Kalau ada istilah di masyarakat kita baik di dunia nyata
atau dunia dongeng dengan sebutan bayi ajaib, maka dalam kehidupan perpolitikan
nasional kita pasca reformasi tahun 1998 sampai 2014 saya gunakan istilah baru
yang hampir sama yaitu partai ajaib. Siapa kira-kira yang termasuk partai
ajaib? Apa dasar dan kriterianya? Bagaimana agar talentanya bisa terus dikembangkan
sampai dia dewasa?
Disebut bayi ajaib dikarenakan dia memiliki keistimewaan dan
kelebihan dibandingkan dengan bayi yang lain pada umumnya. Sebenarnya seorang
bayi yang lahir ke alam dunia ini meskipun tidak termasuk kategori bayi ajaib
maka hal itu sudah merupakan anugerah yang besar, menjadi salah satu diantara jutaan teman lainnya yang
ditaqdirkan Allah lahir dengan selamat ke alam dunia ini.
Dalam perkembangan selanjutnya seorang bayi baik itu bayi
biasa atau bayi ajaib akan mengalami masa emas dalam pendidikan dirinya yaitu
ketika memasuki masa kanak-kanak dimana para ahli psikologi menyebutnya dengan
masa golden age (masa emas) dalam proses pendidikan dan perkembangan dirinya baik
itu sisi intelektual, sisi spiritual maupun sisi emosionalnya.
Bagaimana dengan PK (Pemilu 1999) dan PKS (Pemilu 2004, 2009
dan 2014) yang telah penulis sebut di atas sebagai partai ajaib? Hampir sama halnya dengan sebutan di atas
yaitu bayi ajaib atau anak ajaib. Apa landasan atau dasarnya kok bisa disebut
sebagai partai ajaib?
Jika kita mengingat ke belakang tentang peristiwa penting
perpolitikan nasional di Indonesia, kurang lebih setahun sebelum Pemilu 2014
terutama yang dialami oleh PKS maka kita akan mendapati apa yang disebut
sebagai konspirasi, prahara, badai atau entah apalah namanya. Yang jelas ketika itu tiba-tiba publik kita
dikejutkan dengan ditahannya presiden PKS yang keempat Luthfi Hasan Ishaq oleh KPK.
Jika kita gali lagi ingatan kita lebih jauh dan makin jauh
lagi yaitu ketika menjelang Pemilu 2004, Pemilu kedua pasca Reformasi, PKS yang
pada waktu itu adalah kelanjutan dari PK (Partai Keadilan) yang terjegal lolos
verifikasi KPU karena tidak memenuhi ET (Electoral Treshold) memulai kiprah
barunya di kancah politik nasional sampai akhirnya menghantarkan SBY sebagai
Presiden RI ke-6 dan Hidayat Nur Wahid (HNW) sebagai ketua MPR.
Pasca prahara atau badai yang menimpa PKS di awal tahun
2013, kurang lebih setahun menjelang dilaksakannya Pemilu 2014, Anis Matta yang
menjadi Sekjen PKS sejak Presiden PKS pertama yaitu Nur Mahmudi Ismail
(Walikota Depok Sekarang), Presiden PKS kedua Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR
2004-2009), Presiden PKS ketiga Tifatul
Sembiring (Menteri Komunikasi dan Informasi Sekarang) sampai presiden PKS yang
keempat, akhirnya tampil sebagai Presiden PKS yang kelima.
Di awal jabatannya sebagai Presiden PKS kelima Anis Matta
Berkat kegigihannya di tengah prahara dan badai yang menimpa PKS, berhasil mengantarkan 3 kadernya menjadi Gubernur sekaligus, meski hanya
berselang beberapa bulan lamanya yaitu Ahmad Heryawan di Jawa Barat, Gatot Pujo
Nugroho di Sumatera Utara dan Abdul Ghani Kasuba di Maluku Utara.
Partai Demokrat di Pemilu
2004 dan 2009 bisa saja kita golongkan sebagai partai ajaib. Namun, keajaiban Partai Demokrat tidak
seheroik PKS. Bahkan di akhir masa jabatan SBY, Partai Demokrat mengalami
kemunduran yang tajam. Begitu juga dengan Gerindra jika kita masukan sebagai
partai ajaib di pemilu 2014 ini maka belum bisa disimpulkan karena pencapresan
Prabowo masih dalam proses. Sedangkan PDIP dan Golkar yang merupakan dua partai yang memperoleh suara terbesar versi QC, mengapa tidak disebut sebagai
partai ajaib? Karena kedua partai itu lahir di masa Orde Baru, jauh sebelum
adanya gelombang reformasi yang digelorakan oleh mahasiswa dan rakyat
Indonesia. Kejayaannya telah lama dibangun. Kita saat ini lebih berharap kepada partai-partai yang lahir pasca reformasi seperti PKS karena segala sesuatu itu ada waktu dan zamannya.
