Menang Kalah Dalam Dakwah

PKS


Adakah menang dan kalah dalam dakwah? Pertanyaan yang menelisik lubuk hati, mengganggu kesadaran. Adakah dakwah selalu menang? Ataukah terkadang menemui kekalahan?


Hakikat dakwah apapun situasi dan kondisinya selalu berada dalam konteks  “Menang”. Tidak ada istilah “kalah”. Allah SWT berfirman :


Katakanlah (Muhammad), “Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan (menang atau mati syahid). Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan azab kepadamu dari sisi-Nya, atau (azab) melalui tangan kami. Maka tunggulah, sesungguhnya kami menunggu (pula) bersamamu.” (QS. At Taubah : 52)


Ayat ini menjelaskan bahwa tak ada yang ditunggu-tunggu oleh para pejuang dakwah kecuali 2 kebaikan yaitu Menang atau Syahid, sedangkan orang kafir akan merasakan binasa dikarenakan azab yang diberikan oleh Allah atau binasa melalui tangan kita.
 

Jika demikian, maka adakah perlu kita mengukur kemenangan dari sekedar hasil? Sungguh tidak demikian. Jika demikian, tentu tak akan ada pasukan siap syahid memperjuangkan Islam, seandainya syahid bernilai kekalahan.


Hakikat Kemenangan menurut QS. Al Fath : 1-5 diantaranya tergambarkan dalam beberapa hal :
  • Turunnya ampunan sebagai akibat dari renungan dan perbaikan yang dilakukan
  • Disempurnakan nikmat, maka hidup senantiasa dilingkupi syukur 
  • Ditunjukinya diri ke jalan yang lurus, melalui khasanah ilmu dan hikmah 
  • Turunnya pertolongan Allah melalui perantaraan manusia 
  • Diperolehnya Ketenangan Jiwa 
  • Bertambahnya iman setelah keimanan yang telah

Sementara Kemenangan paripurna diperoleh ketika memasuki surga dengan aman. Mengenai masuk surga dengan cara aman ada beberapa macam caranya, yaitu :


Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya telah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bahwa beliau berkata: "Ditampakkan beberapa umat kepadaku, maka ada seorang nabi atau dua orang nabi yang berjalan dengan diikuti oleh antara 3-9 orang. Ada pula seorang nabi yang tidak punya pengikut seorangpun, sampai ditampakkan kepadaku sejumlah besar. Aku pun bertanya apakah ini? Apakah ini ummatku? Maka ada yang menjawab: 'Ini adalah Musa dan kaumnya,' lalu dikatakan, 'Perhatikanlah ke ufuk.' Maka tiba-tiba ada sejumlah besar manusia memenuhi ufuk kemudian dikatakan kepadaku, 'Lihatlah ke sana dan ke sana di ufuk langit.' Maka tiba-tiba ada sejumlah orang telah memenuhi ufuk. Ada yang berkata, 'Inilah ummatmu, di antara mereka akan ada yang akan masuk surga tanpa hisab sejumlah 70.000 orang. Kemudian Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam masuk tanpa menjelaskan hal itu kepada para shahabat. Maka para shahabat pun membicarakan tentang 70.000 orang itu. Mereka berkata, 'Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya maka kitalah mereka itu atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam Islam, sedangkan kita dilahirkan di masa jahiliyah.' Maka sampailah hal itu kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, lalu beliau keluar dan berkata, 'mereka adalah orang yang tidak minta diruqyah (dimanterai), tidak meramal nasib dan tidak mita di-kai, dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal." [HR. Bukhari 8270]


Syarat-Syarat Kemenangan
  1. Memiliki ciri-ciri Iman

Allah berfirman :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya dan apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada tuhan mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al Anfal 2-4)


“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyudalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barangsiapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara shalatnya, mereka itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (syurga) Firdaus. Mereka kekal didalamnya.” (QS. Al Mu’minun : 1-11)


2.   Memiliki sifat-sifat utama dalam pertempuran
Allah SWT berfirman :

“Dan ketika Allah memperlihatkan mereka kepadamu, ketika kamu berjumpa dengan mereka berjumlah sedikit menurut penglihatan matamu dan kamu diperlihatkanNya berjumlah sedikit menurut penglihatan mereka, itu karenaAllah berkehendak melaksanakan suatu urusan yag harus dilaksanakan. Hanya kepada Allah segala urusan dikembaikan. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berzikir dan berdoa) agar kamu beruntung. Dan taatilah Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (riya) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.” (QS. Al Anfal : 45-47)


DNA Pejuang

Pada dasarnya, sejak lahir semua manusia dibekali gen pejuang. Contoh sederhananya adalah, kita yang terlahir ke dunia ini berasal dari perjuangan sperma untuk mencapai ovum. Hanya yang bertahan hingga akhir yang bisa terlahir sebagai manusia ke dunia ini. Berjuang telah menjadi fitrah penciptaan manusia. Maka ketika kita memilih pasif, lemah, ringkih, kalah baik dalam kehidupan pribadi ataupun kehidupan dakwah, berarti kita telah menyimpang dari fitrah pejuang yang telah ada dalam diri kita. Ingatlah, sesuatu yang menyimpang dari fitrah tak kan pernah sakinah. Ingatlah pesan Imam Hasan Al Banna :


“Jika semua udzur kita dipenuhi, maka tidak akan ada yang memikul dakwah ini.”


Segala udzur sebenarnya bisa kita kelola dengan baik asalkan kita mampu mengatur waktu serta tergantung bagaimana kekuatan kedekatan diri kita kepada Allah. Niatkan segala aktivitas yang kita lakukan hanya karena Allah serta perbanyak doa agar kita diberikan kekuatan olehNya.


Tiga hal yang perlu diperhatikan ketika udzur mengganggu aktivitas kita :
  • Lawanlah udzur diri kita 
  • Timbanglah udzur kita dengan objektif 
  • Ingatlah bahwa sekali kita takluk oleh udzur kita, maka selanjutnya kita akan menjadi orang yang tertinggal bahkan terganti

Janganlah kita sampai mesti bernasib seperti kaum yang didiamkan oleh Rasulullah SAW karena tidak mampu melawan udzur untuk berangkat berperang.


Maka berjuanglah kita semua dan menangkanlah pertempuran dengan diri kita sendiri. Lalu naikilah tangga perjuangan di medan yang lebih tinggi dan mulia derajatnya : dakwah. Niscaya akan kita temukan bahagia yang lebih berlimpah dan berkah. Wallahu a’lam (@WulansariRasidi | Taujih by Ustdz Aan)

*sumber gambar : thelongroadproject




Posting Komentar

0 Komentar