Kapan Aktifis Menangis?

Ramadhan pergi, banyak yang menangisi, tak terkecuali Wiwi Hartanti,S. Pd kader Partai Keadilan Sejahtera dari Cibeunying Kidul kota Bandung ketika penulis wawancarai. Dengan nada sendu Wiwi katakan  "Ramadhan bagi saya pribadi adalah bulan tarbiyah menempa diri yuntuk meraih takwa, kini Ramadhan harus pergi tanpa tahu akankah nanti kubisa jumpa lagi"...

Sesuai program partai kegiatan dibagi antara kegiatan Tarhib (sebelum) Ramadhan kegiatan Ansyithoh (pada saat) Ramadhan. Menjadi pusing ketika jadwal kegiatan saling bersinggungan antar organisasi yang digeluti Wiwi, konsekwensinya harus pandai mensiasati.

Ketika acara Santunan Yatim Dhuafa digelar praktis tak bisa hadir karena bersamaan dengan acara buka bersama dengan komunitas taklim bersinghungan pula dengan acara buka shaum lingkungan RW, dimana ketiganya Wiwi terbilang pengurus inti, sehingga diambil langkah dengan ikut menyiapkan makan, membelanjakan untuk keperluan santunan dan hadir secara fisik pada jam yang berbeda, agar terlayani semua.

Berikut sedikit paparan deret amanah yang dipercayakan dipundak Wiwi.

1. Ketua Bidang Agama, Mental dan Kesehatan di BKOW Jawa Barat.

2. Wakil Ketua Salimah Jawa Barat membantu Ani Rukmini selaku Ketua yang berdomisili di Bekasi.

3. Ketua Yayasan Insan Cita Perisai kota Bandung.

4. Sekretaris Yayasan Prisma, Bandung.

5. Ketua Majelis Taklim An-Nass, Bandung.

6. Ketua Bidang Pendidikan PKK RW 14, kelurahan Cikutra, kecamatan Cibeunying Kidul, Bandung

7. Pembina PAUD Bintang Kecil,Bandung

8. Direktur Keuangan Sekolah Islam Mutiara Hati  Bandung.

9. Pembina Sekolah Ibu di DPRa Cikutra, Bandung

10.Perintis Bank Sampah di DPRa Cikutra, Bandung

11.Pembina SISTER Mutiara Hati di Antapani, Bandung

Dan masih banyak lagi semisal sebagai narasumber dan sebagai murobbi bagi binaannya.

Menanggapi pertanyaan apakah tak ada protes dari keluarga, dijelaskan bahwa sejauh ini suami ridho bahkan mendukung karena suami yang bernama Icin Wahyudi Syafaat S.T. juga Ketua Kaderisasi DPC Cibeunying Kidul, Bandung sehingga tahu persis bahwa semua yang dilakukan istrinya adalah tuntutan dakwah. 

Putrinya yang bernama Nusaibah Huriyati pun bisa memahami aktifitas sang ibu. Bahkan dirinya meski masih dibangku kelas 6 SD namun sudah ikut aktif kegiatan yang diadakan sekolah. Sementara putra bungsunya, M.Yasin Syafaat mendapat porsi perhatian lebih, disela bercerita sering diajak berbagi dari hati kehati sehingga bisa paham, berusaha memaksimalkan kebersamaan dengan melakukan kegiatan bersama dalam ibadah baik sholat atau makan sahur atau kegiatan lain yang melibatkan semua anggota keluarga.

Disinggung sedikit tentang kesan Ramadhan dengan berbinar Wiwi menuturkan pengalaman spiritualnya dalam meraih lailatul qodar. Tak beda dengan orang lain, Wiwi pun menyiapkan dengan sepenuh rukhiyah agar terus dekat dengan Allah Sang Pemberi Anugrah. Dan alhamdulillah dimalam sepulus hari terakhir Ramadhan tahun 2013  lalu dia dianugerahkan Allah untuk menyaksikan fenomena dilangit yang bersih dan dinampakan sebuah bintang dan sepenggal bulan sabit , mirip dengan lambang organisasi Bulan Sabit Merah. Tentu setiap orang mendapat pengalaman yang tak sama, tapi rasa yang diiringkan dengan peristiwanya akan sama dan bermuara akan mengagungkan AsmaNya.

Beda ketika diminta kesan mendalam apa yang Wiwi rasakan selama ikut bergabung di PK dan selanjutnya berubah jadi PKS. Ternyata ikut berjuang semasa mahasiswa jadi kenangan yang tak terlupa.

"Satu Komando...Satu Perjuangan...Allahu Akbar...Allahu Akbar"

Yel-yel diatas mewarnai demo besar-besaran untuk menggulingkan Presiden Soeharto, serasa masih terngiang ditelinga Wiwi Hartanti ketika masih mahasiswa IKIP (kini UPI) Bandung, padahal peristiwa itu terjadi tahun 1998, tepatnya tujuh belas tahun lalu. Tak mungkin terlupa karena saat itu Wiwi yang ditunjuk sebagai Korlap Akhwat (Koordinator Lapangan Perempuan) kota Bandung memimpin rombongan 3 bus menuju Jakarta untuk bergabung dengan mahasiswa lain yang siap menumbangkan rezim Orde Baru.

Jiwa pejuang tak pernah lekang, meski tak lagi mahasiswa. Berturutan amanah diembankan kepundaknya sebagai kader Bidpuan PKS. Ketua Bidang Perempuan Garda Keadilan Jabar (sekarang bernama Gema Keadilan), tak lama Wiwipun diamanahkan memimpin Bidpuan (Bidang Perempuan) Partai Keadilan DPC kecamatan Cibeunying Kidul dan puncaknya ditunjuk pimpinan partai untuk maju menjadi Caleg PK pada tahun 2004, meski
tak sampai menghantarnya ke gedung Wakil Rakyat kota Bandung.

Jika akhirnya Wiwi memilih berjuang di organisasi massa Salimah, semata karena masih ada benang merah dengan PKS yang telah menggodoknya menjadi kader.

Serasa punya enerji baru ketika mengetahui visi Salimah yaitu sebagai organisasi massa muslimah yang dinamis dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan, keluarga dan anak Indonesia. Hingga kini sudah dua periode Wiwi dipercaya jadi Wakil Salimah Jawa-Barat.

Dalam mengakhiri wawancara Wiwi seolah menyemangati diri, juga penting bekal bagi kader dakwah bahwa apapun capaian dari hasil perjuangan kita, tetap disyukuri, karena yakin Allah sudah persiapkan kemenangan itu. Kata kuncinya tetap istiqomah dalam kancah manapun, tanamkan harapan cerah. (Frieda Kustantina)

Posting Komentar

0 Komentar