Sehat
itu mahal. Setuju? Yap benar sekali. Melihat fenomena yang terjadi
pada zaman ini, semakin banyak pilihan makanan dengan berbagai variasi. Namun
kenyataannya, makanan yang ada sekarang tidak menjamin mengandung
kandungan sehat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Sudah
menjadi kebiasaan bagi anak muda saat ini untuk mengkonsumsi makanan cepat saji,
padahal kita tahu bahwa makanan cepat saji mengandung banyak zat yang buruk
untuk kesehatan tubuh kita. diantaranya
lemak jahat terutama pada daging.
Menurut
pakar psikologi, makanan yang kita makan akan mempengaruhi terhadap tingkah
laku kita. Jika kita amati sekarang, banyak anak dan remaja yang mempunyai emosi
tinggi dan agresif. Menariknya, jika diteliti, makanan yang dikonsumsi
adalah makanan yang biasa dikonsumsi oleh makhluk karnivora. Nah, bukankah sifat tak sabaran
dan agresif ini mirip dengan sifat makhluk karnivora? Karena itu, kita tidak bisa mengganggap sepele terhadap makanan yang akan
kita konsumsi.
Zaman
ini juga memperlihatkan fenomena penyakit orang dewasa semakin banyak dialami oleh
remaja. Kini sudah tidak asing lagi banyak remaja yang mempunyai paru-paru
basah karena kebiasaan merokok di usia muda, banyak remaja yang mengalami obesitas
dan yang lebih mengerikan lagi, di usia muda sudah banyak yang mengalami gejala
stroke.
Selain
dilihat dari faktor lingkungan, ternyata pola makan remaja masa kini pun
mengkhawatirkan. Dibanding memikirkan kadar kesehatan dalam makanan, remaja
kini lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan sesuai gaya hidup yang sedang trend saat ini.
Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda :
“Dua nikmat yang sering
kali manusia tertipu oleh keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR.
Bukhari no. 6412).
Benar
bukan yang sudah kita bahas tadi bahwa manusia seringkali lupa dengan
nikmat sehat? Padahal
di awal, kita sudah tahu bahwa sehat itu mahal. Lalu apakah kita sebagai
muslim tidak memiliki contoh untuk diteladani terkait kesehatan ini?
Untuk itu mari kita lihat firman Allah SWT berikut ini :
“Sesungguhnya
telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (al-Ahzab [33]: 21).
Segala tingkah laku dan kebiasaan sehari-hari rasul patut untuk
kita teladani. Semua bagian darinya adalah teladan yang baik bagi kita. Begitu kaffahnya (menyeluruh) Islam ini, hingga pola makan pun
telah Islam ajarkan untuk memudahkan pemeluknya, dan Islam pun menunjukkan
bahwa bukan hanya sehat ruhani tetapi sehat fisik pun itu penting.
Sekarang, mari kita simak beberapa pola makan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW :
1. Di pagi hari, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menggunakan
siwak untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi. Organ tubuh tersebut merupakan
organ yang sangat berperan dalam konsumsi makanan. Apabila mulut dan gigi
sakit, maka biasanya proses konsumsi makanan menjadi terganggu.
2. Di pagi hari pula Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam membuka
menu sarapannya dengan segelas air dingin yang dicampur dengan sesendok madu
asli. Khasiatnya luar biasa. Dalam Al Qur’an, madu merupakan syifaa (obat) yang
diungkapkan dengan isim nakiroh menunjukkan arti umum dan menyeluruh. Pada
dasarnya, bisa menjadi obat berbagai penyakit. Ditinjau dari ilmu kesehatan,
madu berfungsi untuk membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus dan
menyembuhkan sembelit, wasir dan peradangan.
“Sesungguhnya Rasulullah saw minum air zamzam
sambil berdiri. “(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Husyaim, dari `Ashim
al Ahwal dan sebagainya,dari Sya’bi, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)
“Sesungguhnya Rasulullah saw menarik nafas
tiga kali pada bejana bila Beliau minum. Beliau bersabda : “Cara seperti ini
lebih menyenangkan dan menimbulkan kepuasan.” (Diriwayatkan oleh Qutaibah bin
Sa’id, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin Hammad,keduanya menerima dari
`Abdul Warits bin Sa’id, dari Abi `Ashim, yang bersumber dari Anas bin Malik
r.a.)
“Minuman yang paling disukai Rasulullah saw
adalah minuman manis yang dingin.”(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Umar, dari
Sufyan, dari Ma’mar, dari Zuhairi, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah
r.a.)
3. Masuk waktu dhuha (pagi menjelang siang), Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam senantiasa mengonsumsi tujuh butih kurma ajwa’
(matang). Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda, “Barang
siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun”.
Hal itu terbuki ketika seorang wanita
Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan
di perang khaibar. Racun yang tertelan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam kemudian dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Salah
seorang sahabat, Bisyir ibu al Barra’ yang ikut makan tersebut akhirnya
meninggal, tetapi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam selamat dari racun
tersebut.
4. Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah cuka dan
minyak zaitun. Selain itu, Rasulullah juga mengonsumi makanan pokok seperti
roti. Manfaatnya banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang, kepikunan di
hari tua, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol dan melancarkan
pencernaan. Roti yang dicampur cuka dan minyak zaitun juga berfungsi untuk
mencegah kanker dan menjaga suhu tubuh di musim dingin.
