"Baraya Salawasna". Mungkin itu kata yg
pas untuk makna sebuah kebersamaan. Ketika hari-hari kita penuh rutinitas yg
menguras fisik dan pikiran, maka hak untuk me-refresh tubuh ini pun harus segera di tunaikan.
Adalah Pantai Santolo tempat dan tujuan kami untuk
menyegarkan fisik dan pikiran sekaligus men-tadaburi
alam ciptaan Yang Maha Pencipta, Allah SWT. Terletak di Pamengpeuk tepatnya di
Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat yang
berada pada bagian selatan pusat Kabupaten Garut atau sekitar 80 KM dari pusat Garut.
Perjalanan menuju ke pantai Santolo memang butuh sedikit pengorbanan; perjalanan
yang cukup jauh, jalanan berkelok, bahkan nyaris tanpa penerangan. Namun, selama
perjalanan kita akan disuguhkan hamparan pemandangan yang sangat menakjubkan, terutama
pada siang hari. Selama perjalanan kita akan dimanjakan dengan hamparan
perkebunan teh, hutan dan gunung yang sangat cantik.
Pukul 00.00 rombongan pun tiba di Daerah
Tarogong, Garut. Sekedar beristirahat, tiga puluh menit kami habiskan untuk ngopi dulu di warung yang ada di pinggir
jalan. Tepat pukul 00.30 waktu setempat, setelah ngopi kami pun berangkat melanjutkan perjalanan ke Pantai Santolo. Kira-kira
pukul 01.00 dini hari kami tiba dijalan kegelapan (Gunung Gelap), bagian
terpenting dalam perjalanan menuju Santolo. Jalan gelap ditambah berkelok-kelok
dengan tikungan tajam yang ekstrem, hingga isi perut pun bagaikan dikocok-kocok.
Walhasil, beberapa dari kami merasakan mual tak terhingga. Namun syukurlah, driver handal yang membawa kendaraan
kami bisa membawa perjalanan kami aman hingga sampai di lokasi.
Waktu menunjukan pukul 03.50 ketika kami tiba di
Pantai Santolo yg eksotis. Sebelumnya, kami melewati stasiun peluncuran roket
LAPAN, yang sewaktu-waktu bisa menarik banyak pengunjung apabila sedang ada
jadwal peluncuran roket disana. Kami pun mencari tempat istirahat dan menunggu
waktu Shalat Subuh tiba untuk memulihkan tenaga.
Pukul 07.00 pagi kami sudah siap dengan peralatan
perjalanan kami. Namun sebelum itu, kami menyempatkan diri sarapan pagi, mengumpulkan
tenaga guna "mapay lembur" pantai Santolo. Hanya beberapa meter di
sekitar Pulau Santolo anda akan menemukan banyak rumah makan yang sederhana
tapi cukup memuaskan kebutuhan perut anda. Selain itu, ada pula pos pelelangan
ikan hasil tangkapan para nelayan lokal. Sejak pagi mereka telah hilir mudik
membawa pulang hasil tangkapannya walaupun diantara mereka ada juga yang
sedikit kecewa karena hasil tangkapannya tidak memuaskan. Namun, hebatnya mereka
tetap optimis karena besok lusa "harapan itu masih ada".
Untuk mencapai Pulau Santolo kami harus
menyeberang terlebih dahulu menggunakan perahu milik para nelayan yang
disewakan. Ongkosnya sangat terjangkau, hanya dua ribu rupiah saja. Setelah
itu, berjalan sekitar tiga menit saja dan pesisir Pantai Santolo sudah di depan
mata. Masya Allah! Allohu Akbar! Di depan kami terpampang luas lautan yang
indah, desiran ombak yang tenang sungguh membuat pendengaran ini terasa nyaman
dan tenteram. Semilir angin yang sepoi-sepoi pun menambah ketenangan bagaikan terapi
dari sumpeknya kehidupan kota.
Jika anda berkesempatan kemari, jangan lupa berbekal ikan hasil tangkapan nelayan lokal untuk dibakar di pesisir nanti. Kami disana sempat menyicipi udang dan ikan tongkol segar sebagai makan siang kami. Anda? Boleh juga mencoba berbagai ikan lainnya, karena di Santolo ini kabarnya adalah salahsatu lautan penghasil ikan terbaik di Jawa Barat!
Jika anda berkesempatan kemari, jangan lupa berbekal ikan hasil tangkapan nelayan lokal untuk dibakar di pesisir nanti. Kami disana sempat menyicipi udang dan ikan tongkol segar sebagai makan siang kami. Anda? Boleh juga mencoba berbagai ikan lainnya, karena di Santolo ini kabarnya adalah salahsatu lautan penghasil ikan terbaik di Jawa Barat!
Selain menikmati panorama alam Santolo, kami pun
menyempatkan diri belajar mengenai teknik Fotografi melalui sesi ‘Coaching Clinic Photography’ yang
disampaikan oleh Hermawan Wicaksono, salahsatu crew media PKS Kota Bandung. Usai sesi ini, kami pun bertebaran di
pesisir Santolo, berebut spot untuk
diabadikan melalui jepretan diafragma kamera kami masing-masing. Anda tertarik
mencoba? Hati-hati jatuh hati, karena ada cinta disana, di butir pasir
kekuasaan-Nya! (Mang Ihin & Pak
Sidiq)
0 Komentar