Kota Bandung memulai
pemanfaatan teknologi untuk persoalan sampah dengan meresmikan Tempat
Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Cicukang Holis yang menggunakan
teknologi Refuse Derived Fuel (RDF).
Teknologi RDF ini tidak
menimbulkan ekses emisi dan potensi polusi yang membahayakan masyarakat.
Ketua Komisi C DPRD Kota
Bandung Yudi Cahyadi menilai, idealnya setiap kelurahan memiliki satu
TPST.
Yudi Cahyadi |
Dalam rencana induk penanganan sampah Kota Bandung memang sudah ditetapkan setiap pengolahan sampah TPST harus ada di tingkat kelurahan.
“Jadi 151 kelurahan di Kota
Bandung dengan pengolahan rata-rata minimal 5 ton sudah menyelesaikan
sekitar 800 ton,” ujar Yudi.
Yudi Cahyadi saat meninjau hasil TPST |
Meski begitu, Politisi PKS ini pun kembali mengingatkan bahwa ujung tombak penyelesaian persoalan sampah tetap di tangan masyarakat, pengurangan sampah dari sumber.
“Partisipasi masyarakat sangat
menentukan. Dari sisi penganggaran memang belum optimal, dan keterlibatan
masyarakat dalam pengolahan masih perlu ditingkatkan. RDF termasuk
teknologi yang cukup efisien. Tingkat residu juga tidak terlalu menimbulkan
polusi,” ucapnya.
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) |
Pembangunan TPST ini juga mendapat dukungan dana dari Improvement Solid Waste Management to Support Regional Area and Metropolitan Cities (ISWMP).
Meski begitu, masih ada bagian
Pemerintah Kota Bandung untuk memenuhi sejumlah biaya operasional.
Biaya operasional untuk teknologi
di TPST Cicukang Holis kurang lebih Rp 250 ribu per ton. Dengan
perkiraan kapasitas 10 ton per hari selama 365 hari dibutuhkan Rp 900 juta per
tahun.
Ahmad Farid Fakhrullah
0 Komentar