ilustrasi |
Kejenuhan masyarakat terutama generasi muda akan
berita-berita panas dan menyengat di berbagai media, perlu dipilihkan wariasi
baru. Penyampai nilai-nilai kebaikan (dakwah) di sosial media harus puny trik-trik
agar postingannya dilirik. Meski
bermuatan dakwah tapi harus dikemas
dengan tampilan indah sehingga tak terkesan memberi kuliah . Pilih kata-kata
yang akrab ditelinga, jika perlu sesekali gunakan bahasa alay, pilih
frasa yang sejuk dan damai .
Seorang penyampai nilai-nilai kebenaran tak ubahnya
seorang Marketer. Sebut saja Tony, mengingatkan bahwa saat ini masyarakat lebih memilih marketing yang mampu memberi lebih tak sekedar
memasarkan produk tapi diiringi tips dan berbagi pengetahuan. Selain itu harus
memiliki kararter yang kuat seperti yang dirumuskan Marketer Hermawan Kartajaya dari MarkPlus dalam bukunya Grow with Character. Setidaknya ada 7 Growth Mindset ,
1.
Siap
sambut tantangan
2. Gigih hadapi tantangan
3. Tidak pernah puas akan hasil dan
berusaha lebih baik lagi
4. Belajar dari teguran
5. Mengedapankan Super time bukan Superman
6. Jangan merasa terancam, tetapi
belajar sukses dari pesaing.
7. Mindset berkembang
Seleb Facebook menyampaikan fenomena bahwa di Indonesia pengguna Facebook memiliki rangking
keempat pengguna terbesar di dunia.
Maka akan tepat sasaran jika dimanfaatkan sebagai sarana informasi untuk capaian kinerja dan nilai-nilai kebaikan.
Disamping menggiring anggota komunitas mempelajari jalan mudah dan berkah, bagaimana agar isi
pundi-pundi bertambah, untuk menopang kegiatan dakwah yaitu dengan mempelajari Digital-Preuner.
Brother, demikian gampangnya dipanggil,
handal didunia twitter. Dia memperkenalkan cakupan Social Engineering yang demikian luas dan beragam. Tujuannya agar pengguna
Twitter siaga bahaya apa saja yang
bisa ditimbulkan terhadap akun twitternya, bagaimana hacker bekerja,
juga termasuk serangan yang paling ringan, teror dengan kata-kata.
Ada yang menarik
ketika seorang Woman Netizen menyampaikan trik-triknya berselancar didunia maya. Dia katakan bahwa
sosial media pemiliki entitas paling power full yang mampu membuat berita benar jadi salah dan berita yang salah
menjadi benar. Ditekankannya bahwa penyampai kebaikan harus mampu menguasai
dunia digital. Khusus untuk bidikan anak
muda, harus menggunakan pendekatan yang akrab dengan dunia kepemudaan, menggunakan
bahasa non formal bahkan kalau perlu diramu dengan bahasa alay yang rekayasa katanya kini makin aduhai.
Meski menghadapi berbagai tantangan dengan segala pernak perniknya,
konten yang disampaikan harus mengandung unsur kebenaran dan mengajak manusia
untuk selalu ingat pada Al-Haq. Niat ikhlas harus terus menerus diperbaharui,
demikian kata kunci dalam pembekalan yang diberikan pada seluruh peserta yangdidaulat sebagai punggawa oleh komunitasnya.
Jika pembaca bertanya mengapa semua pembicara tak dimunculkan namanya, biarlah tetap bersisa
tanda-tanya. Sungguh mereka terbiasa
bekerja dalam sunyi, dan miskin publikasi.
(Frieda Kustantina)
0 Komentar