Kartini Selfie dan Puisi

Frieda membersamai  Intan Nur Rahmi
(Istri Haru Suandharu Wakil Ketua DPRD Kota Bandung)


Label yang Bikin Baper

Jleb...nancep jero banget tulisan Imron Fhatoni di Kompasiana, 30 Januari 2017.
Dalam tajuk yang berjudul 'Kartini, Feodalisme dan Literasi, dia memberi label pada perempuan masa kini sampe bikin baper:

 "Di zaman ini, kita nyaris tak menemukan perempuan yang suka membuat sajak-sajak perlawanan seperti Kartini. Perempuan kita lebih banyak berkerumun di media sosial, lebih senang menyebarkan postingan galau akibat percintaan.

Disaat zaman telah dilumuri kemajuan teknologi, produknya justru wanita-wanita alay yang suka selfie dengan alis tak beraturan.  Perempuan kita larut dalam kehidupan hedonis hingga melupakan pentingnya menggugat penindasan.

Lucunya, setiap 21 April mereka malah berbondong-bondong mengucapkan Selamat Kartini, sementara semangat hidupnya dibiarkan layu dalam arsip tebal sejarah" 

Sedih Jenderal!
Masa sih yang terekam hanya yang alay dan berselfie, mengumbar galau di media sosial saja. Barangkali Imron tak sempat mengintip akun-akun Facebook yang konsen pada masalah-masalah perempuan yang senafas dengan perjuangan Kartini.

Tengok akun milik Netty Prasetiyani Heryawan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Ledia Hanifah Amalia Anggota DPR-RI Fraksi PKS yang aktivitasnya fokus pada Pemberdayaan Politik Perempuan, Diah Nurwitasari Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga  (BPKK) PKS Pusat, Ani Rukmini Trainer Motivator Ketahanan Keluarga dan Siti Muntamah Oded disamping segudang jabatan juga pegiat Ketahanan Keluarga.

Memang tak dapat dipungkiri ada kenyataan perempuan alay suka berselfie ria "Satu, dua, tiga, cheese!" lalu posting di Facebook dengan disertakan curhat dan ratapan hanya sekedar berharap ada yang merespon 'suka' atau bahkan berlanjut mengobral cinta. #PusingPalaBarbie
Tapi itu bukan berarti melenyapkan banyak perempuan yang jadikan media sosial alat perjuangan.

Mendadak terngiang peringatan Irma Trisetyati di suatu pertemuan pekanan liqo ibu-ibu PKS.  Sore itu Murabbiyah mengutip terjemahan Surat Al-Qaaf sebagai berikut:

"(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk sebelah kiri." (Ayat 17)
 "Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir" (Ayat 18)

Ya ampun, ini yang selalu terlupa. Peringatan keras bagi yang suka berselfie ria. Semoga kita senantiasa bisa menakar, mana kira-kira yang tak terpuji.

Tentunya tak perlu takut malaikat mencatat dengan tinta merah, jika foto selfie yang diunggah sekedar lakar belakang suatu berita atau motivasi yang akan disampaikan.

Teh Ipah, Ketua Reli Kota Bandung
Puisi dan kartini masa kini

Imron Fathoni menggaris bawahi bahwa nyaris tak menemukan perempuan yang suka membuat sajak-sajak perlawanan seperti Kartini.
Padahal ada beberapa penulis seperti Neno Warisman, Helvy Tiana Rosa dan masih banyak lagi yang berjuang melalui baris kata puisi.


Sahabat Kartini, kita pasti pernah membaca atau setidaknya mendengar bagaimana lembutnya hari Raden Ajeng Kartini. Nuraninya mudah tergugah, tergambar ketika sang guru K. H. Soleh Dara mengenalkan terjemahan satu surah. Dirinya mampu menyelami betapa indah Al-Fatihah.

Namun kelembutan bukan berarti lemah. Semangat juangnya tak kenal lelah, agar terwujud perempuan pribumi bisa mengenyam sekolah.

Mimpinya ingin agar perempuan disamping melek ilmu pengetahuan, juga mampu menularkan pendidikan akhlak kepada anak, keluarga, dan handai taulan.

Menyudahi opini, sekedar bukti berikut dua contoh puisi tersaji. Selamat menyantap.

Arogansi Penghuni Gedung Sejuta Suara
Karya: Frida Kustantina

Gedung sejuta suara perih merintih
Tersakiti arogansi mayoritas Wakil Rakyat Terpilih
Arogan lantang berteriak "Lanjutkan!!"
Menenggelamkan beberapa gelintir suara "Hentikan!!"

Gejala ini membuat pemilik sejuta suara gerah
Terkait proyek raksasa yang memakan biaya sangat wah
Proyek PLTSa, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
Mereka resah akan dahsyatnya dampak olah limbah

Proyek PLTSa ini memang seksi
Menyilaukan dan mengebiri hati nurani
Hingga jeritan yang terwakili tak dihiraukan lagi
Dan janji pada sejuta suara terkhianati


*Proyek PLTSa Tahun 2014 Gedebage - Kota Bandung


(Tanpa judul)
Karya: R. A. Kartini



Tahukah engkau semboyanku? "Aku mau!"
Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung
Membawa aku melintasi gunung

Keberatan dan kesusahan kata
"Aku tidak dapat!" menyampakan rasa berani
Kalimat "Aku mau!" membuat kita mudah mendaki puncak gunung

Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi
Bermimpilah selama engkau dapat bermimpi!
Bila tiada bermimpi apalah jadinya hidup?
Kehidupan yang sebenarnya kejam

(Frieda Kustantina, Tukang Catat)

Posting Komentar

0 Komentar