Mengawali tulisan, Juru Catat mencari referensi yang berkaitan dengan kata Magnit (magnet), biar tepat dalam penyajian. Konon kata magnit berasal dari kata Magnesia, nama kota di kawasan Asia, tempat ditemukan orang Yunani pertama kali menemukan mineral yang bersifat magnit. Benda dikatakan berdaya magnit jika mempunyai daya menarik yang kuat dari benda yang ada di sekelilingnya.
Clear ya...supaya bisa dipahami kenapa makhluk dibawah ini bisa disebut magnit.
Hari itu, Ahad (21/05/2017) Sabuga kejatuhan magnit dari langit. Ribuan jamaah Odoj se-Jabar berbondong-bondong berebut untuk memadati tribun gedung, berbagi tempat dengan tamu undangan di deret depan panggung utama. Hingga tengah acara pun masih terus berdatangan pengunjung.
Ada apa gerangan? Kepenasaran ini menuntun seseorang sebut saja Chairdy untuk menyelidik. Jawaban pertama terkirim lewat telinganya lalu menggetarkan kalbunya, gagara syair yang menggema begini:
"Dengan asma Allah / marilah bersama membumikan ayat-ayat surga
/Satukan barisan / kuatkan genggaman / untuk melestarikan Al-Qur'an
Dengan bertilawah / semangatkan ukhuwah /
Hidupkan Al-Qur'an dalam sendi kehidupan /
Ilmu yang barokah / semangat merekah / bersatu bersama /
Menggapai ridho Yang Kuasa ..."
Dirinyapun tak sadar ikut semangat menyanyikan, karena diputar berulang-ulang jadi hafal. Ini sentuhan magnit awal, meski belum menyentuh rasa, hanya reflek semata. Makin terbawa kumparan magnit ketika tujuh Hafidz dan Hafidzoh tampil diatas panggung. Bulu kuduknya terangkat berjingkat mendengar ayat-ayat surga juz 29 yang dilantunkan sangat memikat. Wow, ada wajah yang sangat akrab baginya. Bu Mia (Salmiah Rambe, pen) yang dia tahu adalah anggota DPRD Kota Bandung dari kader PKS ternyata seorang hafidzoh juga.
Rupanya getar itu menyusup pula pada pemberi sambutan pertama, Netty Prasetyani Heryawan, istri Gubernur Jabar. Coba cermati sambutannya yang menekankan perlunya jabatan strategis dipegang oleh pecinta Qur'an. Menurutnya, jika seseorang cinta Qur'an pasti kesehariannya akrab dengan Qur'an, sehingga kebijakannya yang diambil akan merujuk pada yang diyakini kebenarannya. Maka Ketahanan Keluarga yang jadi basis utama sebuah negara akan terwujud dengan sendirinya. Harapan ke depan, makin banyak komunitas komunitas semisal ODOJ yang masuk ke ruang-ruang strategis pemerintahan, sehingga masyarakatnya makin berkualitas.
Giliran Aher, sang Gubernur yang segudang penghargaan telah disematkan, memberikan sambutan dengan mensitir pidato Ali bin Abi Thalib kala menjadi Khalifah,
Ada apa gerangan? Kepenasaran ini menuntun seseorang sebut saja Chairdy untuk menyelidik. Jawaban pertama terkirim lewat telinganya lalu menggetarkan kalbunya, gagara syair yang menggema begini:
"Dengan asma Allah / marilah bersama membumikan ayat-ayat surga
/Satukan barisan / kuatkan genggaman / untuk melestarikan Al-Qur'an
Dengan bertilawah / semangatkan ukhuwah /
Hidupkan Al-Qur'an dalam sendi kehidupan /
Ilmu yang barokah / semangat merekah / bersatu bersama /
Menggapai ridho Yang Kuasa ..."
