Pemerintah Kota Bandung menggelar Forum
Konsultasi Publik Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Bandung 2025-2029 di Hotel Papandayan Jalan Gatot Subroto,
Rabu (19/3).
![]() |
Para Peserta Forum Konsultasi Publik |
Dalam pemaparannya, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyampaikan, kondisi dan tantangan yang masih dihadapi Kota Bandung. Kondisi umum Kota Bandung saat ini dihuni 2.528.163 penduduk dengan luas wilayah 16.731 hektare.
Laju pertumbuhan penduduk mencapai 0,89
persen, laju pertumbuhan ekonomi 4,99 persen, gini ratio 7,4 persen, dan angka
kemiskinan mencapai 3,87 persen.
"Secara presentasi kecil, tapi 120
ribuan warga miskin ini harus ditampung dalam 4 kali stadion GBLA," ungkap
Farhan.
Hal ini, kata Farhan, tentu menjadi sebuah
persoalan. Saatnya, Kota Bandung berubah dan solusi ini harus juga lahir dari
warga bukan hanya pemerintah.
Mengingat Sumber Daya Manusia Pemkot
Bandung hanya 15.000 orang, sementara warga Bandung mencapai 2,5 juta. Karena
itulah, partisipasi masyarakat menjadi kunci dalam pembangunan kota.
"Untuk membangun Kota Bandung, kami
harus melibatkan 100% warga Bandung yang menugaskan kami berdua untuk memimpin
15.000 orang yang bekerja sebagai pegawai Pemkot Bandung yang mengorkestrasi
inisiatif untuk warga Bandung yang lebih cerdas, inklusif, dan berdaya,"
ujar Farhan.
Karena itulah, kata Farhan, diperlukannya
perubahan paradigma. Apabila dulu penyelenggaraan pemerintah sekarang menjadi
persoalan semua orang atau rakyat. Kalau dahulu cara pandangnya sektoral,
sekarang cara pandang kawasan.
Bila sebelumnya fokus pertumbuhan semata
dan pendekatan egosentris. Tapi sekarang harus fokus pada pertumbuhan yang
berkelanjutan dan pendekatannya menjadi kolaborasi dan gotong royong.
Farhan pun menyoroti sejumlah tantangan
yang masih dihadapi Kota Bandung seperti pengelolaan sampah. Meski Bandung
dikenal sebagai kota kembang, tapi masih darurat sampah, tentu ini harus dicari
solusulinya.
Kemudian kemacetan, infrastruktur dan
banjir, reformasi birokrasi, pendididikan dan SDM, pendidikan, pengangguran,
pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban, tata ruang dan RTH, serta
pertumbuhan ekonomi.
"Sepuluh poin tadi adalah urutan
sistematika berpikir yang sedang kita bangun bersama. Bahwa kita lihat fakta
seperti apa, kemudian identifikasi masalah dan itu sudah kita lakukan. Sekarang
kita masuk pada pembahasan masalah dan juga solusi," terangnya.
Untuk mengatasinya, strategi utama yang
akan ditempuh adalah mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 6-6,5% per tahun,
menekan angka pengangguran, serta meningkatkan kesejahteraan warga dengan
redistribusi pendapatan yang lebih adil.
Sementara itu, Penjabat Sekretaris Daerah
Kota Bandung, Iskandar Zulkarnain menjelaskan, penyusunan RPJMD 2025-2030
dilakukan melalui tahapan yang sistematis dan berbasis pada konsultasi publik.
Menurutnya, forum ini adalah wujud
transparansi dan akuntabilitas dalam perencanaan pembangunan daerah. "Kami
berharap seluruh pemangku kepentingan berpartisipasi aktif, agar RPJMD yang
disusun benar-benar mencerminkan kebutuhan masyarakat Bandung," kata Zul.
Di tempat yang sama, Ketua DPRD Kota
Bandung Asep Mulyadi mengatakan RPJMD merupakan dokumen perencanaan yang
strategis untuk pembangunan Kota Bandung lima tahun kedepan. Karena itulah
dalam penyusunannya harus melibatkan semua pihak terutama masyarakat.
"Konsultasi publik ini wujud komitmen
Pemkot bandung untuk memastikan pembangunan melibatkan seluruh elemen
masyarakat, karena hadir dari akademisi, dunia usaha, komunitas, media massa
dan pemerintah," ungkapnya.
"Jadi ini sesuatu yang baru semoga
dengan cara seperti ini tujuannya dapat tercapai. Tapi ini tahap awal masih
cukup panjang nanti pembahasan di DPRD,” ungkap Kang Asmul , sapaan akrabnya.
Kang Asmul mengaku, banyak persoalan di
Kota Bandung yang perlu diselesaikan. Karena cukup banyak, maka harus ada
program prioritas.
Dikatakannya, ada beberapa persoalan yang
dihadapi seperti sampah, kemacetan, kemiskinan, kawasan kumuh. Ia pun menyoroti
soal penguatan ekonomi kreatif, pemajuan kebudayaan, serta pemanfaatan
teknologi informasi dalam pelayanan publik.
"Pembangunan harus berorientasi pada
kesejahteraan masyarakat dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Kita harus
memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil benar-benar berdampak positif
bagi warga Kota Bandung," ujar Asep.
0 Komentar