Hijrah Langkah Menuju Kemajuan Ummat Islam

Hijrah Langkah Menuju Kemajuan Ummat Islam
Hijrah Langkah Menuju Kemajuan Ummat Islam
Sumber: http://islam.ru/en/content/story/hijrah-calendar-landmark-world-history

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal,. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At- Taubah Ayat 20-22)

Selama lebih dari 12 Tahun di Mekkah Rasulullah Saw menyebarluaskan Islam, masih sangat sedikit orang-orang yang tertarik terhadap Islam. Sebaliknya lebih banyak orang-orang yang tetap dalam kemusyikan. Mereka bahkan kokoh menyembah berhala, mempercayai ramalan-ramalan, berjudi, minum khamar, dan lain sebagainya.

Tatkala Khalifah II Umar bin Khatab menetapkan penanggalan tahun baru Islam dimulai dari hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah 20 abad yang lampau adalah dengan satu motivasi, supaya semangat nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa hijriah itu memantul kedalam jiwa dan kehidupan ummat Islam. Terutama nilai-nilai yang melukiskan tentang semangat perjuangan, kebulatan tekad menghadapi tantangan-tantangan dan keteguhan pendirian mencapai cita-cita.

Peristiwa hijrah itu, seperti dikatakan Umar bin Khattab sendiri: “Hijrah itu memisahkan antara yang Haq dengan yang Bathil”.

Hijrah itu adalah merupakan tonggak-pancangnya dari perkembangan Islam, yang disebutkan oleh pengarang “Encyclopaedi of Islam” dengan “starting-point of the Islamic era”, yaitu titik awal dari pengembangan atau kebangkitan Islam.

Dalam Kitab Al Quran di temukan 30 kali kata-kata yang berasal dari akar-kata “Hajara” itu. Antara lain seperti dikutip pada awal tulisan ini. Pada ayat yang dikutip diatas yakni QS. At-Taubah Ayat 20-22, kata hijrah itu dikaitkan dengan kata-kata “Iman dan Jihad” yang menunjukkan bahwa peristiwa hijrah itu berdasarkan Iman (keyakinan) dan merupakan salah satu Jihad (perjuangan) mencapai cita-cita dan tujuan.

Setiap merayakan atau memperingati tahun baru Islam, maka nilai-nilai itu haruslah memantul dan meresap kedalam kehidupan kaum Muslimin, yaitu keyakinan akan kebangkitan dengan bentuk Ruhul Jihad, daya juang, keberanian, tahan menderita, teguh hati, sabar dan semangat syuhada yang tetap menyala-nyala.

Menurut Almarhum Prof. Mahmud Syaltut mantan Rektor Al Azhar University bahwasanya Hijrah terbagi menjadi dua bagian, yaitu Hijratul Qolbiyah (hijrah hati) dan Hijratul Badaniyah (hijrah fisik).

Kaum Muhajirin di bawah kepemimpinan Rasulullah Saw sudah menunjukkan bahwa sebelum hijratul badaniyah (hijrah fisik) mereka sudah lebih dahulu melaksanakan hijratul qolbiyah, sehingga tatkala datang saatnya untuk menyingkir secara fisik, mereka sudah siap mantap meninggalkan harta bendanya.

Duabelas tahun lamanya mereka berada ditengah-tengah kemusyikan, kezaliman, kepalsuan dan yang seumpamanya, tapi mereka tidak terpengaruh atau hanyut walaupun mereka tidak menyingkir dari tempat yang penuh kemungkaran itu.

Di zaman yang dinamakan oleh sebagian orang dengan julukan “Jahiliyah Modern” ini perlu ditegakkan sikap hijratul qolbiyah itu, berusaha jangan sampai terlibat atau melibatkan diri ke dalam sesuatu yang ditentang oleh hatinurani sendiri.

Banyak orang-orang yang hatinya tidak kuat dan akhirnya terlibat atau terjerumus ke dalam lembah kemerosotan itu. Kadang-kadang untuk menghibur diri dan mengemukakan alasan bahwa dia masuk dalam sesuatu yang bertentangan dengan hatinuraninya itu ialah dengan tujuan untuk melakukan perubahan diri.

Kalau memang pendirian dan mentalnya cukup kuat, hal itu adalah suatu siasat yang terpuji. Tapi, kenyataan menunjukkan bahwa “niat baik’ yang demikian selalu saja keterbalikkannya, terbuai dan lupa akan tujuan hijrah hatinya.