Dirinyapun tak sadar ikut semangat menyanyikan, karena diputar berulang-ulang jadi hafal. Ini sentuhan magnit awal, meski belum menyentuh rasa, hanya reflek semata. Makin terbawa kumparan magnit ketika tujuh Hafidz dan Hafidzoh tampil diatas panggung. Bulu kuduknya terangkat berjingkat mendengar ayat-ayat surga juz 29 yang dilantunkan sangat memikat. Wow, ada wajah yang sangat akrab baginya. Bu Mia (Salmiah Rambe, pen) yang dia tahu adalah anggota DPRD Kota Bandung dari kader PKS ternyata seorang hafidzoh juga.
Salmiah Rambe |
Rupanya getar itu menyusup pula pada pemberi sambutan pertama, Netty Prasetyani Heryawan, istri Gubernur Jabar. Coba cermati sambutannya yang menekankan perlunya jabatan strategis dipegang oleh pecinta Qur'an. Menurutnya, jika seseorang cinta Qur'an pasti kesehariannya akrab dengan Qur'an, sehingga kebijakannya yang diambil akan merujuk pada yang diyakini kebenarannya. Maka Ketahanan Keluarga yang jadi basis utama sebuah negara akan terwujud dengan sendirinya. Harapan ke depan, makin banyak komunitas komunitas semisal ODOJ yang masuk ke ruang-ruang strategis pemerintahan, sehingga masyarakatnya makin berkualitas.
Gubernur jabar bersama istri |
"Allah telah menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk yang jelas, mana yang baik dan mana yang buruk. Ambillah yang baik dan tinggalkan yang buruk, laksanakan segala kewajiban kepada Allah yang akan mengantarkan kalian ke surga.Utamakan kepentingan umum..."
Bagi Indonesia yang mayoritas muslim tentu mempunyai tujuan bernegara yang sudah tercermin dari negarawan pendahulu kita yang dalam setiap langkah perjuangannya selalu menyertakan Sang Penguasa Alam Semesta.
Jika tujuan bernegara dari negara di dunia ada 2, yaitu:
1. Hadir untuk membangun kesejahteraan
2. Hadir untuk memberikan rasa aman.
untuk Indonesia yang ingin mewujudkan negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, maka ditambah dengan,
3. Menghadirkan penghambaan kepada Allah.
Harapan pada yang hadir terutama komunitas One Day One Juz tidak hanya mampu menyolehkan diri sendiri, namun mampu membantu menyolehkan lingkungan.
Bagaimana harapan Aa Gym yang siang itu juga dihadirkan sebagai pengisi acara? Agar kararter iklas, jujur dan tawadhu terbentuk bagi siapapun yang terbiasa akrab dengan Al-Qur'an, tanpa terkecuali. Pimpinan Daarut Tauhiid ini memimpikan terwujudnya ODOJer bergandeng mesra dengan Komunitas Pejuang Masjid, untuk mengundang hadirnya pertolongan bagi negeri yang terasa makin carut marut ini. Tak mustahil jika Allah sudah berkehendak, Indonesia dipimpin oleh seorang yang akrab dengan Al-Qur'an sehingga suasana negeri terasa bernuansa Islami.
Benar-benar magnit Qur'an menyusup kesemua pembicara, sehingga Ustadz Ahmad Al Habsyi bicara tak lepas dari kedahsyatan Al Qur'an. Digambarkan bagaimana akhlak Rasulullah SAW yang bak Qur'an berjalan. Maka diakhir tauziah mengingatkan pada yang hadir terutama Komunitas ini yang nota bene sebagai penggagas acara Jabar Mengaji, agar 'meng Al-Qur'ankan masyarakat dan memasyarakatkan Al-Qur'an. Sepertinya langkah itu telah diawali dengan ikut mensukseskan program Waqaf sejuta Al-Qur'an dari Syamil.
Chardy melihat, magnit yang demikian kuat membuat sesiapa yang telanjur terseret dalam kumparannya enggan untuk melepaskan diri. Terbukti setelah jeda istirahat sholat, hadirin kembali mendatangi ruangan remang-remang yang gempita diseling lagu-lagu religi. Luar biasa...
(Frieda, Juru Catat)
0 Komentar