pksbandungkota.com - Menikmati 10 hari terakhir bulan Ramadhan, kita bisa coba merefleksi kehidupan Ramadhan kita dari hari pertama kita menginjakkan kaki di bulan suci ini. Begitupun dengan tulisan ini akan membawa Anda pada hari-hari awal pertama Ramadhan.
Rasa-rasanya
hampir semua orang bisa menebak lagu syahdu dari alat musik angklung yang dimainkan acak ibu-ibu
yang hadir pagi jelang siang, Senin (6/Juni) di ruang Balai Asri Pusdai Bandung.
Merinding mendengar bait yang
menggema dari dua ribu suara disana "...kemesraan ini...janganlah cepat
berlalu...". Buru-buru
ingatan melompat ke
isi ceramah yang baru saja usai dari Bunda Hj. Irene
Handono,
mubalighoh sebagai pencetus
Gerakan Muslimat Indonesia (GMI),
dalam acara yang digelar GMI Jabar dihari
pertama yang
bertajuk Dakwah Berjamaah Benteng Akidah Umat, mengapa?
Ya, karena dengan ilustrasi foto dan
data akurat yang dia dapat,
betapa terpapar nyata
rencana jahat yang terstruktur dari organisasi dunia yang diprakarsai dan didanai Yahudi dan Nasrani
untuk mengkerdilkan Islam di Indonesia.
Sementara tak banyak yang peka. Sebagian umat muslim sendiri begitu genjar membela gerakan LGBT dan gerakan pendangkalan akidah yang makin mudah ditemui di berbagai daerah. Contoh kongkrit, fenomena pembagian kalung berleontin Burung Merpati yang dibagi gratis di salah satu acara Car Free Day , padahal Burung Merpati bagi umat Kristiani merupakan lambang Roh Kudus.
Sementara tak banyak yang peka. Sebagian umat muslim sendiri begitu genjar membela gerakan LGBT dan gerakan pendangkalan akidah yang makin mudah ditemui di berbagai daerah. Contoh kongkrit, fenomena pembagian kalung berleontin Burung Merpati yang dibagi gratis di salah satu acara Car Free Day , padahal Burung Merpati bagi umat Kristiani merupakan lambang Roh Kudus.
Oleh karena itu Bunda mengajak harus dibangun kemesraan, tak saling menyalahkan antara komponen muslim di seluruh Indonesia .
Acara
yang digelar apik di hari pertama bulan Ramadhan ini dikemas tak biasa layaknya sebuah tablik
akbar. Sebelum Angklung Saung Udjo menghipnotis jamaah, secara sporadis panitia
menebar hadiah berbagai sponsor, juga dari istri Gubernur Jabar, ibu H.DR.Netty
Heryawan, Msi memberikan hadiah berupa
sepeda gunung. Bagi peserta yang
bisa menjawab pertanyaan yang diajukan. Setelah itu susul-menyusul beberapa
pembicara semua memukau dan ditutup dengan demo kecantikan dari salah satu merk
Kosmetik buatan dalam negeri.
Dalam
sambutannya Netty menggaris bawahi pentingnya menanamkan akidah sedini mungkin dilingkungan rumah.
Daya kejut kejahatan seksual akhir-akhir ini demikian menggelegar. Bukan saja
usia pelakunya yang merata dari kakek hingga anak yang baru lepas netek, namun mewabah nyaris rata dari ujung ke ujung
wilayah Nusantara. Menyedihkan, generasi muda dirusak hingga masa depan mereka
suram.
Salah
satu faktor penyebabnya apalagi kalau bukan sekotak kecil barang elektronik
yang biasa disebut gadget,
sehingga racun yang disebar tak terasa telah merenggangkan komunikasi verbal antar anggota keluarga dan masyarakat. Makin parah dampak tayangan porno yang mudah diakses menuntut
penontonnya mencari pelampiasan
di dunia nyata.
Kini
alih-alih orang Islam takut
hukum rajam atau cambuk bagi pelaku
zina,
yang ada jadi lupa.
Contohnya pengaburan
kata zina dengan dibuat menjadi
judul lagu Dosa yang Terindah dan
telingapun menerima bisa menerima dengan
ramah, padahal semua tahu itu perbuatan dosa besar yang untuk mendapat ampunan
dari Allah pun tak mudah, kecuali pelaku
melakukan tobat nasuha dan perbanyak sedekah. Komandan kantor
TP2TP2A Jawa Barat ini demikian jeli mengamati ketimpangan di masyarakat, sampai menemukan judul lagu tadi, yang bisa mempengaruhi orang menjauh dari akhlak Generasi
Qur’ani, walau mungkin pengarang lagunya tak menyadari dampak ini.
Menurutnya, kini sangat
rapuh benteng aqidah. Malaikat Allah menangis ketika setan merengkuh pelaku
kejahatan sadis yang terjadi sporadis. Ini bisa dipastikan akibat makin jarang
terdengar senandung Qur'an disetiap rumah, jika adapun sebatas tilawah, tanpa disertai membaca terjemah, apalagi sampai menukik menyelam mencari
mutiara-mutiara dibalik ayat-ayat Nya
yang indah.
Kehancuran sudah didepan mata, Indonesia yang konon mayoritas Islam hanya seperti buih
di lautan tak mampu melawan gempuran lawan, akibat Qur’an sudah ditinggalkan. Tontonan sudah dijadikan tuntunan
dan sebaliknya Qur’an tuntunan hidup setiap muslim kini hanya sebatas tontonan,
pemanis acara saja, jika ada yang benar mencoba mengajak digunakan sebagai tuntunan kembali, hanya ibarat hitungan jari, kembali Netty menimpali.
Tak
berlebihan kiranya istri Gubernur
Jabar yang juga Doktor ini menggaris bawahi perlunya orang-orang yang
berakhlak baik
yang punya idealisme dan cerdas, akrab dengan Qur'an
masuk mengisi
pos-pos penting di ranah pembuat kebijakan
agar bisa membantu mewarnai
pengambil kebijakan menerbitkan aturan dan undang-undang yang tak bertentangan dengan petunjuk dalam
Al-Qur'an.
(Frieda
Kustantina)
0 Komentar