Catatan Harian Bunda : Menantuku Move On!


Serial Catatan Harian Bunda
By : Frieda Kustantina | @senyumfrieda

25 April 2014
Pergantian suasana rutinitas pagi kualami beberapa hari ini. Betapa tidak? Biasanya hari Jum'at  pagi semuanya serba tergesa, agar tak meninggi matahari sampai ditempat kerja. Tapi pagi ini aku dijemput pergi ke Jakarta untuk sebuah acara...Tra la la ....
Jam tiga sore acara usai, aku dijemput anak lelakiku pulang untuk menginap beberapa hari di rumahnya, berkumpul dengan cucu yang lucu, terobatlah rindu. Tiba malam hari aku rebah, terbawalah ke alam mimpi suasana indah sejak pagi hari tinggalkan rumah.

26 April 2014
Dini hari di rumah anakku, rutinitas tak beda dengan di rumah sendiri. Jam tiga seusai mandi, pelan pelan diatas sajadah kuhampiri Dia dengan merapatkan dahi, sementara di samping kamarku pun besan-Ibu dari menantu sudah lebih dahulu menghadap, jauh lebih sholehah dari aku. Sementara di dapur terdengar menantuku sedang mencuci gelas, aku tetap diam dikamar hingga aktivitas ODOJ (One Day One Juz) ku kholas (selesai-red). Setelah itu kucari sapu, bergegas kuhabisi ruangan kamar yang kutempati.

Ck..ck..ck ..luar biasa menantuku kelola waktu. Usai urusan dapur, balitanya bangun dari tempat tidur, dituntunnya mandi...byur byur. Setengah tujuh, sambil panaskan mobil dia terus meladeni si kecil sebelum meluncur mengantar anak yang sulung ke sekolah. Pulang-pulang sudah menenteng dua plastik besar, katanya sengaja belok ke pasar. Si kecil yang dari pagi main denganku-Omanya- tiba-tiba pasang badan di atas karpet ,siap dengar Bundanya  mendongeng, dengan sabar diladeni pula celotehnya dari A sampai Z.

Perkiraanku menantu sejenak rehat, ...eh nyatanya duduk manis depan mesin jahit. "Aku selesaikan PR dari kursus kemarin dulu ya, Ma", begitu katanya. Wouw.....rupanya ada sesuatu yang baru ditekuni!
"Adik mau ikut jemput Teteh apa main sama Oma?" dia tanya pada cucu kecilku. "Sama Oma aja" spontan jawabnya....alhamdulillah cucuku sudah mulai lengket. Jadilah siang hariku ceria bersama cucu hingga sore, karena bundanya lanjut aktivitas dengan menunggu kakaknya les piano.

Jam lima mereka baru sampai rumah. Tak buang waktu lagi, si kecil digiring kekamar mandi. Aku sendiri dipesan untuk tidak memandikan, permintaannya itu disampaikan berbarengan dengan aku  dicegah tak boleh ikut menyapu dan mengepel selama dirumahnya, aku harus benar benar rileks disana, layaknya dia punya tenaga ekstra, padahal pembantu kini tak lagi ada. Besan saya juga praktis tak banyak bisa membantu, karena sibuk dengan kegiatan TPA yg dipimpinnya.

Tak lama berselang kami terlibat ngobrol, anak laki-lakiku pulang dari tempat kerja. Nah kini saatnya menantu pindah perhatian mengurus perlengkapan mandi dan makan suaminya. Oh, ada yang terlewat. Sebelum maghrib  cucu sulungku harus sudah makan. Karena diagnosa dokter gejala diabetes, harus jalani diet. Meski baru gejala , tapi menantu serius dan disiplin dalam menu rendah karbohidrat. Beruntung anaknya kooperatif, meski jajan apapun tak ada toleransi. Ini pasti awalnya perlu pengawasan yang ketat sekali, bukan?

Sampai disini pembaca berpikir apa istimewanya? Bukankah semua Ibu rumah tangga begitu kesehariannya?
Ya memang, jika ini sudah dilakoninya sejak awal berumah tangga. Tapi menantuku baru beberapa bulan berhenti dari pekerjaannya di perusahaan asing dan punya posisi pula. Atas permintaan suami ia berhenti dari karier yang baru menanjak, demi anak. Tak mudah, tapi nyatanya menantuku mampu jadi pemenang. Aku yang separuh usia habis di belakang meja kerja angkat topi dengan keputusannya dan selang beberapa bulan saja mampu move on.

Penasaran aku ingin tahu bagaimana suasana hatinya, karena 2 hari di sana, nampak dia hepi hepi saja. Sederhana dia menjawab, "Aku harus realistis Ma, bukankah istri harus menurut apa kata suami, meski meniti karier impianku sejak mahasiswa kini jadi ibu rumah tangga biasa." katanya.
MasyaAllah.....'bukan ibu rumah tangga biasa, mbak, melainkan menurutku ruarrr biasa....'  dalam hati aku timpali. 

Pembaca....kusudahi tulisan ini, dengan mengusap airmata. Haru campur bahagia. Doaku semoga Allah hadiahkan kelak surga sesuai janjiNya karena ketaatan pada suaminya, dikaruniakan kesehatan  prima agar aktifitas yang menggunung tetap terjaga dan satu lagi cita-citanya yang sempat dibisikkan padaku, moga terlaksana....aamiin.
Apa itu cita-citanya?... Ahh yang ini rahasia.....pembaca :).


Posting Komentar

0 Komentar