Jangan
pernah mengaku mengenal seseorang jika belum pernah bepergian jauh dengannya.
Kenapa demikian? Karena perjalanan jauh dan melelahkan itu membuat seseorang
tidak bisa berpikir banyak. Maka yang terjadi adalah apa adanya. Jika dalam
keadaan normal dia sedang marah, sedangkan ia berada bersama orang yang harus
hormati. Maka sebisanya dia akan menahan amarah agar tidak kehilangan
reputasi di depan orang tersebut.
Lalu
bagaimana jika yang ingin kita kenal itu adalah tokoh? Jangankan mengajaknya untuk
bepergian, mungkin hanya untuk bertemu saja sangat susah. Jawabannya, lihatlah
respon mereka saat menjawab cepat pertanyaan di luar prediksi.
Anis mata di
tantang untuk menjawab dengan cepat terkait kata tertentu yang disebut oleh
presenter dalam wawancara tamu akhir pekan di sebuah stasiun televisi nasional.
Berikut responnya tanpa jeda;
Presenter : “Bone!”
Anis : “Kampung saya”
Presenter : “Jakarta!”
Anis : “Tempat saya kuliah”
Presenter : “Indonesia!”
Anis : “Negara kita tercinta yang
perlu kita besarkan”
Presenter : “Brazil!”
Anis : “Tim favorit saya” (sambil
tersenyum)
Presenter : “Amerika!”
Anis : “Negara besar pernah jadi
negara adidaya, kita perlu belajar banyak dari (kondisi) di sana.
Presenter : “Palestina!”
Anis : “Negara yang ingin saya
kunjungi sebelum saya wafat. Negara yang semua pemimpin indonesia harus dukung
dan perjuangkan untuk merdeka karena mendukung Palestina untuk merdeka adalah
amanat konstitusi negara kita.”
Jika di baca
sekilas, percakapan itu biasa saja tak ada yang istimewa. Tetapi jika di simak
dengan seksama kita bisa menemukan inilah sosok pemimpin. Dari percakapan itu
kita bisa menilai sosok Anis Mata itu cenderung lebih memikirkan hal besar dari
pada hal-hal kecil. Sosok pemimpin itu tidak hanya berpikir untuk dirinya
sendiri namun dia berpikir untuk orang banyak.
Akhlak itu adalah
sesuatu yang melekat pada jiwa. Sangat mudah melihatnya saat seseorang panik
atau tak terkontrol. Karena akhlak itu terjadi secara reflek. Seperti kata AA
Gym “Teko hanya mengeluarkan apa yang ada di dalamnya. Jika teko berisi susu
maka yang keluar adalah susu. Jika teko berisi air putih maka yang keluar
tidak mungkin teh.”
“Politik
adalah industri pemikiran. Seorang politisi harus bisa merangkap sebagai
seorang pemikir.
Salah satu
ciri utama seorang pemimpin adalah kemampuannya menggerakkan orang untuk
bekerja. Prabowo punya kemampuan itu. Bukan persoalan mana yang lebih baik,
tapi kita cari yang lebih tepat sesuai kebutuhan kepemimpinan Indonesia
hari ini. Prabowo dan Jokowi kedua-duanya memiliki kapasitas untuk memimpin
Indonesia. Hanya saja saat ini sosok yang lebih tepat itu Prabowo.” Kutipan
kata-kata Anis Mata saat di wawancara.
Dari sini
kita bisa lebih mengenal sosok seorang Anis Mata. Anis tidak pernah memuji-muji
rekan politiknya (Red-Prabowo). Di sisi lain beliau juga tidak menjelek-jelekkan
lawan politiknya. Beginilah seharusnya jiwa harus dimiliki oleh setiap
pemimpin. Saling menghormati bukan saling menjatuhkan lawan dengan segala cara.
Jika ini terwujud maka terwujudlah Indonesia yang bermartabat.
(Fauziah)
0 Komentar