ROKOK VS BPJS




“Kalau mendapatkan bantuan misalnya pencairan keredit Melati, yang wajib menerima adalah ibu-ibu” Ungkapan Ledia Hanifa pada acara kunjungan kerja perorangan di kelurahan Sukagalih kecamatan Sukajadi Kota Bandung ini (08/10/2016), sontak membuat ibu-ibu yang hadir sumringah, dan mereka menjawab, “setuju, karena kalau diberikan sama bapak-bapak pasti habis dibeliin rokok” Jawaban ini membuat bapak-bapak yang hadir tersenyum simpul.

Ledia menyebutkan kalau 70% penduduk pria di Indonesia adalah perokok. Hal tersebut sangat kontradikif ketika banyak mendengar keluhan warga yang merasa berat untuk membayar BPJS. Padahal konsumsi masyarakat dari data hasil survei oleh Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Maret 2016 menunjukkan kalau belanja terhadap rokok ini menempati urutan kedua setelah belanja berasatau makanan pokok. Di perkotaan belanja rokok mencapai 9% sementara untuk membeli telur dan biaya listrik berada di kisaran 3% dan 2%. Bahkan untuk masyarakat pedesaan, konsumsi terhadap rokok ini lebih tinggi diatas belanja perumahan yaitu berada di kisaran 7,6%.

Dalam kesempatan itu pula, beliau memaparkan akan pentingnya ikut BPJS karena banyak nilai manfaat yakni ta’awun atau tolong menolong didalamnya. Biaya berobat yang tinggi dan tidak terjangkau akan teratasi dengan kepesertaan BPJS. Dan kalau selama keiuktsertaan tidak ada klaim, hal ini perlu disyukuri berarti  Allah telah memberikan rezeki berupa nikmat sehat dan hikmahnya kita telah beramal dengan membantu orang lain dalam pengobatan. “Alhamdulillah untuk warga Bandung perlu disyukuri karena di bawah pemerintahan Ridwan Kamil dan Oded M Danial, ada iuran partisipasi aktif yang bertujuan untuk membantu 750.000 masyarakat miskin di kota Bandung, sehingga kaum dhuafa ini cukup membayar separuhnya saja.

Terkait BPJS ini, di DPR pusat sedang membuat sistem pembayaran ke Rumah Sakit agar lancar dalam pencairannya. Sehubungan masih ada kendala sekitar keterlambatan dalam pembayaran ke pihak rumah sakit. Selain hal ini, komisi 8 DPRRI tempat Ledia Hanifa berkontribusi, saat ini sedang menggodok permasalah haji  diantaranya, tentang usaha penambahan kuota yang bekerjasama dengan Arab Sudi agar kuota Indonesia ditambah menjadi 40%. Karena banyak kuota haji khususnya di Negara Asean yang kuotanya berlebih. Sebut saja Philipina, Timor Leste, Singapur, Laos dan Vietnam yang selalu berlebih dan tidak menggunakan kuota berlebih ini. Kabar gembira juga datang buat para lansia dan pendamping lansia bahw ada percepatan keberangkatan. Karena sangat kasihan kalau para lansia harus menungu berlama-lama untuik menunaikan ibadah haji.

Acara yang hangat penuh kekeluargaan ini, tak terasa berakhir menjelang shalat dzuhur tiba. Dan Ledia berharap RW 03 Kelurahan Sukagalih ini akan menjadi RW Percontohan untuk RW lain yang ada di bilangan Sukajadi dan Kota Bandung pada umumnya. Yudi Junaedi selaku ketua RW 03 menghaturkan banyak terimakasih dan merasa lega karena dengan acara ini aspirasi warga agar bisa diserap dan efektif. (Tiesna Sutisna)


Posting Komentar

0 Komentar