Senja itu…. Sepulang dari mengikuti pelatihan relawan
RIDO (Ridwan Kamil – Oded MD) di Kantor DPD PKS Kota Bandung, tiba-tiba
semangat yang menggebu dan azam yang kuat hadir dalam dadaku.
Ya….semangat dan azam untuk segera dapat mengetuk pintu-pintu hati manusia,
khususnya di RW ku agar dengan penuh keridoan mau memilih RIDO sebagai
Walikota dan Wakil Walikota Bandung.
Kucoba bertanya kepada hati kecilku, benarkah kurangnya
sepak terjangku di RW-ku karena masalah aku seorang Pegawai , atau
sebetulnya karena rasa sungkanku saja karena aku jarang sekali bersilaturrahim
kepada mereka…? Ternyata…hati kecilku mengatakan, alasan kedualah penyebabnya.
“Astaghfirullah…ampuni hamba-Mu ini ya Allah, bagaimana pintu-Mu dapat terketuk
kalau usahaku dalam mengetuk pintu-pintu hati tetanggaku saja amat sangat
kurang”.
Gerimis siang itu membuat keraguanku semakin kuat untuk
melangkahkan kakiku menuju pintu-pintu rumah tetanggaku, padahal sesuai
kesepakatan di pertemuan LT3Besar DPC Cibeunying Kidul yang baru saja kuikuti,
bahwa hari ini semua kader harus melakukan mapay lembur di TPS nya
masing-masing. Subhanallah…tidak mudah bagiku yang sangat jarang
bersilaturahim, karena hampir setiap hari aku pergi pagi pulang sore, tiba-tiba
harus berkunjung sendirian memperkenalkan Calon Walikota dan Wakil Walikota
kepada tetangga-tetanggaku. Tapi…Bismillah…dengan menyebut nama-Mu ya Allah aku
memohon kekuatan untuk dapat melangkahkan kakiku menuju pintu-pintu rumah
tetanggaku untuk mengetuk pintu hatinya, karena ini soal ‘kebaikan’ yang harus
aku sampaikan.
Redanya hujan, seakan-akan ikut meyakinkanku untuk segera
bergerak menelusuri daerah sendiri (Mapay Lembur). Di gerbang pintu rumah
ibuku, kepalaku bolak-balik melihat ke kiri dan ke kanan sambil berfikir siapa
kira-kira yang akan menjadi sasaran pertamaku. Kulangkahkan kakiku menuju rumah
di sebelah kiri rumah ibuku. Kulihat tetanggaku, seorang janda tua yang hidup
di sebuah kamar kontrakan bersama anak-anak dan cucu-cucunya sedang berada di
teras. Kuhampiri dia dan kupraktekkan apa yang pernah kudapat di pelatihan
relawan. Senyum, sapa, salam dan mulailah aku beraksi memperkenalkan RIDO.
Alhamdulillah….hasilnya dia setuju mau memilih RIDO, bahkan sampai berkali-kali
mendoakan RIDO agar menang….subhanallah…
Ketika akan mengakhiri silaturrahim pertamaku,
seorang pengamen dan dia juga simpatisan PKS mendekatiku. Wah…bagiku
bagai menemukan makanan yang siap disantap, aku langsung memperkenalkan RIDO
kepadanya, dan Alhamdulillah ternyata dia tidak hanya akan memilih RIDO, bahkan
bersedia menjadi Relawan RIDO, dan tidak tanggung-tanggung saat itu juga dia
mau menemaniku melakukan Mapay Lembur….Subhanallah…terima kasih ya Allah…aku
jadi tidak sendirian lagi.
Kulanjutkan Mapay Lemburku bersama Sang Relawan yang
dengan setia menemaniku. Kumulai dengan mengetuk rumah-rumah yang berada di
ujung perbatasan dengan RW lain. Berbagai tanggapan kudapat, ada yang
sudah mempunyai pilihan, dan banyak juga yang sama sekali tidak tahu
calon-calonnya. Satu hal yang harus aku syukuri, mereka tetap ramah menerimaku
dan mau meluangkan waktunya untuk mendengarkan penjelasanku tentang pasangan
RIDO.
Adzan asar berkumandang tanda aku harus mengakhiri
sementara Mapay Lemburku. Kubuat janji dengan Sang Relawan, bahwa setelah
sholat asar Mapay Lembur dilanjutkan. Sesampainya di rumah, kulihat ibuku
tersenyum sambil menyindir bahwa aku kampanye terus, sebuah senyuman dan
sindiran yang sarat dengan dukungan, dan hal ini juga yang menguatkanku untuk
terus bergerak…..alhamdulillah…karena disaat aku keluar rumah, beliaulah
jugalah yang menjaga ketiga anakku, semoga Allah Swt membalasnya dengan sesuatu
yang jauh lebih baik. Amin ya Robb…
Ketika maghrib tiba, Mapay Lembur di hari pertamaku
berakhir. Pintu-pintu rumah dan pintu-pintu hati teangga-tetanggaku di hampir 2
RT telah coba kuketuk. Berbagai harapan mereka dapat kudengar, yang
intinya mereka ingin agar Bandung bisa lebih baik, bebas sampah berserakan,
jalan-jalan tidak bolong lagi, dan rakyat bisa lebih sejahtera….insyaallah aku
sangat yakin, bahwa pasangan RIDO akan bisa memenuhi harapan mereka.
