Senin (20/06/16) diacara Silaturahmi Ramadhan yang
diadakan P2TP2A di Gedung Pakuan Bandung banyak menimba kejutan. Betapa tidak,
tiba-tiba DR.Hj.Netty Prasetiyani Heryawan yang sedang berbincang dengan
ibu-ibu pemangku kebijakan di wilayah Jabar, tangannya ditarik-tarik oleh
seorang anak menuju keluar arena. Ternpat yang dituju dimana ada sepeda kecil
parkir. Seketika keduanya akrab. Sang anak mengayuh sepeda sementara seorang
ibu berbusana putih hitam melintas arena pertemuan.Kontan menjadi tontonan.
Nampak Ketua Penggerak PKK ini sangat menikmati, senyumnya mengembang ketika
harus lari-lari kecil sambil menuntun sepeda dari samping.
Tak hanya peristiwa itu
yang punya daya kejut. Di forum yang dihadiri para undangan mitra kerja P2TP2A
termasuk anak-anak Sekolah Cermat, binaan P2TP2A. Perempuan yang pernah
dinobatkan Duta Besar Amerika Serikat sebagai Local Heroes pun tahu Hamil sama Setan. Itu lho,judul lagu
dangdut yang liriknya berbau pornografi.
Sore itu Ketua Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jabar ini dalam sambutannya
memompakan semangat untuk tak jeda dalam berjuang memerangi kejahatan seksual
yang makin hari makin bertebaran dan makin banyak varian. Khusus kepada salah satu mitra kerjanya, Ketua Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah, dirinya berpesan supaya lebih ketat terhadap tayangan
pornografi baik lewat adegan ranjang maupun hanya di dendang semisal lagu Hamil sama Setan. Menurutnya racun pornografi
menimbulkan ketagihan dan butuh pelampiasan yang sasarannya anak-anak dan
perempuan.
Satu catatan lagi yang
tak biasa di sebuah acara sore itu. Kehadiran kelompok anak-anak yang akan
diberikan santunan, lazimnya tak lebih sebagai pelengkap penderita. Biasanya
mereka hanya duduk manis, makan-makan dan menerima amplop santunan lantas
pulang. Kesempatan kali ini berbeda.Anak-anak disapa, diajak dialog, dipancing
dengan berbagai pertanyaan sehingga suasana terjalin hangat. Simak penggalan
dialog antara istri Gubernur Heryawan dengan mereka.“Siapa yang ingin jadi
pemain sepak bola terkenal?” sebagian anak laki-laki menjawab “Sayaaa...” Siapa
yang ingin jadi Guru? Sebagian anak perempuan menjawab sambil tunjuk tangan
“Sayaaa...”.”Siapa yang ingin jadi Gubernur?” makin banyak yang tunjuk tangan.
Dan puncaknya ketika di lontarkan pertanyaan “Siapa yang ingin jadi Presiden?”,
spontan laki perempuan menjawab semua, “Sayaaaaaa...”.
Semua hadirin dibuat
terharu, sama sekali tak menyangka ternyata anak-anak jalanan pun punya mimpi
ingin jadi orang nomor satu di negeri
ini, siap menggantikan Presiden Jokowi. Berarti guru yang mengajar mereka, yang
notabene masih berstatus mahasiswa
berhasil dalam memberi motivasi meski
mengajar hanya sekali dalam sepekan. Tak berlebihan jika mengapresiasi
garapan anak-anak yang idealisme masih tinggi.
Tak kurang
mengapresiasi salah satu tamu undangan yang duduk dijajaran paling depan.
Perempuan yang berbusana ungu yang hadir sebagai Wakil Ketua Salimah Jabar ini
memberikan acungan jempol pada anak-anak mahasiswa pengajar Sekolah Cermat.
Menurutnya ini tak lepas dari peran serta P2TP2A sebagai pembina dan mendukung kegiatan
belajar-mengajarnya.Dikatakan bahwa ini salah satu bentuk pelayanan P2TP2A kepada anak-anak yang hidupnya dijalan yang memang
membutuhkan perlindungan, karena tak jarang sering menghadapi kekerasan fisik.
Ranah garapan P2TP2A sama dengan garapan ormas Salimah, yaitu Perempuan,
Keluarga dan Anak, sesuai dengan visi
Salimah yaitu Menjadi Organisasi Massa Muslimah yang kokoh
dan dinamis dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan, keluarga dan anak
Indonesia.
Perempuan yang
kesehariannya juga pendidik sebagai Kepala Sekolah Mutiara Hati Bandung ini,
mengakhiri pendapatnya bahwa sekarang justru lagu yang mengundang miris sangat
laris seperti judul lagu Hamil sama Setan misalnya. Ini PR bersama bagaimana
agar generasi muda tak dijejali racun di alat pendengarannya. Kedepan tantangan
masalah perempuan dan anak akan kian melebar. Salimah yang sudah lama bermitra
dengan P2TP2A, terus siaga untuk terlibat lebih jauh dengan masalah-masalah yang
memiliki kerentanan di masyarakat.
(Frieda Kustantina)
0 Komentar