Mengetuk Pintu Rumah Sampai Pintu Hati, Catatan Harian Relawan Rido (2)

  
Senja itu…. Sepulang dari mengikuti pelatihan relawan RIDO (Ridwan Kamil – Oded MD) di Kantor DPD PKS Kota Bandung, tiba-tiba semangat yang menggebu dan azam yang kuat  hadir dalam dadaku. Ya….semangat dan azam untuk segera dapat mengetuk pintu-pintu hati manusia, khususnya di RW ku agar dengan penuh keridoan mau memilih RIDO sebagai  Walikota dan Wakil Walikota Bandung.
Kucoba bertanya kepada hati kecilku, benarkah kurangnya sepak terjangku di RW-ku  karena masalah aku seorang Pegawai , atau sebetulnya karena rasa sungkanku saja karena aku jarang sekali bersilaturrahim kepada mereka…? Ternyata…hati kecilku mengatakan, alasan kedualah penyebabnya. “Astaghfirullah…ampuni hamba-Mu ini ya Allah, bagaimana pintu-Mu dapat terketuk kalau usahaku dalam mengetuk pintu-pintu hati tetanggaku saja amat sangat kurang”.
Gerimis siang itu membuat keraguanku semakin kuat untuk melangkahkan kakiku menuju pintu-pintu rumah tetanggaku, padahal sesuai kesepakatan di pertemuan LT3Besar DPC Cibeunying Kidul yang baru saja kuikuti, bahwa hari ini semua kader harus melakukan mapay lembur di TPS nya masing-masing. Subhanallah…tidak mudah bagiku yang sangat jarang bersilaturahim, karena hampir setiap hari aku pergi pagi pulang sore, tiba-tiba harus berkunjung sendirian memperkenalkan Calon Walikota dan Wakil Walikota kepada tetangga-tetanggaku. Tapi…Bismillah…dengan menyebut nama-Mu ya Allah aku memohon kekuatan untuk dapat melangkahkan kakiku menuju pintu-pintu rumah tetanggaku untuk mengetuk pintu hatinya, karena ini soal ‘kebaikan’ yang harus aku sampaikan.
Redanya hujan, seakan-akan ikut meyakinkanku untuk segera bergerak menelusuri daerah sendiri (Mapay Lembur). Di gerbang pintu rumah ibuku, kepalaku bolak-balik melihat ke kiri dan ke kanan sambil berfikir siapa kira-kira yang akan menjadi sasaran pertamaku. Kulangkahkan kakiku menuju rumah di sebelah kiri rumah ibuku. Kulihat tetanggaku, seorang janda tua yang hidup di sebuah kamar kontrakan bersama anak-anak dan cucu-cucunya sedang berada di teras. Kuhampiri dia dan kupraktekkan apa yang pernah kudapat di pelatihan relawan. Senyum, sapa, salam dan mulailah aku beraksi memperkenalkan RIDO. Alhamdulillah….hasilnya dia setuju mau memilih RIDO, bahkan sampai berkali-kali mendoakan RIDO agar menang….subhanallah…
Ketika akan mengakhiri silaturrahim pertamaku,  seorang pengamen dan  dia juga simpatisan PKS mendekatiku. Wah…bagiku bagai menemukan makanan yang siap disantap, aku langsung memperkenalkan RIDO kepadanya, dan Alhamdulillah ternyata dia tidak hanya akan memilih RIDO, bahkan bersedia menjadi Relawan RIDO, dan tidak tanggung-tanggung saat itu juga dia mau menemaniku melakukan Mapay Lembur….Subhanallah…terima kasih ya Allah…aku jadi tidak sendirian lagi.
Kulanjutkan Mapay Lemburku bersama Sang Relawan yang dengan setia menemaniku. Kumulai dengan mengetuk rumah-rumah yang berada di ujung perbatasan dengan RW lain. Berbagai  tanggapan kudapat, ada yang sudah mempunyai pilihan, dan banyak juga  yang sama sekali tidak tahu calon-calonnya. Satu hal yang harus aku syukuri, mereka tetap ramah menerimaku dan mau meluangkan waktunya untuk mendengarkan penjelasanku tentang pasangan RIDO.
Adzan asar berkumandang tanda aku harus mengakhiri sementara Mapay Lemburku. Kubuat janji dengan Sang Relawan, bahwa setelah sholat asar Mapay Lembur dilanjutkan. Sesampainya di rumah, kulihat ibuku tersenyum sambil menyindir bahwa aku kampanye terus, sebuah senyuman dan sindiran yang sarat dengan dukungan, dan hal ini juga yang menguatkanku untuk terus bergerak…..alhamdulillah…karena disaat aku keluar rumah, beliaulah jugalah yang menjaga ketiga anakku, semoga Allah Swt membalasnya dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Amin ya Robb…
