Potensi sampah yang dapat didaur ulang amatlah besar. Itulah
mengapa banyak orang yang bertahan menjadi pengepul sampah. Jika tidak
menghasilkan nilai ekonomis, tak mungkin orang Madura terkenal sebagai pengepul
besi bekas. Pemulung juga tak akan banyak berkeliaran jika barang yang dipungut
itu tidak berarti apa-apa bagi mereka. Pemulung memulung karena barang yang
kita lihat sebagai sampah, di mata mereka adalah berlian yang rela mereka cari
serpihannya, tak jarang hingga mengais tong sampah atau hidup di tempat yang
kurang layak huni.
Paradigma mengenai “sampah” ini entah mengapa hanya ada pada
otak para konsumen, seperti kita. Kita merasa mampu membeli, dan bekas dari
pembelian kita adalah sampah. Betul begitu? Atau jangan-jangan karena kita
sebenarnya tak kenal potensi sampah ini?
Coba kita mulai dari yang paling mudah, dan paling sering
kita buang, yaitu botol plastik bekas minum.
Pertama, botol plastik bekas minuman kemasan, yang berwarna-warni, bening, atau yang
berwarna putih. Botol plastik ini ternyata terdiri dari 2 bagian yang harga
jualnya berbeda. Satu, tutup botolnya. Dua, botolnya itu sendiri. Dan harganya
ternyata lebih bagus apabila label merk di botolnya dilepas bersih. Keren, kan?
Kenapa begitu? Karena ternyata plastik yang digunakan untuk
membuatnya termasuk 2 jenis yang berbeda, dengan cara pengolahan daur ulang
selanjutnya juga berbeda.
Kedua, gelas bekas minuman air dalam kemasan. Barang sepele
ini juga bisa dipisahkan golongan harganya, berdasar seberapa bersih kita
mengumpulkannya, dengan jenjang (nomer 1 paling kecil) sebagai berikut:
1.
Gelas plastik yang masih ada label merk di
tutupnya
2.
Gelas plastik yang sudah bersih label merknya,
tapi ring atasnya masih terpasang
3.
Gelas plastik yang sudah bersih dari label merk,
dan ring atasnya sudah digunting (dipisahkan)
Ketiga, dus karton tebal. Ini tampaknya sudah lazim dikenal
bahwa bisa dijual.
Keempat, dus karton tipis, yang biasanya dipakai sebagai
kotak kue / nasi dus / kemasan luar makanan / kemasan luar minuman. Ada cerita
di sebuah kawasan di Bandung, sebelum para ibu-ibu mengetahui potensi ekonomis
dari bekas dus makanan ini, semua pada tak acuh dengan sampah-sampah selepas
acara, namun setelah mengetahui potensi ini, mereka berebut dan menyimpan
sendiri bekas gelas plastik air minum dalam kemasan, serta dus makanan mereka.
Masih banyak lagi barang-barang sampah yang bernilai
ekonomis lainnya, yang saya sebutkan hanyalah sebagian kecil saja. Yang ingin
saya sampaikan ialah dengan perubahan cara pandang tentang barang yang sama,
ternyata menimbulkan efek yang signifikan dalam perbuatan kita. Maka teruslah semangat mencari ilmu tentang
potensi sampah ini. Karena setiap perubahan, walaupun terlihat kecil, pasti
akan berdampak besar. Kumpulkan satu
demi satu, lakukan dengan cinta, dan petik nikmat buahnya.(LH)
0 Komentar