By : Miarti Yoga
Berserakan kata “meski”
Meski tak didengar, bukan berarti tak punya nalar
Meski dinomorsekiankan, bukan berarti tak bisa diandalkan
Meski dianggap terlalu biasa, bukan berarti tak punya makna
Meski tak diapresiasi, bukan berarti kelayakannya tak teruji
Meski tak dihargai, bukan berarti tak mumpuni
Meski tak dilirik, bukan berarti tak berperspektif
Buta
Seringkali manusia buta, dibutakan dan terbutakan
Penglihatan seringkali tertuju pada tampilan
Padahal tampilan belum tentu wakilkan keterandalan
Penglihatan seringkali begitu fokus pada kemasan
Padahal kemasan tak sepenuhnya jaminkan kehebatan
Penglihatan seringkali tertuju pada subjek, bukan pada predikat
Padahal substansi itu tumbuh melekat pada predikat
Karya
Seringkali karya dianggap tak ada apa-apanya
Seringkali karya tak tersapa
Hanya alasan “siapa” yang melahiran karya
Hanya karena si penoreh karya itu terlalu dianggap biasa
Bahkan “siapa” dianggap jauh lebih berharga daripada “apa”
Rekayasa
Selama masih di dunia, setiap manusia memang sangat lihai dalam merakayasa
Merekayasa kepantasan
Merekayasaa kepedulian
Merekayasa retorika
Tidak dengan akhirat
Allah tak pilah kita berdasarkan kasta
Allah tak pilah kita berdasarkan harta
Allah tak pilah berdasarkan talenta
Allah pilah kita berdasarkan kemuliaan akhlak
Allah pilah kita berdasarkan keluhuran aqidah
Allah pilah kita berdasarkan takaran amal
Memang wajar jika dakwah dianggap jalan panjang yang penuh liku
Wajar bila dakwah danggap ladang ujian
Ujian keyakinan
Ujian kepahaman
Ujian ketawaduan
Tak heran bila dalam menempuh perjalanan dakwah
Sering terselip rasa tersakiti
Sering bersemayam rasa gamang
Sering terungkap rasa lelah
Dan begitulah adanya
Berdakwah berarti mengabdi pada ketentuan Illahi
Berdakwah berarti bersicakap dengan riuh perbedaan
Berdakwah berarti mampu berkata “iya” pada tempaan
Berdakwah berarti mengakrabi perbaikan
Berkaca
Berkaca pada perjalanan Rasul adalah seharusnya
Berkaca pada kisah sahabat memang semestinya
Berkaca pada ketangguhan orang-orang soleh adalah sebaiknya
Muhammad
Rasul teladan yang tak luput dari cercaan
Manusia terbaik yang contohkan egalitarian
Pemimpin yang terbuka pada deretan pertanyaan
Iman
Penyageran iman adalah sangat niscaya
Mengembalikan cara kita berislam pada Al-Qur’an
Sejarah
Selayaknya kita tafakkuri rangkaian sejarah
Bagaimana Wahsy seorang perwira gagah
Membabi buta menghabisi nyawa Hamzah
Bagaimana ia berperang di bukit Uhud dengan sedemikian pongah
Bagaimana pula dengan Hindun yang mencabik perut Hamzah sebagai pelampiasan hasad
Namun perjalanan iman dan Cahaya Allah
Bukakan mata hati Wahsy dan Hindun
Hingga hasad dan buasnya melebur menjadi cinta kasih
Dan mereka berdua menyejarah sebagai penolong dan pembela Islam
Mereka jadikan dirinya pejuang yang mampu memberangus kekufuran hatinya
Hal tak sederhana yang sangat patut dihadiahi peghargaam
Makna
Sekian makna dapat kita pungut satu demi satu
Jika Wahsy dan Hindun yang berlatarbelakang pembunuh mampu buktikan setia pada Islam
Apalagi kita atau mereka yang insyaAllah istiqomah dalam kearifan
Kita atau mereka yang bersiteguh menghormati keharusan untuk sami’na wa ato’na
Biidznillah
Bersama kita saling berbagi makna
Taman Madinah Arcamanik, November 2015
0 Komentar