Menyikapi Perbedaan Idul Adha




Bandung (4/10)- Perbedaan waktu perayaan Idul Adha di Indonesia bukan lagi hal baru. Ummat Islam di Indonesia yang notabene tercatat sebagai muslim terbesar di dunia mengalami hal tersebut hampir setiap tahunnya. Ada dua organisasi besar yang biasanya menjadi pedoman untuk muslim Indonesia yaitu NU dan Muhammadiyah. Masing-masing organisasi tersebut mempunyai standar yang kuat dalam menentukan hari-hari besar Ummat Muslim ini.

PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang dipandang sebagai partai politik yang berbasis Islam menyikapinya hal ini dengan imbau yang jelas kepada kadernya. KH Surahman Hidayat sebagai ketua Dewan Syariah Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DSP PKS) menekankan bahwa umat Islam di Indonesia bisa berlebaran sesuai keyakinan, baik itu dengan pertimbangan ilmiah maupun tabaiyah (mengikuti).

"Kalau kaitannya dengan PKS, ya sebagai partai politik Islam dengan ribuan kader seluruh Indonesia, harus menunjukkan sikap atau memberikan imbauan yang jelas kepada para kader. Dan sejak dahulu PKS selalu menekankan pada proyeksi persatuan wihdatul ummah (persatuan umat)," begitu jelas Surahman (Jakarta-Jumat, 3/10).

Surahman melanjutkan, bahwa sebaiknya para kader menyesuaikan diri dengan kondisi di sekitarnya. Meskipun berbeda tanggal pelaksanaan sholat, namun Dewan Syariah PKS, menyatakan Shaum Arafah dilakukan pada hari Jumat (3/10) bertepatan dengan wuquf jamaah haji di Arafah.

Hal yang penting dalam Idul Adha kali ini yaitu semangat perjuangan yang dibawa para kader dalam kaitannya dengan isu sosial politik saat ini. Idul Adha merupakan momen bagi umat Islam mengenang dan meneladani amalan Nabi Ibrahim AS. yang dikenal sebagai nabi yang sangat patuh kepada Allah SWT. "Beliau selalu sami’na wa ato’na, bahkan ikhlas (akan) menyembelih putranya sendiri, Nabi Ismail AS, karena Allah SWT. Sebagai umat Islam di Indonesia dan kader PKS, kita harus meneladani kepatuhan Nabi Ibrahim AS kepada Allah," begitu tutupnya.