Menangkap Tuhan di Derasnya Jeram


Biasanya tak pikir panjang jika ada tawaran rekreasi dari kantor, tapi tidak untuk kali ini. Pengalaman masa kecil ketika kegiatan pramuka bersampan, membuat takutku cukup beralasan, belum lagi aku harus melawan takut ketinggian. Sedang hati kecil bicara aku harus ikut, sayang terlewatkan begitu saja ajang kebersamaan. Deal! Aku daftar.
Konvoi Land Rover semarak, hingga tak terasa jauhnya jarak. Sepanjang jalan bernyanyi, sorak sorai berlagak bak serombongan angkatan yang berangkat menuju medan perang. Aroma berlaga sudah kerasa, Aku jadi terbawa semangat. Tapi berbeda ketika turun. Aku tak berani ikut-ikutan loncat, harus sedikit merangkak layaknya emaknya emak, maklum usia kepala lima, ha ha ha...
Hup... kakiku melompat ke perahu karet, menyusul rekan yang sudah lebih dulu naik. Dengan sekali dayung perahu karetpun bergerak menyusur sungai, sesekali daun  lebat menghambat laju perahu. Sesaat berputar menghindar ketika dihadang batu besar dan setelah itu...Bumm.. Allahu Akbar, Allahu Akbar perahu dibanting arus deras jeram, oleng beberapa saat sebelum mampu dikendalikan.
Dug dug jantung berdegup kencang, spontan mataku memejam, selintas peristiwa masa kecil tergambar. . .argh aku tak mau mengingatnya, kugiring keluar dari benak takut yang semakin liar. Ya Robbi hanya kepadaMu segala urusan kusandar.
Dayung kami terus menyibak sungai yang sudah kembali tenang. Di bawah rintik hujan timku cukup tangkas, meski sesekali perahu kandas. Perahu makin menghampiri hamparan pemandangan menakjubkan, Subhanallah...sebuah jeram dengan air sangat deras dan curam, artinya sebentar lagi perahu akan terpelanting lebih dahsyat. Gemuruh suara air yang terjun deras dari ketinggian sangat gaduh, menambah hati makin tak utuh, dengan posisi simpuh aku pasrah total, mata memejam, yang terlintas dipikiran  hanya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, tak ada lain.
Satu, dua...Bumm.. Perahu terjun dan meluncur tak terkendali lalu menghilang ketika membelah derasnya jeram. Refleks kupegang kuat tali di atas perahu, seketika jiwa plas... terbang tinggi terus mengangkasa, kutangkap Tuhan di deras air jeram menghujani tubuhku bertubi tubi. Seketika...derr nyaman luar biasa menjalar keseluruh raga, amboi...nikmatnya klimaks. Rasa sambung denganNya tak mampu tepat kutumpahkan dalam kata, yang jelas tak ada lagi rasa cemas yang menindas dada. Air mata bergulir jatuh. Bahagia, haru campur menyatu, mungkin seperti ini rasanya 'sakauw'. 
Sesaat setelah berganti seragam loreng, semua menuju lokasi flying fox. Bagi yang takut ketinggian tak ikut ambil peran. Lho kenapa aku tak lagi takut ketinggian yang diawal aku khawatirkan?  Dengan tenang kunaiki tangga dan setelah giliranku tiba kuraih belt, klik klik, semua sudah terkunci. Syuuuuuut .....dengan tali pengaman aku meluncur. Begitu mata melihat ke bawah, Subhanallah... kutangkap kembali Tuhan di ketinggian. Airmata  jatuh berulang, mentafakuri apa yang terpandang, ayat-ayatNya di ketinggian ini tak mampu kubilang.
Kuhabiskan isak tangisku ketika sujud di Mushola, bersyukur atas nikmat yang tak terukur, lama aku tersungkur. Setelah menjamak sholat Ashar dan Dzuhur, bergegas kumenuju saung, karena tak waktu untuk istirahat dan makan siang tak panjang.
Dengan Ferry kami menyeberang menuju kawasan hutan untuk bermain Pin Ball. Tak banyak yang bisa kuceritakan. Aku memisahkan diri dari pasukan tak berapa lama setelah kami dilepas ditengah hutan, kusengaja balik kanan. Dengan hati hati aku jalan diantara desingan tembakan, meski dada dan kepala sudah dilindungi, aku tak bergairah, memilih menyerah. 
Usai permainan kebersamaan membentuk lingkaran, rombongan mengemasi bawaan, bersiap menuju mobil untuk berkonvoy lagi. Di tengah jalan konvoi berhenti untuk sholat Maghrib dan makan malam. Di sini masing masing perwakilan diminta menyampaikan kesan. Rata rata kesannya seru, asyik sekaligus menegangkan. Bagiku tak sekedar seru dan asyik. Kesan yang dalam bagiku ketika kuberhasil menangkap Tuhan, karena kini jiwaku kembali tercerahkan, setelah sekian lama buram, tak mampu menghadirkan khusyuk, karena alasan satu kata ' sibuk '. (Frieda Kustantina)

Posting Komentar

0 Komentar