Sisi keajaiban lainnya dari PKS adalah partai yang satu ini
konsisten dari perolehan nomor urutnya maupun perolehan suaranya, dari waktu ke
waktu grafiknya cenderung naik terus, sehingga dari sisi rangkingnya otomatis
semakin kecil alias naik terus dari mulai 7 besar (1999), 4 besar (2004 dan
2009) dan insya Allah 3 besar (2014) meskipun kita baru melihat hanya dari Quick Count
belum Real Count dari KPU.
Terakhir inilah yang menjadi keajaiban PKS dibanding
dengan partai lainnya yaitu dari sisi nomor partainya dan jumlah peserta
pemilunya selalu berada di tengah, Pemilu 1999 ( 48 Partai, No.24, karena 48 :
2 = 24), Pemilu 2004 (32 Partai, No.16, karena 32 : 2 = 16), Pemilu 2009 (16
Partai, No.8, karena 16 : 2 = 8) dan di Pemilu 2014 ini agak sedikit unik walaupun
bisa polanya sedikit dipaksakan yaitu Pemilu 2014 (12 Partai, No.3 , karena 12
: 2 = 6, 6 : 2 =3) atau angka 8 dibelah
tengah-tengahnya maka akan menjadi dua buah angka 3.
3 Komentar
Admin, hasil kotak pencarian masih mengarah ke http://crottt.blogspot.com
BalasHapusSilakan edit di Template > Edit HTML, ganti dengan alamat blog pksbandungkota
Ah itu sih bisa - bisanya PKS dalam menghibur diri.
BalasHapusYang pasti dalam Pemilu 2004 perolehan suara melonjak drastis karena banyak simpatisan PKS yang terkesima dengan kampanye PKS yang sarat dengan kejujuran, sehingga masyarakat, apapun agamanya banyak berharap bahwa PKS akan menjadi partai Masa Depan bagi NKRI.
Tapi apa lacur, di kampanye Pemilu 2009, PKS mencanangkan akan memasukkan Piagam Jakarta kedalam UUD'45, bila PKS berhasil mendapatkan suara significant dalam Pemilu 2009.
Oleh para Simpatisan, PKS dianggap ingin mendirikan Negara Islam.
Karuan saja perolehan suara PKS di pemilu 2009 merosot tajam, karena ditinggalkan oleh para Simpatisannya.
Di Pemilu 2014, selaqin terkena kasus Impor daging sapi, menurut Tifatul Sembiring, _PKS melakukan 2 blunder dalam berkampanye, yaitu :
1. Fachry Hamzah sebagai Sekjen PKS mengkampanyekan Annis matta sebagai Sukarno Muda karena sama seperti Sukarno, yaitu Anis Matta beristri banyak atau berpoligami.
Demikian pula fachry Hamzah juga mengkampanyekan Pimpinan PKS lainnya yang berpoligami sebagai contoh suatu keluarga yang harmonis karena mampu mengayomi seluruh istri - istrinya sehingga tidak ada pertengkaran diantara mereka dalam upaya memperebutkan cinta dari suaminya.
Menurut Tifatul Sembiring, ini merupakan kampanye blunder karena mayoritas simpatisan PKS tidak menginginkan anak perempuannya di madu dan tidak menginginkan anak laki - lakinya berpoligami.
2. Kampanye terbuka PKS yang menentang penerapan Bhineka Tunggal Ika, baik dari pernyataan para Pimpinan dan Kader PKS di Merdia Massa maupun di acara debat di TV.
Kasus Lurah Susan di Lenteng Agung, merupakan Proyek PKS untuk menunjukkan kepada masyarakat Indonesia bahwa pada dasarnya setiap WNI bisa menolak penerapan Bhineka Tunggal Ika tanpa harus takut dikenakan sanksi pidana, apalagi dengan tuduhan Siubversib seperti di jaman Orde Baru.
Menurut Tifatul Sembiring, ini merupakan kampanye blunder dari PKS, karena mayoritas simpatisan PKS tidak menginginkan NKRI tercabik - cabik oleh konflik yang bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).
Tapi jawaban dari Anis Matta dan fachry Hamzah soal kritikan Tifatul Sembiring memang cukup mencengangkan:
Kampanye itu memang untuk membidik anak - anak dari kader PKS yang pada tahun 2014 sudah punya hak pilih.
Karena umumnya kader PKS bisa punya anak sampai belasan orang (dari beberapa istri tentunya), maka diharapokan perolehan suara PKS di Pemilu 2014 tidak terlalu buruk.
Dari hasil Pileg versi Quick Count, perolehan suara PKS sekitar 6,6% dan perolehan suara tersbut diyakini didominasi oleh Kader PKS dan anak - anak Kader PKS yang terkenal sangat militan tersebut.
Dengan demikian PKS tidak lagi bergantung pada dukungan para simpatisan bila hanya sekedar tidak terlempar dari Senayan.
Terimakasih atas segala masukan dari semua pengamat PKS. Sekali lagi segala kritik kami terima, semoga PKS bisa semakin dewasa dan menjadi Parpol yang lebih baik lagi untuk Indonesia.
BalasHapus