Kang Haru: Solusinya Cuman Satu 2019 Ganti Presiden

Gejolak rakyat Indonesia menginginkan adanya Presiden baru, dirasakan pula oleh Haru Suandharu. Pria yang akrab disapa Kang Haru meyakini Pemilu mendatang akan melahirkan Presiden Indonesia baru. Sebagai Ketua Tim Pemenangan Pilkada Wilayah (TPPW) PKS Jawa Barat, Kang Haru mengintruksikan kepada seluruh kader dan simpatisan untuk terus bergerak mensosialisasikan partai PKS dan pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandi.

“Insya Allah nanti di 2019 kita punya presiden baru tetapi kita harus perjuangkan karena masih ada saudara-saudara kita yang belum mengerti sehingga tidak milih nomor 02,” kata Kang Haru.

Haru Suandharu saat mengajak masyarakat mendukung Prabowo-Sandi

Kang Haru tak serta merta mendukung Prabowo-Sandi, tapi memiliki alasan yang jelas dan dapat diterima oleh akal sehat. Politisi PKS tersebut memberikan dua permasalahan yang saat ini dihadapi oleh masyarakat menengah ke bawah, yaitu tingginya harga sembako dan sulitnya lapangan pekerjaan.

Selama kurang lebih lima tahun, Kang Haru mencermati pemerintah pusat yang gemar import segala macam sembako sehingga mengakibatkan harga-harga sembako turun sehingga para petani merugi karena harga dimainkan oleh pemasok dari luar negeri.

“Pa Prabowo sudah mengatakan kita harus membela petani kita, kita harus beli beras dari petani kita, sebisa mungkin kita penuhi kebutuhan kita sendiri, jangan sampai sumber daya kita pindah dari dalam negeri ke luar negeri,” kata Kang Haru.

Politisi PKS ini sangat menyayangkan pembangunan infrastruktur begitu pesat antara lain pembangunan tol, pembangkit listrik, pelabuhan, bandara, LRT, dan lain-lain. Namun biaya dan tenaga kerjanya dari asing. Padahal bila menggunakan tenaga kerja lokal maka akan menyerap 10 tenaga kerja sehingga menurunkan angka pengangguran.

Kang Haru yang saat ini diamanahkan menjadi calon legislatif DPRD Provinsi Jawa Barat Dapil Kota Bandung dan Cimahi nomor urut 1 mengatakan pihak oposisi telah mengingatkan pemerintah pusat terhadap kebijakan import dan menyerap tenaga asing dalam jumlah sangat besar, ini akan berdampak pada umur bangsa Indonesia yang tak lama.

“Udah dikasih tau tapi tetep aja ngeyel, solusinya cuman satu 2019 ganti Presiden,” pungkasnya.

(Ahmad Farid Fakhrullah)