“Keluarga Nabi saw tidak pernah makan roti
sya’ir sampai kenyang dua hari berturut-turut hingga Rasulullah saw wafat.”
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin al Matsani, dan diriwayatkan pula oleh Muhammad
bin Basyar, keduanya menerima dari Muhammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari
Ishaq, dari Abdurrahman bin Yazid, dari al Aswad bin Yazid, yang bersumber dari
`Aisyah r.a.)
Sya’ir,khintah dan bur, semuanya
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “gandum” sedangkan sya’ir
merupakan gandum yang paling rendah mutunya. Kadang kala ia dijadikan makanan
ternak, namun dapat pula dihaluskan untuk makanan manusia. Roti yang terbuat
dari sya’ir kurang baik mutunya sya’ir lebih dekat kepada jelai daripada
gandum.
Abdurrahman bin Yazid dan al Aswad bin
Yazid bersaudara, keduanya rawi yang tsiqat.”Rasulullah saw. tidak pernah makan
di atas meja dan tidak pernah makan roti gandum yang halus, hingga
wafatnya.”(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari’Abdullah bin `Amr
–Abu Ma’mar-,dari `Abdul Warits, dari Sa’id bin Abi `Arubah, dari Qatadah, yang
bersumber dari Anas r.a.)
“Sesungguhnya Rasulullah bersabda:
“Saus yang paling enak adalah cuka.”
Abdullah bin `Abdurrahman berkata : “Saus yang paling enak adalah cuka.”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Shal bin `Askar dan `Abdullah bin`Abdurrahman,keduanya menerima dari Yahya bin Hasan,dari Sulaiman bin Hilal, Hisyam bin Urwah, dari bapaknya yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
Abdullah bin `Abdurrahman berkata : “Saus yang paling enak adalah cuka.”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Shal bin `Askar dan `Abdullah bin`Abdurrahman,keduanya menerima dari Yahya bin Hasan,dari Sulaiman bin Hilal, Hisyam bin Urwah, dari bapaknya yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
“Rasulullah saw bersabda : “Makanlah
minyak zaitun dan berminyaklah dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari pohon
yang diberkahi.”(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubair,
dan diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim, keduanya menerima dari Sufyan, dari `
Abdullah bin `Isa, dari seorang laki-laki ahli syam yang bernama Atha’, yang
bersumber dari Abi Usaid r.a.)
5. Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah adalah sayur-sayuran.
Beberapa riwayat mengatakan, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam selalu
mengonsumsi sana al makki dan sanut. Menurut Prof. Dr. Musthofa, di Mesir
deudanya mirip dengan sabbath dan ba’dunis. Mungkin istilahnya cukup asing bagi
orang di luar Arab, tapi dia menjelaskan, intinya adalah sayur-sayuran. Secara
umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama yaitu menguatkan daya
tahan tubuh dan melindungi dari serangan penyakit.
6. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak langsung tidur setelah
makan malam. Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi
masuk lambung dengan cepat dan baik sehingga mudah dicerna. Caranya juga bisa
dengan shalat.
7. Disamping menu wajib di atas, ada beberapa makanan yang disukai
Rasulullah tetapi tidak rutin mengonsumsinya. Diantaranya, tsarid yaitu
campuran antara roti dan daging dengan kuah air masak. Beliau juga senang makan
buah yaqthin atau labu air, yang terbukti bisa mencegah penyakit gula.
Kemudian, beliau juga senang makan buah anggur dan hilbah (susu).
“Nabi saw memakan qitsa dengan kurma
(yang baru masak).”(Diriwayatkan oleh Isma’il bin Musa al Farazi, dari Ibrahim
bin Sa’id, dari ayahnya yang bersumber dari `Abdullah bin Ja’far r.a.)
Qitsa adalah sejenis buah-buahan yang
mirip mentimun tetapi ukurannya lebih besar (Hirbis) “Sesungguhnya Nabi saw
memakan semangka dengan kurma (yang baru masak)”(Diriwayatkan oleh Ubadah bin
`Abdullah al Khaza’i al Bashri, dari Mu’awiyah bin Hisyam,dari Sufyan, dari
Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
8. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sering menyempatkan diri
untuk berolahraga. Terkadang beliau berolahraga sambil bermain dengan anak-anak
dan cucu-cucunya. Pernah pula Rasulullah lomba lari dengan istri tercintanya,
Aisyah radiyallahu’anha.
9. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak menganjurkan
umatnya untuk begadang. Hal itu yang melatari, beliau tidak menyukai
berbincang-bincang dan makan sesudah waktu isya. Biasanya beliau tidur lebih
awal supaya bisa bangun lebih pagi. Istirahat yang cukup dibutuhkan oleh tubuh
karena tidur termasuk hak tubuh.
10. Pola makan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ternyata
sangat cocok dengan irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang
oleh pakar kesehatan disebut circadian rhytme (irama biologis).
Fakta-fakta di atas menunjukkan pola makan
Rasulullah ternyata sangat cocok dengan irama biologi berupa siklus pencernaan
tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan disebut circadian rhytme (irama
biologis). Inilah yang disebut dengan siklus alami tubuh yang menjadi dasar
penerapan Food Combining (FC).
Maka dari itu, yuk kita mulai atur pola makan
kita dengan baik. Karena muda belum menjamin kalo kita sehat. Wallahu ‘alam. [Ipah Umu Abiba]
0 Komentar