ilustrasi |
pksbandungkota.com - Pernahkah kalian mendengar istilah bincang-bincang keluarga? Mungkin zaman ayah ibu kita, bincang-bincang ini masih terjadi. Namun kini, bincang-bincang hangat itu beralih bukan melalui saling tatap muka, bahkan duduk manis berdampingan pun nampak jarang. Tak jarang kita pun menjadi orang yang tak peka karena tak terbiasa melihat secara live ekspresi dari lawan bicara kita. Kini bincang-bincang itu beralih pada tools bernama gadget bahkan tak jarang mengirimkan emoticon nampak baik-baik saja, tapi kita tak tahu ekspresi lawan bicara kita sebenarnya. Bukankah kita patut untuk mengetahui perasaan lawan bicara kita? Kita tak tahu kalimat mana yang membuatnya sakit hati, bahkan kalimat mana yang membuatnya bahagia. Itulah yang kini sering kita lakukan pada saudara kita, di chat kita bilang baik-baik saja, tapi nan jauh disana kita memendam rasa kesal yang pada akhirnya berbuah dengki hati yang akhirnya membuat kita bermuka dua didepan mereka.
Bincang-bincang hangat berubah menjadi bincang-bincang panas yang tak jarang kita menjadi orang yang "tak waras", memarahi review chat yang telah kita lakukan, dan kesal dengan isi nya namun tak kita katakan pada lawan bicara kita.
Tanpa sadar, kewarsan kita menurun dan tak jarang sering kesal sendiri tanpa sebab, akhirnya berefek pada sosial di dunia nyata, kita menjadi pribadi yang pendiam di dunia nyata sedangkan di dunia maya kita menjadi pribadi yang tak bisa non-stop berkomentar.
Kesal dan marah tanggung sendiri, menyindir dengan implisit pada seseorang yang tak ingin kau sebut namanya, bahkan mungkin ada orang yang membaca status kita, dan tak mempunyai hubungan dengan kita namun menjadi sakit hati karena status kita, dia tersinggung dengan apa yang kita ketik dengan jari jemari kita.
Mari kita perbaiki lisan kita, karena pesan nabi
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المسْÙ„ِÙ…ُ Ù…َÙ†ْ سَÙ„ِÙ…َ المسْÙ„ِÙ…ُÙˆْÙ†َ Ù…ِÙ†ْ Ù„ِسَانِÙ‡ِ ÙˆَÙŠَدِÙ‡ِ , Ùˆ المهاجِرَ Ù…َÙ†ْ Ù‡َجَرَ Ù…َا نهَÙ‰ اللهُ عَÙ†ْÙ‡ُ
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat
orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah
adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .”
(HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40 )
Wallahu 'alam (Ipah)
0 Komentar