ilustrasi |
Oleh
: Miarti Yoga
Dear Ayah Bunda. Ada beberapa fitrah anak yang
wajib untuk kita pahami dan renungi.
·
Anak itu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, maka
sangat wajar jika mereka banyak mengkritisi.
·
Bagian dari fitrah anak adalah selalu penasaran. Maka sangat wajar jika mereka
butuh banyak jawaban.
·
Anak itu berada pada sebuah masa dimana hal-hal
konkrit harus serba tervisualisasi. Maka sangat wajar jika mereka banyak
menuntut hal-hal yang logis.
Tetapi
pada faktanya, sering kita terlalu pragmatis dalam menyikapi sikap atau
keinginan anak yang cenderung memaksa dan nyaris tak bisa ditunda kehendaknya.
Sehingga yang sering muncul dari mulut kita adalah kalimat-kalimat penekanan,
kaliamt ironisme (mengiyakan atau menyetujui dengan keterpaksaaan), atau bahkan
kalimat sarkasme yang disertai celaan atau hujatan seperti; “dasar anak nakal”.
Ketika
kita telah berazzam untuk menjadi orang tua yang cerdas dan bijaksana, maka
jangan sampai dan jangan pernah pelit berkomunikasi dengan anak. Ingat, 70 %
kehidupan manusia itu komunikasi. Demikian pula dalam hal pengasuhan anak. Dan
Anda harus yakin bahwa kendali moral buah hati Anda adalah komunikasi.
Oleh
karena itu, mulailah sediakan stok redaksi kalimat sebanyak mungkin untuk dapat
memberikan jawaban dan penjelasan terbaik sehingga buah hati Anda puas dan
tidak berulah negatif akibat ketidakpuasannya. Selanjutnya, perhatikan beberapa
rambu-rambunya supaya Anda tidak terjebak dalam percobaan.
·
Gunakan kata sederhana yang spesifik
·
Jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada
anak
·
Jelaskan arti fungsi dan prosedur tindakan
·
Jangan menyakiti atau mengancam
·
Perhatikan kesan yang akan muncul. Jangan sampai
menggunakan gaya pemeriksa, gaya penyindir, gaya hakim atau gaya sok tahu.
Sebagai
contoh, Anda boleh mencerna beberapa konteks di bawah ini.
1. Si 2 tahun penasaran ingin main pisau
Jika buah hati Anda kedaapatan
tengah bermain pisau, gunting dan atau benda tajam lainnya serta cenderung
sulit untuk melepas benda tersebut. Kewajiban orang tua adalah sesegera mungkin
meraih benda tessebut. Tetapi yang harus diperhatikan adalah bagaimana anak dapat
melepaskan benda berbahaya tersebut dengan kepahaman. Oleh karena itu,
katakanadan jelaskan dengan verbal bahwa pisau itu TAJAM. Nah, jika kalimat
pertama tidak berhasil, upayakan terus mencari alasan selogis mungkin.
Pilihannya pun variatif;
·
“Sayang…! Pisau itu bahaya Nak… Bukan untuk
main-main. Simpan ya…!”
·
“Sayang…! Bisa bikin tangan kita berdarah lho…
Tidak dimiankan ya…!”
2. Si 4 tahun memaksa minta main game computer
Ingat, keinginan yang tinggi
terhadap main game computer tidak bisa dilarang
dengan keras. Jika Anda melarangnya terlalu kaku dan tanpa penjalasan yang
memahamkan, maka dia akan sangat “lapar” terhadap permainan tersebut, sekalipun
di rumhnya tak bisa ia dapatkan dengan sekehendak hati. Dan anak yang “kelaparan
game” itu akan mencari jalan keluar walaupun bagaimana caranya. Bahkan numpang
main game di rumah orang pun akan sangat mungkin
ditempuhnya. Oleh karena itu, bijaklah Anda memberi rules (aturan) yang membuat buah hati
Anda paham dan memiliki kendali. Jadi, kalimat yang cenderung efektif kurang
lebih seperti ini ;
·
“Kakak…! Kakak boleh kok main game. Mama nggak
larang. Tapi maaf ya, Kakak ingat dengan waktu. Tidak sampai lupa makan, lupa
tugas, lupa sholat.”
·
“Kakak…! Komputer di rumah kita bukan hanya untuk
main game. Mama sama Papa juga perlu untuk mengerjakan
tugas. Jadi, bagaimana kalau kita jadwal?”
·
“Kaka…! Terlalu banyak main game itu bikin mata
kita rusak. Yang lebih parah, otak kita juga bisa rusak lho…! Nggak lama-lama
ya main game-nya. Khawatir Kakak jadi nggak
pinter lagi.”
3. Si 5 tahun berperilaku tidak sopan di rumah orang
Ingat pembaca…! Setiap anak yang
terlahir, siapapun itu, tidak mengerti dan tidak paham terhadap apa yang
disebut sopan santun, tata karma, etika, adab atau apapun istilahnya. Tetapi
sesungguhnya, mereka dapat dikenalkan dan dipermanis attitude-nya dengan kebiasaan berperilaku
sopan. Jika suatu saat buah hati Anda sedang memainkan atau bahkan sampai
merusak barang di rumah orang, maka Anda wajib mengingatkan. Redaksi kalimatnya
pun banyak pilihan.
·
“Sayang…! Bisa lebih baik ya…!”
·
“Itu bukan untuk mainan, Nak. Hati-hati ya…!”
·
“Tidak berlebihan ya…! Kalau mau apa-apa minta izin
yang baik”
Allah SWT telah mengingatkan kita dalam firman-Nya;
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
mereka adalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imron : 104). Maka begitu banyak PR besar yang harus kita
tuntaskan. Dan memahami positif parenting adalah kemestian. Oleh kareana
itu, tidak ada hal yang kecil untuk mewujudkan sesuatu yang besar. Maka
sekalipun hanya seni
berbicara, meski hanya nada suara yang tertata dan terpola, meski hanya bahasa tubuh, meski hanya
kemampuan
mendengar, meski hanya kemampuan memahami dan menyelami emosi anak, semuanya adalah upaya besar yang perlu kita tempuh dengan ikhlas,
terbiasa dan istiqomah. Allohu ‘alam bish showab. Semoga menginspirasi…!
0 Komentar