Alhamdulillah…. Mapay Lembur di sekitar TPS-ku berhasil
kubereskan dalam 2 hari, berarti di hari berikutnya aku harus
melanjutkan Mapay lemburku di TPS satu lagi. Ada perasaan ragu menyelimuti
hatiku ketika aku harus melanjutkan Mapay Lemburku ke TPS itu. Bayangan sikap
antipati dari orang-orang yang akan kuketuk pintu rumahnya menghantui
jiwaku. Namun, segera kutepis bayangan itu dan kuingatkan kembali diriku, bahwa
ini adalah masalah kebaikan yang harus aku sampaikan, sekalipun akan terasa
pahit.
Kulepaskan rasa lelahku sepulang kerja, sambil menyuapi
jagoan kecilku dan mendengarkan cerita kakak-kakaknya. Setelah kurasa cukup
memenuhi rasa kangenku dan kangen mereka, aku meminta izin kepada ibuku,
anak-anakku, juga suamiku meskipun lewat SMS, bahwa aku akan Mapay Lembur lagi
bersama Sang Relawan. Sejujurnya, selalu ada perasaan berat ketika akan memulai
lagi, tapi selalu juga kucoba menepis perasaan itu, karena biasanya ketika
sudah mulai berjalan, perasaan berat itu akan hilang dengan sendirinya dan
berganti dengan semangat 45 untuk terus dan terus mengetuk pintu setiap rumah,
Kutelusuri rumah-rumah yang berada di dalam gang-gang
sempit bersama Sang Relawan yang tak pernah lepas dari Pin RIDO di bajunya.
Kusinggahi rumah-rumah yang tak kalah sempit dengan gang yang kulalui.Ya…rumah
sempit, yang menurutku lebih cocok dengan sebuah kamar. Jamban yang mereka
gunakan adalah jamban milik bersama, yang letaknya di luar rumah. Bila musim
hujan tiba, wilayah itulah yang sering terkena banjir. Aku baru tahu kalau
ternyata rumah yang mereka tinggali bukan milik mereka sendiri, tapi rumah
kontrakan. Masyaallah… ternyata seperti inilah wajah daerahku yang
sebenarnya.
Kutersenyum, kusapa, dan kuberi salam mereka dengan penuh
cinta. Kuminta waktu mereka beberapa menit untuk berbincang tentang PILWALKOT
yang sebentar lagi akan tiba. Ada yang terlihat ragu dengan kedatangan kami,
ada juga yang dengan sangat ramah menerima kami. Kadang aku mengobrol di dalam
rumah, kadang juga di sedikit teras karena sempitnya rumah mereka.
Satu hal yang membuatku takjub, ternyata mereka tidak
seperti yang aku bayangkan, mereka jauh dari sikap antipati, mereka hanyalah
orang-orang sederhana, polos, mudah diombang-ambing, tergantung kekuatan mana
yang bisa mempengaruhi mereka. Ada di antara mereka bertanya tentang yang
ramenya pasangan mana, berarti dia hanya ikut-ikutan saja, tergantung yang
ramenya siapa. Ada juga seorang ibu yang dibajunya tersemat PIN pasangan lain,
namun subhanallah tetap mau menerima dan mendengarkan kami dengan ramah.
Jadi…kemana saja aku selama ini ? Pantas saja di TPS itu pilihanku selalu di
bawah, karena kekuatan lain telah terlebih dahulu mencengkram mereka. Ampunilah
hamba-Mu ini ya Allah, yang sudah berburuk sangka kepada mereka.
Akhirnya, Mapay Lembur di RW-ku bersama Sang Relawan pun
usai sudah. Banyak pengalaman berharga yang dapat kurasakan, ternyata
bersilaturrahim itu indah, dapat menumbuhkan benih-benih cinta, dan aku jadi
semakin mencintai orang-orang di RW-ku dan aku sangat ingin membahagiakan
mereka, meski baru lewat ajakanku untuk memilih RIDO, pasangan yang insyaallah
bisa menghadirkan senyum di bibir mereka.
Ya Allah…gerakkan hati mereka untuk
memilih RIDO dengan penuh keridoan, agar mereka tidak mudah goyah meski badai
materi dan angin pembawa kabar hitam menerpa mereka….
Berikanlah ketawakalan kepadaku, dan
semoga apa yang telah kulakukan, meski hanya sedikit, namun dapat memenuhi
salah satu syarat untuk menyongsong kemenangan-Mu…
Kalau pun apa yang Kau kehendaki,
ternyata masih jauh dari harapanku…
Setidaknya aku tidak akan lagi
merasa malu di hadapan-Mu...
Yuli
Cibeunying Kidul, 5 Juni 2013
0 Komentar