pksbandungkota.com - Menciptakan sesuatu yang bernilai ekonomis dari barang
yang dianggap sudah tidak lagi memiliki nilai ekonomis, merupakan tantangan
tersendiri.
Salah satu hasil karya yang terkenal dari Bank Sampah ialah kerajinan bungkus / cangkang kopi. Mengapa kopi? Bukan bungkus susu, atau bungkus makanan ringan, atau bungkus yang lain?
Karena eh karena, bungkus kopi sachetan ini termasuk
limbah yang banyak sekali ada di sekitar kita. Satu orang peminum kopi, bisa
menghabiskan lebih dari 2 sachet. Ini setidaknya yang saya lakukan. Belum lagi
sampah bungkus kopi yang ada di warung-warung yang menyediakan kopi seduh.
Bayangkan semua itu menjadi tumpukan sampah yang hanya mengotori dan memenuhi
TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Karya apa saja yang bisa dihasilkan dari bungkus kopi
ini?
Ternyata banyak sekali. Selama barang tersebut mengandung
lipat melipat dan sambung menyambung. Hasilnya bisa berupa dompet, tas, bahkan
karpet. Harganya? Tentu sedikit lebih tinggi dibanding karpet-karpet plastik
bergambar biasa.
Pertanyaannya? Apakah ada pasar yang menyerap hasil
kerajinan tersebut? Selama yang saya perhatikan, dengan motif yang masih tampak
“bekas bungkus”nya, diperlukan kejelian dan ketelitian agar benda yang
diciptakan bernilai desain dan bernilai jual. Sayangnya, dengan minim ilmu,
keterampilan bungkus bekas ini kurang memaksimalkan nilai estetis.
Maksud saya begini.
Keterampilan dari ibu-ibu pengrajin ini perlu
disandingkan dengan kemampuan desain para desainer muda, agar didapatkan
kolaborasi cantik yang bisa menciptakan produk yang mampu diserap pasar.
Tantangannya adalah, bagaimana agar produk yang terbuat
dari bungkus kopi itu tidak hanya terjual di pameran kerajinan, lalu teronggok
di rumah percuma, tidak dipakai. Alasannya? Ya karena tidak gaya untuk dipakai.
Memang bangga ketika membelinya dari stand pameran, karena ada rasa gengsi “ini
lho saya peduli lingkungan”, atau “ini lho saya membeli produk recycled”. Tantangannya ialah bagaimana membuat
pasar peminat barang recycled ini dan
mau memakai produk ini dalam keseharian.(LH)
0 Komentar