Ketika maghrib tiba, Mapay Lembur di hari pertamaku berakhir. Pintu-pintu rumah dan pintu-pintu hati teangga-tetanggaku di hampir 2 RT telah coba kuketuk. Berbagai  harapan mereka dapat kudengar, yang intinya mereka ingin agar Bandung bisa lebih baik, bebas sampah berserakan, jalan-jalan tidak bolong lagi, dan rakyat bisa lebih sejahtera….insyaallah aku sangat yakin, bahwa pasangan RIDO akan bisa memenuhi harapan mereka.
Alhamdulillah…. Mapay Lembur di sekitar TPS-ku berhasil kubereskan dalam 2 hari,  berarti  di hari berikutnya aku harus melanjutkan Mapay lemburku di TPS satu lagi. Ada perasaan ragu menyelimuti hatiku ketika aku harus melanjutkan Mapay Lemburku ke TPS itu. Bayangan sikap antipati dari orang-orang yang akan kuketuk pintu rumahnya menghantui  jiwaku. Namun, segera kutepis bayangan itu dan kuingatkan kembali diriku, bahwa ini adalah masalah kebaikan yang harus aku sampaikan, sekalipun akan terasa pahit.
Kulepaskan rasa lelahku sepulang kerja, sambil menyuapi jagoan kecilku dan mendengarkan cerita kakak-kakaknya. Setelah kurasa cukup memenuhi  rasa kangenku dan kangen mereka, aku meminta izin kepada ibuku, anak-anakku, juga suamiku meskipun lewat SMS, bahwa aku akan Mapay Lembur lagi bersama Sang Relawan. Sejujurnya, selalu ada perasaan berat ketika akan memulai lagi, tapi selalu juga kucoba menepis perasaan itu, karena biasanya ketika sudah mulai berjalan, perasaan berat itu akan hilang dengan sendirinya dan berganti dengan semangat 45 untuk terus dan terus mengetuk pintu setiap rumah, 
Kutelusuri rumah-rumah yang berada di dalam gang-gang sempit bersama Sang Relawan yang tak pernah lepas dari Pin RIDO di bajunya. Kusinggahi rumah-rumah yang tak kalah sempit dengan gang yang kulalui.Ya…rumah sempit, yang menurutku lebih cocok dengan sebuah kamar. Jamban yang mereka gunakan adalah jamban milik bersama, yang letaknya di luar rumah. Bila musim hujan tiba, wilayah itulah yang sering terkena banjir. Aku baru tahu kalau ternyata rumah yang mereka tinggali bukan milik mereka sendiri, tapi rumah kontrakan. Masyaallah… ternyata seperti  inilah wajah daerahku yang sebenarnya.
Kutersenyum, kusapa, dan kuberi salam mereka dengan penuh cinta. Kuminta waktu mereka beberapa menit untuk berbincang tentang PILWALKOT yang sebentar lagi akan tiba. Ada yang terlihat ragu dengan kedatangan kami, ada juga yang dengan sangat ramah menerima kami. Kadang aku mengobrol di dalam rumah, kadang juga di sedikit teras karena sempitnya rumah mereka.
Satu hal yang membuatku takjub, ternyata mereka tidak seperti yang aku bayangkan, mereka jauh dari sikap antipati, mereka hanyalah orang-orang sederhana, polos, mudah diombang-ambing, tergantung kekuatan mana yang bisa mempengaruhi mereka. Ada di antara mereka bertanya tentang yang ramenya pasangan mana, berarti dia hanya ikut-ikutan saja, tergantung yang ramenya siapa. Ada juga seorang ibu yang dibajunya tersemat PIN pasangan lain, namun subhanallah tetap mau menerima dan mendengarkan  kami dengan ramah. Jadi…kemana saja aku selama ini ? Pantas saja di TPS itu pilihanku selalu di bawah, karena kekuatan lain telah terlebih dahulu mencengkram mereka. Ampunilah hamba-Mu ini ya Allah, yang sudah berburuk sangka kepada mereka.
Akhirnya, Mapay Lembur di RW-ku bersama Sang Relawan pun usai sudah. Banyak pengalaman berharga yang dapat kurasakan, ternyata bersilaturrahim itu indah, dapat menumbuhkan benih-benih cinta, dan aku jadi semakin mencintai orang-orang di RW-ku dan aku sangat ingin membahagiakan mereka, meski baru lewat ajakanku untuk memilih RIDO, pasangan yang insyaallah bisa menghadirkan senyum di bibir mereka.

Ya Allah…gerakkan hati mereka untuk memilih RIDO dengan penuh keridoan, agar mereka tidak mudah goyah meski badai materi  dan angin pembawa kabar hitam menerpa mereka….
Berikanlah ketawakalan kepadaku, dan semoga apa yang telah kulakukan, meski hanya sedikit, namun dapat memenuhi salah satu syarat untuk menyongsong kemenangan-Mu…
Kalau pun apa yang Kau kehendaki, ternyata masih jauh dari harapanku…
Setidaknya aku tidak akan lagi  merasa malu di hadapan-Mu...

Yuli

Cibeunying Kidul, 5 Juni 2013

Posting Komentar

0 Komentar