Ada apa dengan merasa
cukup? Ada apa dengan banyaknya harta? Apa yang spesial dari merasa cukup?
Saya mengutip dari
sebuah ceramah di TED.com[1]. Ada sebuah penelitian tentang Petani Tebu. Petani
Tebu mendapatkan 60% penghasilannya dalam setahun dalam satu kali panen. Ini
berarti sebelum panen mereka dalam keadaan miskin, setelah panen mereka dalam
keadaan kaya. Apakah ada perbedaan antara dua kondisi tersebut? Para peneliti
melakukan IQ Test kepada mereka saat sebelum panen (kondisi miskin dan serba
terbatas) dan membandingkannya dengan test IQ juga setelah panen (kondisi kaya
dan berkecukupan). Hasilnya sangat mengagetkan. Nilainya jauh lebih rendah saat
sebelum panen, atau saat keadaan miskin dan serba terbatas. Selisihnya sebesar
14 Poin dalam IQ Test. 14 Poin itu senilai dengan efek kurang tidur atau efek
mabuk. Saat orang dalam kondisi terbatas, akan cenderung tidak bisa berpikir
jernih dan membuat keputusan yang salah.
Eldar Shafir, seorang
professor dari Princeton University menyampaikan konsep tentang “scarcity
mentality”. Bahwa seseorang berperilaku berbeda saat berada dalam kondisi yang
langka dan terbatas, baik itu keterbatasan waktu, uang, atau makanan.
Saya pun mencoba
menyimpulkan bahwa, lingkaran kemiskinan terjadi saat seseorang dalam kondisi
yang serba terbatas, karena kekurangan uang. Karena kondisi yang terbatas itu,
ia tidak mampu berpikir jernih, sehingga dia membuat keputusan yang salah,
sehingga membuat ia kian miskin, sehingga membuat ia kian terbatas, lalu
membuat keputusan salah, dan seterusnya. Terbentuklah lingkaran setan.
Perasaan terbatas dan
langka itu ternyata amatlah berbahaya. Bagaimanakah solusinya. Peneliti dunia
mengusulkan bahwa donasi perlu diubah bentuknya menjadi uang tunai sehingga orang
miskin leluasa membuat keputusan menggunakan uangnya, dan tidak merasa
terbatas. Tapi sebenarnya perasaan terbatas dan merasa cukup itu sangat relatif.
Ada orang yang punya penghasilan 1 juta per bulan merasa cukup. Tapi ada orang
yang punya penghasilan puluhan juta masih merasa tidak cukup. Bahkan ada kisah
di zaman dahulu kala yang menceritakan seorang raja yang panik karena satu
budaknya hilang, di antara ratusan budak yang masih ia miliki.
Bisakah kita merasa
cukup dalam kondisi terbatas?
Rasulullah bersabda: “Kekayaan
(yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki)
adalah hati yang selalu merasa cukup." (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim
no. 1051)
Ternyata dalam ajaran
Islam kita dilatih untuk tangguh menghadapi masalah keterbatasan. Mengapa Rasulullaah
SAW mengajarkan sikap bersyukur dan sikap merasa cukup dengan yang ada.
Ternyata ada hikmah tersembunyi di sana. Dengan kita merasa cukup, maka kita
akan mampu berpikir dengan baik, membuat keputusan yang baik, sehingga bisa
memperbaiki kondisi dan keluarga. InsyaAllah
-Amu Darya-
[1] https://www.ted.com/talks/rutger_bregman_poverty_isn_t_a_lack_of_character_it_s_a_lack_of_cash/transcript?language=en
0 Komentar