ANTARA Human Resource, Human Capital, dan Human Investment


Keilmuan teknik industry memiliki sejarah pertumbuhan. Awalnya adalah era spesialisasi kerja pada tahun 1900an awal dengan kasus nyata pabrik mobil Ford. Pada era itu “manusia” tidak terlalu dikaji mendalam. Era berikutnya adalah era behavioral management yaitu ilmuwan mulai sadar bahwa agar industri maju, maka manusia pun harus dibenahi dan dibuat produktif. Mulailah muncul berbagai teori motivasi kerja. Salah satunya adalah teori motivasi maslow.

Dunia pun terus belajar, di setiap organisasi hampir selalu ada  divisi HRM atau Human Resource Management. Dalam bahasa Indonesia kita mengenal dengan kata Manajemen Sumber Daya Manusia. Ilmu terus berkembang. Ilmuwan mengusulkan istilah baru yaitu Human Capital bahkan kini Human Investment. Apakah perbedaan diantara semua konsep tersebut? Apakah sekedar judul dan mereka.

ANTARA HR, HC, DAN HI
Human Resource, Human Capital, Human Investment dalam Da’wah

Human resource (HR) bisa kita anggap dalam organisasi manusia dianggap sebagai sumber daya sebagaimana batu bara dan bensin, dipakai hingga habis, atau pensiun. Human Capital dianggap bahwa manusia sebagai modal yang mempunyai nilai yang konsisten dan bukan habis pakai. Mungkin diidentikkan seperti tanah atau bangunan yang tidak habis pakai. Human investment merupakan paradigm bahwa manusia itu seperti sebuah investasi, ia bisa dibuat tumbuh nilainya bila dipelihara. Tentu yang terakhir lebih mengangkat derajat manusia dibandingkan yang awal. Pertanyaannya apa paradigm yang kita gunakan dalam mengelola manusia di organisasi kita?

Dalam organisasi da’wah, berkumpul banyak manusia yang kita sebut sebagai “kader”. Pertanyaannya bagaimana organisasi memandang kader. Bila kader dianggap sebagai resource, maka dia akan dipakai sebagaimana bahan baku, sampai habis tidak peduli bagaimana dirinya. Bila dia dianggap sebagai capital maka dia akan dijaga agar fungsinya terus berjalan. Namun bila ia dainggap sebagai investement, maka ia akan terus dikembangkan dengan rasa yakin bahwa nilai dia akan terus bertambah bagi organisasi dan jamaah da’wah.

Itu semua bukan jargon. Itu semua akan tercitra dalam perilaku dan kebijakan organisasi. Ketika membebani tugas, apa yang dipertimbangkan pemimpin?
Bila manusia adalah resource maka fokus pemimpin adalah jumlah kader dan paksa kader yang ada untuk selesaikan tugas tidak peduli bagaimana kondisi kader.
Bila kader dianggap sebagai capital, maka organisasi akan meminta dia mengerjakan tugas itu sambil memberi perlengkapan dan modal agar tugasnya terlaksana.

Namun bila kader dianggap sebagai investment, tugas yang diberikan adalah tugas yang akan mengembangkan diri kader. Tugas dipilih dengan tepat, tidak asal beri, tidak asal yang penting tugas selesai. Dengan keyakinan bahwa kalau tugas ini tidak mengembangkan diri kader, lebih baik kader itu mengerjakan yang lain. Dengan keyakinan bahwa pengembangan diri itu akan membuat kader di masa depan berkarya lebih hebat lagi dan memberi manfaat bagi dirinya serta bagi da’wah.

Kita bisa bandingkan tiga paradigma HR, HC, HI dalam berbagai kasus. Bagaimana cara kita menjawab pertanyaan berikut; seorang kader sebaiknya lulus kuliah atau tuntaskan amanah da’wah? Seorang kader sebaiknya mencari kerja atau menjadi pengusaha? Seorang kader sebaiknya sekolah atau kuliah di mana?

Perbedaan HR, HC, HI, Salah satunya dalam hal pemberian amanah atau pekerjaan. Bagaimana dengan pembuatan program kerja, strategi organisasi, pembuatan struktur organisasi, pengelolaan pernikahan, pemberian fasilitas, materi pengajian, materi liqo, program da’wah? Beda paradigm HR, HC, HI akan memberi perbedaan penting dalam kerja di organisasi kita. Bidang itu masih luas untuk kita kaji dan kita rumuskan bersama-sama.

Satu hal yang saya kagumi dari PKS adalah organisasi ini terus belajar dan dewasa. Trend yang dirasakan penulis sejauh ini adalah paradigma PKS terhadap pengurus dan kadernya bergerak menjadi paradigma Human Investment. Hal itu tercitra dari kebijakan Mang Oded, Ketua DPD PKS Kota Bandung, ingin membuat seluruh kader memiliki Asuransi Kesehatan. Baru-baru ini ada dorongan khusus kepada kader untuk bersama-sama berpartisipasi di program BPJS. Karena bila kita sakit, akan ada bantuan untuk pembiayaan. Namun bila kita sehat, uang iuran yang kita bayarkan akan bermanfaat untuk warga lain yang kebetulan sakit. Selain itu secara rutin di PKS pun ada informasi lowongan pekerjaan yang diberikan kepada kader. Semoga PKS sebagai organisasi makin dewasa dan kokoh agar bisa berkarya untuk umat.


Oleh: Amu darya

Posting Komentar

0 Komentar