Kembali takbir
menggema bersautan diseantero dunia. Umat muslim diseluruh dunia serempak
mengagungkan AsmaNya. Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu Akbar walillahilham.
Tak ketinggalan di masjid terdekat berpuluh anak bertakbir paling bersemangat,
tak terkecuali bapak-bapak dan sebagian ibu-ibu mengumandangkan takbir penuh hikmat.
Suasana masjid yang sejuk dan nyaman dengan temaram lampu sangat menunjang
penghuni di dalamnya yang sedang rindu dendam pada Penguasa Semesta Alam.
Sejenak tengok
kanan kiri, lalu pelan kuusap pipi. Campur aduk yang ada didalam hati. Sesaat
ingatan melayang pada sosok yang kini sudah mendahului, karena tak lagi bisa menemani
di masjid saat-saat seperti ini. Lalu lintasan ingatan pada sosok perempuan
yang kini kisahnya ditapak tilasi oleh berjuta muslim yang berkumpul di tanah
suci. Betapa tak ikut nelangsa, ketika
membayangkan perjuangannya agar sang anak tetap bertahan nyawanya ditengah
padang pasir yang sepi hanya berdua saja. Itulah Siti Hajar, perempuan perkasa yang
sangat yakin akan pertolongan Rabbnya. Tentu hasil dari celupan sang suami, Ibrahim
yang menghujamkan tauhid dalam membina rumah tangga.
Perempuan itu
bernama Hajar. Dialah contoh istri yang teramat sabar. Ketika diuji ditinggal
di tengah padang pasir nan gersang oleh suaminya, tak sedikitpun gusar. Meski tak ada tersedia
makanan dan bayi di pangkuan sangat haus dan lapar, keyakinan akan pertolongan
Allah tidaklah pudar. Tergambar saat Siti Hajar ditanya malaikat Jibril yang sengaja
Allah hantar sebagai satu satunya teman di padang pasir yang amat luas dan
buas. Awal pertanyaan Jibril diawal jumpa "Siapakah engkau sebenarnya"
lalu dijawabnya "Aku adalah hamba sahaya Ibrahim" Jibril yang heran dengan keberaniannya ditempat yang
tandus dan amat panas, meneruskan pertanyaan "Kepada siapa engkau
dititipkan disini?". Siti Hajarmenjawab seperti yang diajarkan Ibrahim "Hanya kepada Allah". Lalu malaikat
Jibril menuturkan "Jika demikian engkau telah dititipkan pada Dzat Yang
Maha Pemurah dan Maha Pengasih. Yang akan melindungimu, mencukupkan keperluan
hidupmu dan tak akan menyia-nyiakan kepercayaan ayah putramu kepadaNya".
Setelah dialog mereka berakhir, Malaikat
Jibril mengajak ke suatu tempat, lalu berhentilah sesaat dan dia menghentakkan
kakinya kuat-kuat. Seketika itu dengan izin Allah keluarlah air yang sangat
jernih dari bawah telapak kakinya. Mata air yang tak akan pernah habis ini terkenal
dengan sebutan 'Injakan Jibril' dan airnya dinamakan air zam zam.
Sementara kisah
lain menuturkan berbeda versinya. Ketika Siti Hajar sangat iba menyaksikan sang
buah hati kehausan amat sangat. Dengan mengerahkan sepenuh tenaga dia menuju Shafa
ke Marwah lalu ke Shafa lagi, terus hingga 7 kali kali bolak balik tetapi tanpa
hasil. Siti Hajar dalam keadaan tak berdaya
dan hampir putus asa kecuali dari rahmat dan pertolonganNya, terlebih ketika mendengar Ismail menangis
makin menjadi-jadi. Meronta- ronta terus kaki mungilnya dihentak-hentakkan ketanah,
membuat iba siapapun yang mendengar kisahnya. Disaat kritis itulah keajaiban terjadi, dengan
izinNya air memancar di tempat dimana tanah yang dihentak kaki bayi Ismail berkali
kali.
Kisah yang sama
dalam versi yang berbeda, itu tak penting. Yang perlu digarisbawahi ibrah (pelajaran)
atas keyakinan yang bulat akan pertolongan Allah dari seorang manusia yang
sesungguhnya papa. Dan perlu diingat, bagi Allah tak ada kamus mustahil, jika
Dia sudah katakan 'Kun' maka 'jadilah'.
Berprasangka baik,
itu kuncinya. Jika usaha sudah paripurna dan diiringi doa yang tak pernah jeda,
insya Allah 'yang terbaik' bakal
dipetiknya. Bukan begitu pembaca? (Frieda)