PENYAKIT HILANG GARA GARA IKUT KEMAH BAKTI NUSANTARA

Salah satu group peserta KBN 1























                 Mukhoyam yang kini bertransformasi menjadi Kemah Bakti Nusantara (KBM) adalah sebuah bagian perangkat tarbiyah. Seorang kader dakwah belum bisa dikatakan sempurna sebagai kader kalau hanya mengandalkan liqo tarbawi pekanan. Ada dua perangkat lain yang harus dijalani, yakni Mabit/Tatsqif dan KBM.

                 Atas dasar inilah, Dikdik Ahmad Sidik peserta dari Cibeunying Kidul mengikhlaskan dirinya untuk mengikuti Kemah Bakti Nusantara 1 pada 24-25 Desember 2016 di Bumi Perkemahan Cibodas, Lembang. Perang bathin yang menghampiri dirinya, tatkala teringat akan kondisi saat itu karena penyakit Sinus yang menghampirinya. Ditambah kondisi istri yang membutuhkan perhatian lebih paska kuretisasi beberapa waktu lalu.

               Semua itu bisa dikesampingkan, karena Dikdik yakin bahwa Kemah Bakti Nusantara adalah tarbiyah sesungguhnya. Dia harus rela meninggalkan keluarga tercinta, melawan rasa dingin  di alam bebas dengan perbekalan seadanya. Semua dilakukan karena panggilan jiwa dan memenuhi panggilan tarbawi sebenarnya.


              "Alhamdulillah, saya bisa melintasi rasa malas dan sebuah anugerah tersendiri karena dengan ikut agenda ini, penyakit Sinus saya hilang" Pengakuan Dikdik sehari sepulang kegiatan tersebut.


              Lain Dikdik, lain pula apa yang dirasakan Ari Suhartoyo, peserta dari DPC Sukasari mengaku, "Dengan Kemah Bakti Nusantara, saya merasakan kebahagiaan yang tak terukur yang tidak dirasakan selama ini. Kebersamaan dengan kader lain, melakukan aktivitas yang melelahkan, tapi setelah hal itu dilewati hati ini merasa lega". Ari yang saat ini menjadi ketua DPRA Gegerkalong, mengharapkan bisa ikut serta di Kemah Bakti Nusantara level berikutnya.

              Peserta tahun ini memang terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari DPC Sukajadi misalnya, tahun ini hanya
Tiga orang yang berpartisipasi. Salah satu peserta bernama Solihin menuturkan, "banyak hikmah yang saya dapatkan dari mengikuti KBN ini  diantaranya, mampu menjalin ukhuwah yg semakin kokoh,  menumbuhkan rasa kebersamaan dan solidaritas walau dalam keterbatasan sesama anggota regu"


               Solihin yang lebih familiar dengan panggilan mang Ihin ini, kalau KBN ini lebih sebagai alat ukur  ketahanan fisik & mental bahwa utk perjuangan atau peperangan dibutuhkan fisik & mental yg kuat serta pentingnya arti kedisiplinan.


                Semoga KBN 2017 lebih semarak dan diikuti banyak peserta. Dan bagi yang sudah mengikuti bersiap juga untuk mengikuti KBN tahap selanjutnya. (Tiesna)    

Posting Komentar

0 Komentar