Maka demikianlah nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa hijrah itu seharusnya membentuk jiwa ummat Islam menjadi kuat dan mantap, mempunyai cita-cita dan pendirian, Istiqomah. Di zaman yang penuh dengan tantangan ini seringkali orang menjalankan safety-first policy, yaitu politik mencari keselamatan dan keamanan diri sendiri, jika perlu dia tidak keberatan hidup dalam dua alam; pertama hidup di air; kedua hidup di darat, yang dalam ilmu Biologi dikenal dengan istilah amphibi.

Untuk meningkatkan perayaan atau peringatan tahun baru Islam itu adalah kewajiban dan tanggung jawab ummat Islam pada umumnya, khususnya pemimpin-pemimpin Negara-negara Islam sesuai dengan keputusan organisasi konperensi Islam (OKI) atau Islamic Conference yang semenjak 20 tahun lampau sudah menetapkan bahwa permulaan abad ke XV hijriyah (tahun 1400) dijadikan lepas landas (take off) Kebangkitan Dunia Islam.

Semenjak keputusan tersebut diambil memang banyak tantangan yang dihadapi oleh ummat Islam dan Negara-negara Islam pada umumnya yang menjadi kendala mewujudkan cita-cita ummat Islam. Diantara tantangan-tantangan yang datang dari luar, seperti isu Palestina, dan masalah “intern dunia Islam” nilai-nilai keislaman yang sudah ternoda oleh aksi fundamentalis terjadi pemberontakan di tubuh Islam itu sendiri dengan berbagai konspirasi-konspirasi dari tekanan luar.

Walaupun demikian ummat Islam haruslah bersyukur bahwa selama masalah “intern dunia Islam” ini belumlah selesai tapi disebagian lain banyak juga perkembangan-perkembangan yang terjadi pada dunia semisal sekarang dunia Islam masih mendominasi dalam perubahan-perubahan melalui Ekonomi, Sosial dan Politik.

Hal ini berdasarkan fakta dilapangan yaitu pertama yang menyebabkan kaum muslimin harus optimis adalah meningkatnya jumlah kaum muslimin dari tahun ke tahun jumlah (kuwantitas) kaum muslimin bertambah. Tetapi bukan hanhya kwantitasnya saja akan tetapi kuwalitas kaum muslimin pun meningkat. Di Negara-negara barat pada umumnya banyaknya pendatang-pendatang baru yang memeluk Islam (kaum Mu’allaf) dan bayak pula yang perperan serta juga memegang posisi dalam berbagai-bagai bidang, baik negarawan, ilmuwan, pada umumnya cendikiawan yang keunggulan dan kelebihan mereka itu menyumbangkan hal-hal yang memberikan pengharapan bagi kemajuan dunia Islam. Dalam sebuah buku yang berjudul “Islam Our Choise” (Islam Pilihan Kita) dimuat keterangan dari 46 orang-orang yang mempunyai posisi dan kedudukan yang penting dalam berbagai-bagai bidang menjelaskan motivasi mereka memeluk Islam, yang pada umumnya didasarkan kepada pertimbangan zaman.

Factor kedua, ialah atas karunia yang dilimpahkan Allah SWT kepada Negara Islam berupa rezeki, banyaknya pengusaha-pengusaha muda Islam yang mengembangkan usahanya dan sebagian dari usaha mereka walaupun kecil mereka memanfaatkan juga untuk pengembangan Islam atau memberikan bantuan dana-dana dari sebagian rezeki mereka untuk perkebangan dunia Islam.

Factor ketiga adalah mekanisme yang sudah terdapat pada Negara-negara yang tergabung dalam OKI, yaitu yang setiap tahunnya mengadakan konprensi diamana setiap Negara mengirimkan delegasi Mentri Luar negerinya untuk membahas secara regular tentang kepentingan Ummat Islam secara keseluruhan. Imam Syafi’i pernah berkata: ”Memang sebenarnya zaman itu sugguh menakjubkan, sekali waktu engkau akan mengalami keterpurukan, tetapi pada saat yang lain engkau memperoleh kejayaan”.

“Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Ash Shaff Ayat 13)

Tahun baru hijriyah menjadi momentum bagi Ummat Islam untuk terus mengimplementasikan keistiqomah dalam mempertahankan esensi sebuah keoptimisan visi dan misi untuk terus bangkit dan selangkah lebih maju dari tahun ke tahun dengan berpedoman pada Al Quran dan Sunnah. (eps_elhidayah)














Posting Komentar

0 Komentar