk senantiasa berintrospeksi atas setiap perilaku. Sejatinya seorang muslim harus senantiasa bermuhasabah di setiap waktu. Tapi tak menjadi masalah untuk menggunakan momentum yang ada untuk membuka akal dan nurani atas setiap ketidaktercapaian tujuan di penghujung tahun ini.
Ialah Ar-Rabi` bin Khaitsam, yang menggali lubang seperti kuburan di dalam rumahnya. Setiap kali beliau merasa malas beribadah, beliau langsung masuk ke dalam lubang tersebut agar selalu ingat bahwa dirinya suatu saat akan menjadi penghuni kubur, sehingga ia bergegas dalam beramal membawa pundi-pundi bekal sebanyak-banyaknya. Lain halnya dengan Umar bin Khattab dalam sebuah atsar, bahwa Umar bin al-Khattab memukul kedua kaki dengan cemeti apabila malam gelap-gulita dan berkata kepada dirinya sendiri: Apakah yang aku lakukan hari ini?
Maka berintrospeksilah atas setiap nikmat yang belum tersyukuri, atas setiap amanah yang terkhianati, atas setiap laku yang berduri, atas setiap prasangka yang tak sepantasnya, dan atas setiap waktu yang tersia-siakan.
Maka, ambillah waktu untuk menghisab diri, karena itu akan melunakkan hati dan ambillah waktu untuk berpikir, karena itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk berdo’a karena itu adalah sumber ketenangan. Ambillah waktu untuk senantiasa memberi, karena itu membuat hidup terasa berarti. Dan ambillah waktu untuk beramal, karena itu adalah kunci untuk menuju surga.(Zev)

Posting Komentar

0 Komentar