Pemuda, Pilpres, dan Penyelamatan Indonesia



Sebuah fakta dijelaskan oleh Ahmad Mansur Suryanegara tentang peranan pemuda dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Selama ini tokoh-tokoh seperti Endang Saifuddin Anshari, Harry J. Benda, John Ingleson, dan Clifford Geertz, dalam karyanya menggolongkan tokoh agama yang karena menyandang gelar haji atau kiai menyangkan bahwa mereka sudah tua. Padahal mereka adalah para pemuda. HOS Cokroaminoto ternyata memimpin Sarikat Islam pada saat usia 30 tahun. Kiai Haji Mas Mansur pada usia 12 tahun sudah menunaikan ibadah haji, sudah masuk gerakan mencintai tanah air. Lalu mendirikan Nahdatul Wathan pada umur 20 tahun, beliau lalu aktif di Muhammadiyah pada umur 26 tahun.

Nahdatul Wahthan juga didirikan bersama KH Wahab Chasbullah tahun 1916 pada saat beliau berumur 28 tahun. Hamka menjadi anggota Sarekat islam pada usia 15 tahun. Muhammad Natsir menjadi anggota Jong Ismieten Bond pada usia 15 tahun. Jendral Soedirman berusia 30 tahun ketika diangkat sebagai Panglima Besar.Ir Soekarno mendirikan Partai Nasionalis Indonesia pada usia 26 tahun. Mohammad Hatta menjadi ketua Indonesische Vereeniging pada saat usia 24 tahun.Tan Malaka aktif di sarekat Islam pada saat berusia 24 tahun. (Sumber: Buku “Gara-gara Indonesia” karya Agung Pribadi)

Sudah sering tersebar kabar bahwa jasa pemuda sungguh besar. Namun Indonesia unik. Usia pemuda Indonesia lebih matang dan usianya tak habis sekedar bersenang-senang. Para founding Father Negara ini memulai perjuangan mereka sejak umur mahasiswa. Kita berharap bahwa naluri kepahlawanan itu mengalir di darah pemuda generasi kita bahkan berjejak hingga generasi tua kita.

“Maka dengan ini kami Aliansi GERAKAN MAHASISWA BANDUNG RAYA memberikan mandat untuk memimpin Indonesia selama 5 tahun ke depan. Mahasiswa sebagai elemen intelektual yang senantiasa melakukan kontrol terhadap kebijakan pemerintah, kami mahasiswa yang pertama akan melakukan gerakan yang akan kembali mengambil apabila program yang dijanjikan tidak terlaksana atau bahkan terjadi penghianatan terhadap rakyat Indonesia. Karena Mandat Mahasiswa adalah Mandat Rakyat!!!”

Itu adalah butir pernyataan sikap Mahasiswa Bandung Raya. Tidak tanggung-tanggung, mereka menebar ancaman atau peringatan, bila pemerintah bermain api dan tidak menjalankan pemerintahan Indonesia sebagaimana mesti, mahasiswalah yang akan mencabut mandat itu dari tangan pemimpin. Karena kebijakan pemerintah bukanlah sekedar kebijakan kosong. Kebijakan pemerintah berimbas keras kepada jutaan nyawa rakyat Indonesia. Kebijakan pemerintah berdampak telak pada keber-agama-an puluhan juta penduduk Indonesia.

Begitu kerasnya ancaman tersebut, tentu mandat ini tidak bisa diberikan kepada sembarang orang. Kepada siapakah mandat presiden Indonesia tersebut diberikan? Berikut adalah kutipan pernyataan sikap mereka:

“Kami mahasiswa yang mengikuti serta mencermati visi – misi, track record dan juga hasil dari debat calon presiden dan wakil presiden selama ini, maka kami GERAKAN MAHASISWA BANDUNG RAYA memutuskan untuk memberikan MANDAT PENUH kepada pasangan calon presiden PRABOWO-HATTA, dengan tuntutan program antara lain:
1.       Program Pembangunan Menuju Desa Sejahtera
2.       Membangun Perekonomian yang Kuat, Berdaulat, Adil dan makmur
3.       Kedaulatan nasional terhadap Sumber Daya Alam
4.       Program Pendidikan yang merata dan berkeadilan
5.       Penegakkan hukum secara tegas dan terbuka

Beberapa kutipan di atas adalah press Release dari aksi Mahasiswa Bandung Raya kamis 3 juli Kemarin di Monumen Juang Dipati Ukur dan Taman Dago Cikapayang. Berikut adalah dokumentasi dari aksi tersebut:











Itu adalah salah bentuk tanggung jawab Mahasiswa Indonesia dalam pemilihan presiden kali ini. (Rio)


Posting Komentar

0 Komentar