Weclome To Bandung, Dengan Semangat Yang Melambung

Posko Mudik PKS
Kemajuan sarana telekomunikasi dimulai dari sms hingga aplikasi medsos seperti whatsapp dan telegram, sepertinya telah  menghinggapi hampir seluruh masyarakat Indonesia. Bukan hanya chating via tulisan yang langsung dapat dibaca, akan tetapi menu video call dari beragam aplikasi yang ada dalam handphone, sebetulnya cukup memanjakan dan memudahkan orang untuk berkomunikasi. Akan tetapi semua kemudahan itu agaknya tak menghalangi mereka yang merayakan berlebaran untuk pulang kampung halaman.

Begitu juga yang menghinggapi para kader PKS yang selama ini tinggal di kota-kota besar. Lihat saja kota Bandung, mayoritas kadernya ternyata memiliki latar belakang berasal dari dareah yang tersebar di Indonesia. Rasa rindu untuk bertemu dengan sanak famili, agaknya  tak bisa dihalangi oleh apapun. Kemacetan Brexit tahun lalu, yang ternyata masih terulang tahun ini, sepertinya tak membuat mereka untuk berbondong-bondong bermudik ria. Belum lagi keperluan di perjalanan yang harganya melambung tinggi, itupun terasa terbayar ketika memasuki kampung halaman tercinta. Sanak saudara, dan teman-teman di masa lalu, bagaikan sebuah hadiah yang tak akan tergantikan.

“Mudik adalah bagian dari menyambung silaturrahim, dimana Rasulullah sangat menganjurkan kita untuk menyambung silaturrahiim. Pun demikian apabila masih ada orangtua di daerah, merupakan bagian dari birrul walidain”, demikian diungkapkan Alimoel sukarno, kabid Humas dan Media DPD PKS Kota Bandung, yang baru melakukan mudik ke Banyuwangi, Jawa timur. Lebih lanjut beliau berharap agar  para kader lebih semangat dalam bekerja dan beraktivitas karena ada doa yang diberikan orangtua.

Nilai lebih dari silaturahim pasca  idul fitri, bukan sekedar temu kangen belaka. Ada value keberkahan yang ada didalamnya. Sehingga diharapkan para kader bisa memanfaatkan mudik ini, sebagai  momen yang dapat mengembalikan pada fitrah keimanan dengan hasrat yang lebih bila dibandingkan sebelum pulang kampung. Rasa syukur atas apa yang dialami, setelah sebulan mengalami pencucian jiwa melalui puasa ramadhan, yang dibarengi pembiasaan tilawah yang lebih kalau diabandingkan dengan hari selain bulan Ramadhan. Begitupun dengan kewajiban zakat fitrah sebagai bentuk kepedulian. Lalu bisa mudik dan balik lagi ke kota Bandung, itu sudah merupakan bagian kenikamatan tiada tara, yang harus kita syukuri.
(Tiesna)

Posting Komentar

0 Komentar